Tuesday 1 March 2011

LONDON BOULEVARD : Ketika Mantan Napi Menjadi “Pengawal” Bahaya

Tagline:
Not every criminal wants to be one.


Storyline:
Dibebaskan dari penjara Pentonville setelah 3 tahun, Mitchell dijemput oleh mantan rekannya, Billy. Mitchell berusaha hidup lurus dengan menghindari pekerjaan lamanya yang tergolong penjualan miras. Akhirnya Mitchell berhasil meyakinkan aktris cantik yang tengah naik daun, Charlotte untuk melindunginya selama berada di London. Di sisi lain, ketua mafia dunia bawah London yakni Mr. Gant menawarkan Mitchell posisi bagus dalam organisasinya. Menolak berarti ancaman bahaya dan Mitchell harus mengamankan orang-orang terdekatnya terlebih dahulu.

Nice-to-know:
Diproduksi oleh GK Films dengan nyaris keseluruhan setting di London dan beberapa adegan di California.


Cast:
Memulai karirnya di usia 20 tahun lewat The Disappearance of Finbar (1996) tanpa tercantum namanya di credit title, Colin Farrell bermain sebagai Mitchell yang baru dibebaskan dari penjara.
Keira Knightley
sebagai Charlotte

Ray Winstone
sebagai Gant

Anna Friel
sebagai Briony

David Thewlis sebagai Jordan
Ben Chaplin
sebagai Billy


Director:
Debut pertama William Monahan setelah sebelumnya lebih banyak menulis skrip termasuk The Departed (2006) yang mengantarkannya meraih Piala Oscar.

Comment:
Ide cerita film ini muncul dari adaptasi novel karangan Ken Bruen berjudul sama di tahun 2001. Garis besarnya mengenai pertentangan batin seorang mafia yang baru saja keluar dari penjara dan berusaha hidup “benar”. Pilihannya dua yaitu menjadi kaki tangan seorang bos gangster yang dicurigai homoseksual atau menjadi bodyguard aktris cantik yang tengah mengorbit namanya. Jika anda menjadi Mitchell, tentunya anda tahu harus memilih apa bukan?
Permasalahannya adalah Mitchell seperti berdiri di tengah-tengah. Dan hal ini menyebabkan subplot melebar kemana-mana dengan berbagai macam karakter silih berganti, tak jarang sekadar numpang lewat saja tanpa karakterisasi yang dalam. Sah-sah saja sebetulnya tapi saya malah merasakan chaos karena terlalu banyak lubang menganga yang tidak dapat ditutupi begitu saja.
Dari segi penampilan, Farrell cukup meyakinkan dengan gaya angkuh dan aksen British nya sebagai pria kelas menengah yang tampak nyaman dengan gayanya sendiri. Namun Farrell terlihat kesulitan menerjemahkan tokoh Mitchell yang masih memiliki “hati” dengan melindungi kerabat dan keluarganya meskipun harus bertindak keras juga. Sedangkan Knightley tidak terlalu maksimal sebagai aktris kelas atas, tidak jelas juga alasan ia jatuh demikian gampangnya ke dalam pelukan Mitchell. Sama halnya dengan Winstone yang tidak memiliki kedalaman karakter sehingga bakatnya terasa sia-sia. Menarik melihat Chaplin dan Thewlis sebagai mafia kelas bawah yang bergaya hippies.
Sutradara Monahan terkesan memperlakukan proyek ini seperti coba-coba. Kesuksesannya sebagai penulis skrip tampaknya berusaha dibuktikan dengan menyutradarai langsung. Dan hasilnya adalah skenario “setengah jadi” yang diproyeksikan dengan campuran gaya Guy Ritchie dan Quentin Tarantino. Well, obviously he’s not one of them, at least at this moment. Let’s hope that it’s only a beginning and he can produce better movies in this genre next time.
London Boulevard memang terasa berputar-putar saja di sepanjang durasinya menggali lubang demi lubang yang terus dibiarkan terbuka tanpa motif yang kuat. Endingnya yang cukup berani dan unpredictable mungkin cukup berarti untuk menutup perjalanan Mitchell dimana hukum sebab akibat memang ada. Namun bisa jadi penonton sudah tidak peduli lagi apalagi setelah dijejali kata-kata fuck dan cunt selama nyaris 2 jam.

Durasi:
100 menit

U.K. Box Office:
£1,351,361 till Jan 2011

Overall:
6.5 out of 10

Movie-meter: