Storyline:
Ped dan Koong bersahabat sejak SD. Dan pada satu ketika di kelas menyanyi, Ped menyadari bahwa ia jatuh cinta pada Ern yang mengenalkannya pada musik. Sayangnya Ern kemudian melanjutkan sekolah di Bangkok. Beberapa tahun berlalu, Ped beranjak remaja dan membentuk band bersama Koong dan Ex. Hal ini lebih karena kecemburuan Koong pada saudara kembarnya, Kay yang popular dengan band “Arena”. Tak disangka, Ern ternyata kembali dalam hidup Ped dan menginspirasinya untuk menciptakan lagu yang akan diikut sertakan dalam kompetisi band nasional. Ped tidak sendiri karena Koong mulai menyukai Ern juga. Kini semua tergantung Ped apakah bisa jujur dengan hatinya sendiri?
Nice-to-know:
Diproduksi oleh GTH dan baru dirilis di Thailand sendiri pada tanggal 17 Maret 2011 yang lalu.
Cast:
Jirayu Laongmanee sebagai Ped
Natcha Nuanjam sebagai Ern
Pashorn Jiratiwat
Thawat Pornrattanaprasert
Director:
Merupakan debut penyutradaraan pertama bagi Chayanop Boonprakob yang sebelumnya dikenal sebagai composer itu.
Comment:
Rasanya tidak henti-hentinya sineas Thailand menggarap film remaja yang memang ujung-ujungnya terbukti sukses. Berbagai tema sudah disodorkan yang berakhir pada satu problema yaitu cinta. Film yang satu ini juga bermuara ke sana, hanya saja dibalut dengan semangat bermusik anak-anak band yang memulainya sejak dini dan sama-sama bermimpi untuk sukses.
Sutradara Chayanop memang tergolong konsisten dalam mengedepankan tema musik. Mulai dari pengenalan anak-anak sekolah dasar yang mengikuti kelas bernyanyi di bagian pembuka, lalu memasuki masa remaja yang gandrung dengan kegiatan band di bagian tengah hingga pilihan hidup untuk menjadi pemusik sejati di bagian akhir. Beberapa tembang yang juga dikomposerinya memang terbilang berlirik simpel tetapi cukup ear catchy untuk menjaga mood penonton.
Saya mengagumi talenta Natcha yang menguasai gitar dengan baik di samping bersuara merdu, belum lagi wajah manisnya sehingga karakter Ern memang sangat loveable. Sedangkan Jirayu memang kelewat lugu dan kalem, tak jarang karakter Ped di tangannya membuat kita gemas akan keengganannya berinisiatif. Pashorn dan Thawat juga cukup konsisten dengan peranan masing-masing yang kebetulan sama-sama tidak beruntung dalam cinta (monyet).
Kekurangan film ini yang paling mencolok adalah durasi yang kelewat panjang. Sebagian dihabiskan untuk membahas konflik cinta remaja yang bertele-tele tetapi pada akhirnya diselesaikan begitu mudahnya tanpa ada lompatan emosi yang diharapkan. Selain itu berbagai “turning point” yang harusnya dapat dimaksimalkan malah cenderung datar, seperti pada semifinal kompetisi band nasional yang lumayan krusial maknanya.
Suck Seed memang belum sempurna sebagai sebuah film, tapi dianggap cukup pas dan realistis dalam menyorot kehidupan dunia remaja yang menggilai musik. Komedi yang seringkali terlalu komikal rasanya masih dapat dimaafkan karena pangsa film ini terbilang jelas. Pada akhirnya cita, cinta dan persahabatan memang tidak bisa dipisahkan, bukan? Dan saya berani bertaruh bahwa anda pasti menyadari kenyataan tersebut sejak memasuki bangku sekolah menengah.
Durasi:
120 menit
Overall:
7.5 out of 10
Movie-meter: