Tagline:
In The Face Of Terror, Their Greatest Weapon Was Faith
Storyline:
Sekelompok biarawan Perancis sehari-hari menjalani hidup dengan beraktifitas dan berdoa dalam sebuah biara di Pegunungan Maghreb, Algeria. Namun ketenangan mulai terusik saat beberapa pekerja setempat dihabisi oleh teroris Muslim dalam sebuah perang sipil. Kini mereka harus memutuskan harus tetap tinggal atau kembali ke Perancis. Keyakinan terhadap agama dan persaudaraan erat dengan orang-orang di sekitarnya bisa saja mempengaruhi nasib mereka pada akhirnya.
Nice-to-know:
Diproduksi oleh Why Not Productions, Armada Films, France 3 Cinéma dan mewakili Perancis dalam ajang Academy Awards 2011 kategori Film Berbahasa Asing Terbaik.
Cast:
Lambert Wilson sebagai Christian
Michael Lonsdale sebagai Luc
Olivier Rabourdin sebagai Christophe
Philippe Laudenbach sebagai Célestin
Jacques Herlin sebagai Amédée
Loïc Pichon sebagai Jean-Pierre
Xavier Maly sebagai Michel
Director:
Nama Xavier Beauvois mulai dikenal setelah filmnya N'oublie pas que tu vas mourir (1995) memenangkan Jury Prize dalam ajang Cannes Film Festival.
Comment:
Konon kisah film ini diangkat dari kejadian nyata pada saat Perang Sipil di Algeria tahun 1990an. Terlepas dari seberapa kuatnya fakta yang digunakan rasanya tidaklah terlalu penting. Sebab pada akhirnya semangat yang mulia dan keyakinan yang agung di dalamnya yang membuat film ini berdaya jual tinggi di pasaran internasional dan ajang festival pada khususnya.
Secara khusus saya berterimakasih pada perhelatan Festival Sinema Perancis 2011 di Indonesia yang menghadirkan film ini sebagai penutup. Solidnya penyutradaraan, pendekatan yang intim beserta segala elemen pendukungnya cenderung berhasil mentranslasikan plot cerita yang tergolong sensitif ini. Yang saya maksud adalah dualisme sudut pandang agama yaitu Kristen dan Islam dengan semua perbedaan pandangannya.
Tempo film yang lambat tergolong stabil sepanjang film, lebih karena berfokus pada detail kehidupan sehari-hari para biarawan Kristen dalam melakukan segala aktifitasnya. Bahasa gambar yang sangat alami itu akan membuat anda menemukan arti dari keyakinan mereka. Harus dikatakan proses penyutradaraan Beauvois lebih terasa seperti dokumenter karena semua aspek terasa begitu nyata, tidak seperti sedang syuting.
Persaudaraan di antara para biarawan tersebut juga menjadi nilai plus tersendiri. Bagaimana 7-8 pria tersebut hidup bersama selama bertahun-tahun terlepas dari perbedaan kepribadian masing-masing. Hingga pada akhirnya keputusan sulit harus diambil yang mungkin memecah kelompok tersebut menjadi dua bagian. Dari kesemuanya, Wilson dan Lonsdale berakting dengan sangat menonjol terlihat dari bahasa tubuh dan intonasi mereka.
Of Gods And Men juga ditutup secara brilian sekaligus menghindari kontroversi yang mungkin timbul saat film ini dirilis secara luas. Salah satu yang paling tak terlupakan jelas ketika momen “The Last Supper” seakan dibangkitkan kembali lewat scene minum anggur bersama diiringi instrumental Swan Lake. Saya yakin anda akan merinding dibuatnya terlebih setelah dua jam diajak mengenal karakter-karakter luar biasa tersebut dari dekat satu persatu. Rasakan keheningan dalam suasana relijius yang melingkupi audiens yang rata-rata harus berada dalam kelompok umur tertentu untuk dapat mengerti sepenuhnya makna film ini.
Durasi:
120 menit
U.S. Box Office:
$2,749,093 till Apr 2011
Overall:
7.5 out of 10
Movie-meter: