Tuesday, 22 March 2011

MISTERI HANTU SELULAR : Teror Ponsel Merenggut Nyawa

Quotes:
Rama: La, loe pingsan aja ya, jangan melotot, kepala jangan muter, gw takut, gw kan temen loe..

Storyline:
Bereuni di vila Jalatunda awalnya menyenangkan bagi Viki, Alyssa, Cintya, Rama, Rezky, dan Olla yang berasal dari satu SMA. Acara puncaknya adalah pengakuan dosa yang dilakukan via sms. Namun Alyssa dan Viki malah bermesraan di gudang hingga berujung pada tewasnya Alyssa dan Viki sendiri tidak dapat mengingat apapun. Setahun berlalu, kelima sahabat itu mulai diteror oleh telepon misterius dari ponsel bersuara “sinden” yang aneh. Ketika memutuskan kembali ke villa Jalatunda, muda-mudi tersebut mulai menghilang satu persatu. Benarkah hantu tersebut adalah arwah Alyssa yang gentayangan?

Nice to know:
Diproduksi oleh D’ Lalang Pictures dan gala premierenya dilangsungkan di Epicentrum XXI pada tanggal 22 Maret 2011.

Cast:
Gita Sinaga sebagai Cynthia
Boy Hamzah sebagai Vicky
Celine Evangelista sebagai Canting
Udji Tongki
Umar Syarif
Reyna Venzka
Guruh Sukarno Putra
Permadi Sh

Director:
Debut film bagi Indra Tirtana.

Comment:
Pesimis adalah kata pertama yang terlintas dalam benak saya saat memutuskan nonton film ini, terlebih melihat trailernya yang tidak meyakinkan itu. Prediksi itu tidak salah karena saya informasikan film ini resmi mengisi salah satu kandidat 5 film nasional terburuk di tahun 2011. Entah apa yang ada di pikiran Yissa Luthana dalam mengerjakan skripnya yang saya curiga hanya beberapa kalimat saja karena teramat miskin dalam penceritaan.
Film dibuka dengan scene “aneh” dimana para pemainnya diwajibkan melakukan “narasi” dalam beberapa kalimat yang menjadi sebab musabab peristiwa. Setelah itu tiba-tiba saja waktu bergulir menjadi satu tahun kemudian dan muncullah teror telepon selular yang menghadirkan ringtone “nyinden”. Keanehan yang sebetulnya tidak terlalu mengganggu itu malah menggiring kelimanya untuk melakukan hal klise atas instruksi seorang dukun yaitu menyelesaikan segala sesuatu yang sudah dimulai.
Mereka pun pergi ke sebuah villa luas dengan berbagai ruang yang berlanjut ke sebuah hotel sebagai pamungkasnya. Jika anda perhatikan timeline yang digunakan teramat berantakan dimana suasana pagi-siang-sore-malam seringkali terjadi dalam sekali loncatan sehingga tidak penting lagi. Apakah mereka melakukan stripping movie dalam sehari semalam? Saya tidak terlalu penasaran untuk mencari tahu.
Kinerja sutradara Indra juga tidak lebih baik. Ia terasa kesulitan memadukan teknis-teknis dasar sebuah film. Saya memang bukan orang film tetapi saya menangkap dengan jelas penggunaan musik latar yang tidak pada tempatnya, sound effect yang tidak sinkron dengan adegan, visual effect yang sangat kasar, editing yang tidak mulus dan lain-lain. Padahal sinematografinya sendiri sebetulnya tidak seburuk itu walau seharusnya Candi Dieng, Telaga Warna dan area sekitar Wonosobo dapat menghadirkan lanskap yang lebih optimal lagi.
Dari cast kesemuanya bermain buruk. Masing-masing berakting datar dan berekspresi tidak maksimal terutama dalam menampilkan ketakutan. Chemistry nya juga terkesan mengganggu dengan lontaran dialog yang samasekali tidak nyaman didengar. Hal ini memang tidak sepenuhnya menjadi kesalahan mereka karena tidak adanya penokohan yang rasional disini. Kemunculan GSP sebagai pemilik galeri juga rasanya tidak berarti apa-apa bagi dirinya selain numpang lewat.
Menyaksikan Misteri Hantu Selular adalah pengalaman bersinema yang baru sekaligus unik dimana border apapun tidak berlaku disini. Semua dimix menjadi satu tanpa konsep yang baku sekalipun. Membuat saya berulang kali tertawa pahit tanpa alasan melihat adegan-adegan “tidak wajar” yang disuguhkan sambil sesekali menelan ludah menyaksikan satu persatu penonton beranjak dari tempat duduknya. Berpikir dalam-dalam akan motif saya bertahan hingga menit terakhir selain untuk mencari tahu twist apa yang kira-kira bisa dipertanggung jawabkan sebagai penutup film.
Yakin ingin tahu jawabannya? Bayangkan saat antagonis dan protagonis berdiri berhadapan untuk saling menjelaskan profil dan masa lalu masing-masing di bawah teknik kamera berputar 360 derajat berulang-ulang. Brilian! Rasa pusing pun menyerang berakumulasi dengan rasa mual sejak menit pertama film bergulir, beruntung tidak sampai membuat saya memuntahkan seluruh makan malam yang sudah tertelan.

Durasi:
90 menit

Overall:
6 out of 10

Movie-meter: