Storyline:
Sue Yong yang berusia 30 tahun merasa menyesal telah hidup karena wajahnya yang buruk rupa sehingga tidak seorangpun yang mau dekat-dekat dengannya. Depresi Sue Yong pun bunuh diri dan tanpa diduga arwahnya malah masuk ke tubuh pasien koma di sebuah rumah sakit di Bangkok. Kontan Sue Yong hidup kembali sebagai Asanee yang beristrikan Nakul yang cantik dan pekerjaan yang layak untuk menyambung hidup. Namun Sue Yong tidak mengetahui bahwa Asanee memiliki kemampuan menentukan hidup dan mati seseorang dengan stempelnya. Akankah aktifitas barunya ini akan membawa masalah di kemudian hari?
Nice-to-know:
Berjudul asli Jue hun yin yang merupakan produksi gado-gado Taiwan dan Thailand.
Cast:
Kenji Wu sebagai Asanee / Her Sue Yong
Pitchanart Sakakorn sebagai Nakul
Matt Wu Chung Tien sebagai Doctor Stanley
Director:
Film kelima sejauh ini bagi Thiva Maythaisong setelah terakhir menggarap Happy Inn (2005).
Comment:
Sebetulnya film ini lebih tepat disebut drama psikologikal dibandingkan horor. Memang pembukaan film lebih menyiratkan horor dimana penampakan hantu demi hantu mengisi layar yang tak jarang akan mengagetkan anda. Namun setelahnya tidak menyeramkan samasekali walaupun elemen misteri masih disimpan rapat-rapat oleh penulis cerita.
Sutradara Thiva sepertinya agak terinspirasi oleh Death Notes produksi Jepang yang luar biasa sukses itu. Plot ceritanya pun nyaris sama walau berusaha disisipkan twist disana-sini. Subplot demi subplot yang dihadirkan terkadang tidak memiliki pengaruh apapun terhadap konstruksi utama cerita selain memperpanjang durasi dan menyamarkan ending yang ingin dicapai.
Cukup menarik menyaksikan debut Kenji Wu sebagai Asanee dan Her Sue Yong. Meski belum terlalu meyakinkan, transformasi karakter yang ia lakukan lumayan terlihat disini. sekaligus entah mengapa masih saya anggap minus disini. Di luar Kenji, rasanya memang tidak terlalu menjadi fokus termasuk Pitchanart sebagai Nakul yang terasa timbul tenggelam tokohnya. Sedangkan Somlek dan Pajaree sebagai bos dan rekan kerja Asanee memberikan nuansa komikal meskipun singkat.
The Fatality menyuguhkan sinematografi yang depresif di sepanjang film. Seakan penonton diajak ikut terseok-seok menelusuri labirin yang tak berujung. Apalagi endingnya sendiri cukup mengecewakan karena gagal memberikan kesimpulan yang masuk akal. Hal tersebut menyebabkan film seakan kehilangan identitas yang sebetulnya ingin disampaikan.
Durasi:
90 menit
Overall:
6 out of 10
Movie-meter: