Quotes:
Jacques Mesrine: One day they'll shoot me to death, and it will completely make sense. Natural. After all, for someone who was in prison with maximum security, there are no rules. Like me, I live without rules.
Storyline:
Pelarian dari penjara bersama Jean Paul membuat Mesrine tersohor dan menjadi criminal nomor satu yang paling sulit dilumpuhkan. Mesrine kembali ke Perancis dan merampok sejumlah bank bersama rekan-rekannya serta selalu berhasil lolos dari kejaran polisi dengan cara-cara yang luar biasa. Sempat dijebloskan ke Maximum Security Prison di Paris, Mesrine malah bertandem dengan François Besse untuk kabur sekali lagi. Statusnya pun mulai berubah menjadi revolusioner, berkencan dengan Sylvia dan kemudian dengan bangga melakukan interview di media akan perspektif dirinya.
Nice-to-know:
Vincent Cassel menambah bobotnya sekitar 20 kg selama 4 bulan sebelum proses syuting dimulai.
Cast:
Pertama kali saya lihat aktingnya dalam Birthday Girl (2001), Vincent Cassel melanjutkan peran Jacques Mesrine disini.
Ludivine Sagnier sebagai Sylvia Jeanjacquot
Mathieu Amalric sebagai François Besse
Samuel Le Bihan sebagai Michel Ardouin
Gérard Lanvin sebagai Charlie Bauer
Director:
Jean-François Richet mengawali debut penyutradaraannya lewat État des lieux (1995).
Comment:
Beruntung sekali, film ini akhirnya bisa tayang di Indonesia lebih karena kekosongan slot film-film studio besar Hollywood. Jika episode pertamanya banyak berkisah mengenai pembentukan karakter sang kriminal nomor satu. Maka episode keduanya ini lebih bertutur tentang bagaimana melumpuhkannya setelah audiens disuguhkan kepintaran dan kelicinannya dalam aksi-aksinya. Tentu saja menggunakan penekanan yang berbeda dimana sudut pandang kita akan terbentuk sepenuhnya akan sosok Mesrine sesungguhnya.
Sutradara Richet masih tetap mempertahankan nuansa serius episode pertama dimana level kekerasannya masih realistis. Namun saya merasa episode keduanya ini lebih konservatif terlihat dari aksi kejar mengejarnya. Skrip di awal yang tergolong monoton dengan hanya memperlihatkan perampokan dan pelarian berubah menjadi pertunjukan karakter Mesrine sebagai hipokrit yang seringkali merugikan orang-orang di sekitarnya terutama ambisinya untuk melumpuhkan sistem demi sistem demi mencapai target yang semakin tinggi.
Penampilan Cassel disini sangat kuat. Terbukti ia mengubah penampilan fisiknya sedemikian rupa dengan perut yang mulai membuncit, belum lagi serangkaian penyamaran yang dilakukannya teramat meyakinkan. Terkadang kita sulit mengenali karakter Mesrine yang memiliki 1001 wajah. Emosinya yang keras juga terlihat dari setiap aksinya, membentuk karisma seorang kriminal hebat dengan sempurna. Kebetulan nama-nama di luar Cassel juga bermain secara maksimal sehingga satu sama lain terasa saling mendukung menyuguhkan plot cerita yang intens.
Saya harus akui episode pertamanya lebih berkualitas secara keseluruhan tetapi entah mengapa saya lebih antusias mengikuti jalinan cerita episode keduanya ini dari menit awal sampai akhir. Terlepas dari obyektifitas yang terkadang kabur akan apa yang sesungguhnya ingin disampaikan ke penonton, Public Enemy Number One yang judul aslinya Mesrine : Killer Instinct dan Mesrine : Public Enemy #1 ini merupakan salah satu biografi terbaik yang dibuat Perancis sepanjang sejarah perfilman Eropa. Akting yang mumpuni, penyutradaraan yang brilian berhasil menjaga intensitas film dengan baik lewat serangkaian aksi memukau yang sangat tradisional dalam pengertian positif. Selamilah pola pikir seorang Mesrine dan silakan tarik kesimpulan yang bisa anda rangkai.
Durasi:
120 menit
U.S. Box Office:
$275,125 till Feb 2011
Overall:
7.5 out of 10
Movie-meter: