Storyline:
Demi merayakan malam terakhir Putri di Jakarta sebelum bertolak ke Melbourne, Dini, Tika dan Sherry nekad masuk ke klab malam yang eksklusif atas bantuan seorang fotografer bernama Tyo. Keempat remaja cewek yang masih belia dan minim pengalaman itu segera menarik perhatian sejumlah pria hidung belang dengan berbagai motif yang mulai mencekoki mereka minuman dan obat-obatan. Lewat serangkaian kejadian, keempatnya kemudian terbangun di sebuah kamar mewah di pagi hari dalam keadaan mabuk dengan luka berdarah di sekujur tubuh. Belum lagi kemunculan seorang pria asing yang belakangan diketahui bernama Allan di toilet hotel tersebut. Apa yang sesungguhnya terjadi semalam?
Nice to know:
Diproduksi oleh Starvision dan gala premierenya dilangsungkan di Planet Hollywood XXI pada tanggal 15 Maret 2011.
Cast:
Irish Bella sebagai Sherry
Alex Abbad sebagai Allan
Fero Walandouw sebagai Ben
Gege Elisa sebagai Tika
Shapira Indah sebagai Dini
Ynessa Ioa Gaffar sebagai Putri
Raffi Ahmad
Director:
Film ketiga bagi Nayato di tahun 2011 ini setelah dua film bergenre horor komedi.
Comment:
Tidak butuh waktu lama bagi Nayato untuk kembali menghadirkan drama remaja yang berlatar belakang seks bebas. Dan tidak usah kaget jika franchise Virgin yang awalnya diprakarsai oleh Hanny R. Saputra mulai saat ini akan diklaim olehnya. Jika pada sekuelnya tahun lalu bersubtitle Bukan Film Porno maka sekuel keduanya ini bertajuk Satu Malam Mengubah Segalanya. Mungkin beberapa di antara anda mulai berpikir jika skenario yang ditulis oleh Cassandra Massardi ini jangan-jangan jiplakan The Hangover? Hm, jangan terlalu cepat menyimpulkan.
Saya sendiri sebetulnya lebih suka memberi subjudul Clubbing Satu Malam karena lebih dari separuh durasinya setting dihabiskan di klab malam dengan musik menghentak-hentak. Berbagai jenis dan bentuk muda-mudi sibuk berdansa, minum, lalu lalang dengan pakaian minim nan mencolok mata. Seakan gemerlap kehidupan benar-benar tertuang disana walaupun motif masing-masing belum tentu sama, bisa baik, bisa jahat. Seabu-abu warna seragam empat tokoh remaja putri kita disini.
Tak dipungkiri jika Irish, Shapira, Gege, Ynessa memang camera-face sekali. Nilai jualnya ditambah dengan kulit putih, wajah Indo dan juga berbodi yahud. Namun sedikit mengganggu mendengar mereka berdialog dengan cepat dan tak jarang berteriak akibat frustrasi. Seperti biasa Nayato tidak banyak memberikan ruang akting yang cukup bagi artis-artis barunya. Beruntung Alex Abbad masih bisa mencuri perhatian dengan peranan yang lain dari biasanya, kesan misterius cukup berhasil dipertahankannya di sepanjang film. Belum lagi Raffi yang tampil sekilas sebagai cameo penjual burger di sekolah.
Tampaknya Nayato kali ini sedikit bereksperimen dengan petualangan semalam suntuk yang menggunakan alur linier dengan berbagai subplot sederhana. Namun tak jarang shaky handheld camera semakin melelahkan mata untuk terus mengikuti sampai habis. Entah angin surga mana yang merasuk ke kepalanya, isu human trafficking dibahas juga di bagian ending. Untuk mempertegas maksud dan tujuannya, digunakanlah tulisan besar dengan huruf warna merah yang seharusnya tidak perlu.
Terlepas dari berbagai kekurangan tersebut di atas dan juga beberapa stereotype film-film bergenre sejenis yang masih ditemui, Virgin 3 sebetulnya masih dapat dikatakan lumayan menarik untuk disimak. Komposisi Tya Subiakto yang mengisi musik scoring nya terasa pas membangun mood film yang turun naik. Nuansa depresi tidak sampai lekat disini tetapi rasanya cukup menyampaikan untuk pesan moral yang dibidik khusus remaja belasan tahun yang seringkali mencoba hal-hal baru di luar kebiasaan mereka.
Durasi:
80 menit
Overall:
6.5 out of 10
Movie-meter: