Quotes:
Giras: Menurutnya dengan berbicara akan menghambat proses datangnya inspirasi!
Storyline:
Empat orang yang terlibat dalam pertunjukan drama “Srikandi” turut mencari jati diri masing-masing. Harris adalah anak pengusaha kaya yang ditugaskan ayahnya untuk mengawasi jalannya produksi yang berkaitan dengan bujet. Giras adalah lulusan universitas yang terpaksa menerima pekerjaan dari pamannya sebagai storyboarder. Ara yang menerima peran utama bersama Vanya kerap mempertanyakan preferensi seksualnya. Valerie yang kembali ke Indonesia setelah 10 tahun belajar di Rusia harus berhadapan dengan keluarga dan rumah yang cukup membelenggunya.
Cast:
Maurits Fandoe sebagai Giras
Suryanata Hatta sebagai Harris
Ananda Moechtar sebagai Ara
Sefezy Fandini sebagai Vanya
Indri Sriwattana sebagai Valerie
Director:
Pandu Birantoro sebelumnya pernah menangani beberapa film pendek dan sebuah feature film berjudul Tiga Bersaudara yang sempat ditayangkan bergerilya di beberapa tempat.
Comment:
Skrip yang dikerjakan oleh duo Getar Jagatraya dan Randi Nizar ini terbilang unik dalam bercerita. Mengambil panggung sandiwara “Srikandi” sebagai kemasan lantas dibedah lagi untuk menceritakan masing-masing personil yang terlibat di dalamnya secara simultan. Bagaimana keterkaitan tokoh-tokoh tersebut satu dengan yang lainnya berujung pada satu kesimpulan yang menyentil sekaligus mendewasakan.
Dua tokoh favorit saya kali ini adalah Suryanata Hatta dan Ananda Moechtar yang bertolak belakang alias lemah dan kuat. Bagaimana karakter Harris terasa tertekan berada di bawah bayang-bayang ayahnya hingga pada akhirnya berhasil memutuskan untuk mengambil jalannya sendiri. Berbanding terbalik dengan karakter Ara yang serba bisa dalam berbagai bidang mesti berujung pada kebimbangan “identitas” dirinya sendiri yang tidak diinginkannya.
Sutradara Pandu menggunakan pendekatan film-film indie pada umumnya dengan penggarapan yang tidak baku dan gaya bertutur yang bebas. Tidak terkesan linier tetapi tetap mengacu pada satu garis lurus yang terus bergerak menyibak proses-proses metamorfosa para karakternya. Sayangnya editing nya tidak terlalu mulus karena banyak sekali pemotongan yang terkesan kasar, atau kinerja scoring/sound yang kerapkali tidak tepat menempatkannya sehingga agak mengacaukan mood film.
Film yang pertama kali diputar di Bratislava, Slovakia pada bulan Maret 2011 hingga beritanya dimuat di surat kabar terkemuka setempat, Daily Pravda ini tetap menawarkan ending yang bersahabat. Segala benang kusut yang tersaji dalam konteks ringan pada akhirnya dapat diluruskan kembali dengan usaha yang tidak terlalu sulit. Pertunjukan drama “Srikandi” yang menutup layar pun mengartikan banyak hal yang ambigu, akankah proyek ini akan dilanjutkan dengan versi lainnya?
Euphoria The Movie ini lebih tepat dikatakan proyek coba-coba yang bernafaskan kebebasan yang tidak mengikat. Banyak pesan tersirat yang tidak dijelaskan dengan gamblang lewat bahasa gambar yang terbilang stylish itu. Keragaman karakterisasi yang sudah dikupas lewat durasi yang kelewat panjang nyatanya tidak dapat tereksploitasi secara maksimal. Usaha filmmaker bolehlah diapresiasi walau belum mampu membangkitkan perasaan maksimal ataupun antusiasme berlebihan dalam diri penonton ketika menyaksikannya.
Durasi:
130 menit
Overall:
7 out of 10
Movie-meter:
Notes:
6-sampah!
6.5-jelek ah
7-rada parah
7.5-standar aja
8-lumayan nih
8.5-bagus kok
9-luar biasa