Quotes:
"Buat aku, Mama seorang sudah cukup dari pada 1000 papa untuk aku"
Storyline:
Sudah belasan tahun, Idayu bertahan hidup menjanda dengan dua putrinya yang beranjak dewasa yaitu Mira yang sudah bekerja dan Kirei yang masih bersekolah. Suatu hari, Idayu bertemu dengan Nando. Keduanya terpikat satu sama lain sejak pandangan pertama dan mulai saling berkomunikasi. Idayu tidak segan mengajak Mira dan Kirei untuk turut mengenal Nando lewat telepon. Namun Mira mengartikan lain, kasih sayang seorang ayah yang sudah lama ia dambakan malah membuatnya jatuh hati pada calon ayah tirinya itu. Idayu tak kuasa menahan perasaan putri kandungnya sendiri dan memilih pergi ke Bali. Akankah Idayu dan Nando pada akhirnya bersatu terlepas dari segala masalah pelik yang tak mudah diselesaikan?
Nice to know:
Diproduksi oleh Bomb Creative Production dan gala premierenya dilangsungkan di Hollywood XXI tanggal 10 Januari 2011.
Cast:
Terakhir mendukung 2 film di tahun 2010 yaitu Bahwa Cinta Itu Ada dan Aku Atau Dia, Rizky Hanggono kali ini berperan sebagai Nando yang masa kecilnya kekurangan kasih sayang seorang ibu.
Shara Aryo sebagai Idayu
Masayu Clara sebagai Mira
Suci Winata sebagai Kirei
Director:
Kembalinya Eduart Pesta Sirait di bangku sutradara setelah satu dekade yang lalu mengarahkan Joshua Oh Joshua (2001).
Comment:
Percintaan usia beda jauh terkadang merupakan suatu polemik tersendiri. Pernah menjadi topic dalam I Love You, Om dan kali ini diperumit lagi dengan cinta segitiga dimana gadis muda itu jatuh cinta pada kekasih ibunya yang sudah lama menjanda. Itulah yang terangkum dalam novel berjudul Anakluh Berwajah Bumi yang diadaptasi menjadi drama keluarga yang bersetting di Jakarta dan Bali sekaligus. Sebuah konflik radikal yang jika tidak ditangani dengan hati-hati akan terkesan tidak mengenakkan.
Sutradara Eduart yang sudah sangat berpengalaman sejak tahun 70an ternyata tidak kehilangan sentuhan emasnya dalam menyajikan aspek-aspek drama secara wajar dengan penekanan topik di beberapa scene. Satu kekurangan yang saya cermati adalah beberapa adegan slow motion setiap suguhan satu scene konflik berlalu disertai dengan alunan lagu dari Seventeen. Rasanya hal ini tidak perlu karena terkesan terlalu mendramatisasi apalagi sampai dilakukan berulang-ulang.
Dari segi acting, Rizky tampaknya sudah sangat berpengalaman sebagai lelaki baik hati yang kurang bisa mengambil sikap tegas. Namun rasanya penonton akan dapat memahami tindakannya jika ditempatkan pada posisi yang sama. Shara sebagai ibu muda mandiri memiliki daya tarik tersendiri. Wajah cantiknya terasa pas saat diclose-up kamera mampu menghadirkan kecemasan seorang ibu dan kebahagiaan seorang kekasih. Memang ia tidak 100% konsisten melakukannya tetapi sudah baik. Masayu dan Suci juga memberikan pendalaman yang lumayan bagus sebagai dua putri single parent, Mira yang spontan dan kurang kasih saying tampak berbanding terbalik dengan Kirei yang rasional dan lebih dewasa.
Esensi novel secara keseluruhan tentunya tidak mungkin masuk semua dalam sebuah film berdurasi satu setengah jam kurang lebih. Itulah yang menyebabkan banyaknya adegan flashback berwarna sepia untuk menjelaskan latar belakang karakternya masing-masing terutama Nando menghadapi problematika ibu-anak dan Idayu suami-istri. Namun bagi saya, penjelasan demi penjelasan ini malah kurang memberikan makna apapun walau jika dihilangkan juga pasti terasa ada yang hilang.
Terlepas dari beberapa kekurangan dasar yang disebutkan tadi belum lagi pengulangan konflik ibu anak yang sedikit melelahkan hingga akhirnya ditutup juga pada endingnya yang puitis itu, saya tetap mengapresiasi Anakluh sebagai sebuah tontonan di atas rata-rata yang kaya wacana apalagi pemandangan dan kultural Bali juga dihadirkan secara nyata. Saya rekomendasikan anda untuk pergi menonton film ini.
Durasi:
95 menit
Movie-meter: