Tagline:
Henry Caine: If you save a life... you are responsible for it.
Storyline:
Ketika Abe Dale tengah menikmati makan siang bersama istri dan anaknya di sebuah restoran, tiba-tiba seorang pria asing masuk dan menembak dua orang kesayangannya itu sebelum membunuh dirinya sendiri. Kejadian tersebut membuat Abe shock dan nyaris bunuh diri tapi temannya Marty Bloom berhasil menyelamatkannya. Pengalaman dekat dengan maut itu menyebabkan Abe dapat melihat cahaya putih di sekeliling orang-orang yang akan meninggal. Atas dasar fakta tersebut, akankah Abe mampu menghindari orang-orang tersebut dari kematian tanpa konsekuensi yang mungkin terjadi di kemudian hari?
Nice-to-know:
Dibawa ke sinema di Inggris Raya dengan judul "Brooks Noise".
Cast:
Terakhir mendukung Slither (2006), Nathan Fillion bermain sebagai Abe Dale yang terluka karena kehilangan istri dan anaknya hingga memiliki pengalaman nyaris mati.
Katee Sackhoff sebagai Sherry Clarke
Craig Fairbrass sebagai Henry Caine
Adrian Holmes sebagai Marty Bloom
Kendall Cross sebagai Rebecca Dale
Director:
Patrick Lussier mengawali karir penyutradaraannya lewat The Prophecy 3: The Ascent (2000) yang langsung rilis dalam format video.
Comment:
Film yang sudah rilis tahun 2007 lalu ini nyatanya baru tayang di Indonesia pada awal 2011. Melanjutkan apa yang sudah dibahas pada prekuelnya yaitu mengenai E.V.P alias Electronic Voice Phenomenon yang difungsikan untuk menangkap suara-suara dari dunia orang mati lewat seperangkat alat yang dioperasikan secara khusus. Jika dulu ada Michael Keaton maka kali ini terpilih Nathan Fillion yang namanya lebih asing lagi. Plot awalnya menceritakan konsep kembali dari kematian itu sendiri yang membuat karakter Abe mampu melihat “cahaya” putih di sekujur orang di sekitarnya yang akan meninggal. Kemudian cerita bergulir menjadi sedikit dogmatis dimana hukum sebab akibat yang menyinggung Injil/Alkitab diperdebatkan secara gamblang lewat bukti-bukti lisan ataupun tertulis yang sayangnya tidak terlalu meyakinkan untuk dipercaya begitu saja. Fillion sebetulnya sudah tampil maksimal sebagai Abe. Karakter “pahlawan dadakan” setelah berduka kehilangan keluarga yang dicintainya memiliki pencitraan dramatis yang cukup menarik. Hanya saja koneksi dengan tokoh-tokoh lainnya tidak cukup kuat untuk mendukung eksistensinya disini. Contoh saja Sackhoff yang terkesan terlalu “bitchy” sebagai suster Sherry yang seharusnya sopan dan terpelajar. Pada akhirnya Fillion seperti stand alone character yang terasa dipaksakan. Coba salahkan penulis Matt Venne yang melaksanakan kinerjanya secara tanggung. Sutradara Lussier bisa jadi memiliki basis horor/thriller yang cukup baik tetapi kali ini ia menggunakan spesial efek yang kentara dan banyak dibantu oleh sound yang tiba-tiba memecah keheningan. Terkadang mungkin berhasil menakuti penonton tetapi dengan cara yang terbilang kasar. Belum lagi alur lambat yang rasanya membuat film ini sulit tayang di bioskop alias Direct-to-DVD. Saya katakan White Noise : The Light sebetulnya memiliki premis yang jauh lebih menarik daripada White Noise. Namun semua idenya terasa tidak menyatu dan membuat film horor ini kehilangan jati diri yang sesungguhnya. Terlepas dari semua penilaian negatif tersebut, saya masih cukup menyukainya walau pada akhirnya dibuat kecewa dengan ending yang tidak masuk akal terlebih setelah intensitas yang terjadi di paruh kedua durasinya.
Durasi:
95 menit
U.K. Box Office:
£1,288,726 till Jan 2007.
Overall:
7 out of 10
Movie-meter: