Tagline:
Not all souls can be saved.
Storyline:
Abad ke-14, kaum Crusader kembali ke tanah kelahirannya yang tengah terjangkiti Wabah Hitam. Pendeta Debelzag dan pendeta muda Kay berusaha menjaga seorang gadis yang dicurigai sebagai titisan penyihir untuk tetap terkurung. Bersama mereka terlibat juga prajurit Eckhart yang berduka atas kematian keluarganya dan juga dua mantan pejuang Perang Salib, Behmen dan Felson. Lewat serangkaian peristiwa, gerombolan tersebut dipimpin oleh Hegamar bertekad melakukan perjalanan mencari biara tua untuk mengakhiri segala kutukan yang melanda desa tersebut. Benarkah ada kekuatan lain yang lebih besar menanti mereka selanjutnya?
Nice-to-know:
Diproduksi oleh Atlas Entertainment dan Relativity Media.
Cast:
Terakhir juga memerangi kekuatan gelap dalam The Sorcerer’s Apprentice, Nicolas Cage disini kebagian peran Behmen
Terkenal sebagai Hellboy yang dilakoninya pertama tahun 2004, Ron Perlman kali ini bermain sebagai Felson
Stephen Campbell Moore sebagai Pendeta Debelzaq
Stephen Graham sebagai Hagamar
Ulrich Thomsen sebagai Eckhart
Claire Foy sebagai The Girl
Director:
Dominic Sena pernah mengarahkan Nicolas Cage sebelumnya dalam Gone In Sixty Seconds (2000).
Comment:
Karena kekosongan slot film belakangan ini, film bergenre aksi petualangan fantasi ini lumayan mencuri perhatian di jaringan bioskop Blitzmegaplex sampai diputar di dua auditorium di dua minggu perdana penayangannya. Atas dasar itulah, saya tergerak untuk menonton film ini sambil berharap kharisma seorang Cage (yang sudah lama hilang) bisa kembali lagi apalagi didukung oleh sutradara Sena yang pernah menghasilkan beberapa judul menarik sebelumnya.
Sayangnya lagi-lagi Cage membosankan. Tidak ada yang berbeda dari aktingnya sebagai Behman selain model rambutnya yang aneh itu. Masih dengan ekspresi dan intonasi yang sama seperti yang sudah-sudah. Beruntung tandemnya Perlman bermain lebih variatif sehingga chemistry keduanya disini terasa saling mengisi. Rasa penyesalan yang menyergap mereka juga terkesan hanya seperti sebuah sebab tanpa ada korelasi yang kuat untuk mendukung perjuangan mereka selanjutnya. Para pendukung lainnya juga sayangnya tidak terlalu mengesankan dalam menerjemahkan karakternya masing-masing.
Sutradara Sena tampak kebingungan mengangkat hasil penulisan Bragi F. Schut ke dalam sekuens aksi yang dinamis. Gaya penceritaan yang lemah terutama pada paruh pertama durasinya bisa jadi menyebabkan anda tertidur pulas. Jika itu yang terjadi, tidak usah takut melewatkan sesuatu karena paruh kedua film ini anda tetap bisa mengikutinya dan menemukan intensitas yang setidaknya sedikit meningkat.
Pertarungan besar (Perang Salib) maupun kecil (Iblis) malah mengalir begitu saja nyaris tanpa greget dimana efek CGI terasa dominan walaupun tidak mulus dieksekusinya. Sampai tahap ini, terasa film seperti penggabungan berbagai macam subplot yang telah dihadirkan sebelumnya, hanya saja tidak dilengkapi dengan pertukaran dialog yang kreatif ataupun latar belakang sejarah yang cukup jelas sebagai bukti pendukung.
Selayaknya penundaan tanggal rilis yang sempat dilakukan studio filmnya, kualitas akhir Season Of The Witch juga memang patut dipertanyakan. Rasanya cukup sulit menjual film ini selain ending menit-menit terakhir yang walau klise selayaknya arcade battle video game tapi tetap dapat menjaga minat anda menyelesaikan film ini. Bukankah iblis tetap harus diperangi walau harus ada pengorbanan?
Durasi:
90 menit
U.S. Box Office:
$18,913,782 till mid Jan 2011.
Movie-meter: