Tagline:
Don't Look Down.
Storyline:
Sebelum pindah ke Montreal, Sara bertekad membawa teman-temannya untuk menikmati konser, masing-masing adalah Sal, Mel, Cory dan Bruce. Perjalanan yang mereka tempuh bukan lewat darat tetapi pesawat terbang kecil yang akan dikendarai oleh Sara sendiri. Awalnya menyenangkan karena di ketinggian mereka bisa menikmati awan dan pemandangan. Namun saat Bruce panik akan turbulensi, keadaan menjadi tidak terkendali dan pesawat memasuki awan hitam yang misterius. Hal tersebut diperparah dengan kondisi pesawat yang ternyata tidak layak terbang. Ketakutan menghantui mereka satu persatu apalagi kekuatan supernatural yang sulit dijelaskan bisa saja mengintai.
Nice-to-know:
Bersyuting di British Columbia, Kanada dan didistribusikan oleh Anchor Bay Entertainment.
Cast:
Sempat mendukung The Haunting of Molly Hartley (2008), Jessica Lowndes disini bermain sebagai Sara yang kehilangan ibunya dalam kecelakaan pesawat di masa kecil.
Julianna Guill sebagai Mel
Ryan Donowho sebagai Cory
Landon Liboiron sebagai Bruce
Jake Weary sebagai Sal
Director:
Merupakan proyek film pertama bagi Kaare Andrews setelah 6 film pendek sebelumnya.
Comment:
Jika mencermati ide ceritanya yang sedikit berbau sci-fi seharusnya film ini bisa menjadi sesuatu yang fresh. Namun sayangnya penulis Paul A. Birkett seperti berusaha memaksimalkan ide setengah jadi yang pada akhirnya tidak jelas juntrungannya. Cerita dibuka dengan pengenalan lima karakter muda-mudi, sesuatu yang sangat tipikal bagi film thriller remaja. Dari situ berbagai subplot mengalir seperti berlomba-lomba untuk menjadi yang terpenting. Kita punya masa lalu si pilot cewek dan kekasih mentornya, belum lagi cinta segitiga antara sepupu si pilot dengan gadis yang justru mengencani pria brengsek. Tentunya dari sini anda bisa mulai mereka-reka urutan kematian dari mereka berlima.
Dari segi acting, sebetulnya malu untuk menyalahkan nama-nama baru tersebut yang cukup menjual dari segi tampang tapi miskin pengalaman. Saat mereka mulai menyalahkan satu sama lain dan berlomba-lomba memaki sekaligus berteriak di ruang sempit tersebut, tensi anda tentunya mulai meningkat. Bukan karena exciting dengan perkembangan cerita tetapi jengkel melihat dan mendengar semua itu. Rasanya penyampaian konflik dapat dilakukan dengan cara lain yang lebih tepat.
Meskipun mampu membesut adegan sempit di luar angkasa dengan cukup maksimal, sutradara Andrews malah terkesan lupa mempersenjatai kelemahan skrip sehingga tema yang disampaikan tidak lebih dari sekadar comotan salah satu bagian dari The Twilight Zone ataupun Outer Limits dengan semangat Stephen King mungkin? Campuran berbagai senyawa yang sangat mudah meledak jika tidak ditangani dengan baik.
Altitude sebetulnya tidak seburuk tulisan saya, hanya saja kekonyolan plot ceritanya tidak bisa ditoleransi atas dasar apapun juga. Semua karakter yang ada disini juga tak mampu menarik simpati penonton untuk peduli pada kelanjutan nasib mereka menghadapi “monster” dari dimensi lain jika memang benar ada. Endingnya yang berusaha dibuat smart dengan konklusi tersendiri niscaya malah membuat anda tertawa sinis dan buru-buru meninggalkan bioskop.
Durasi:
90 menit
Movie-meter: