Tagline:
She Thought She Was Living Alone
Storyline:
Dokter emergency, Juliet Devereau mencari tempat tinggal baru untuk menjauh dari suaminya, Jack yang ketahuan berselingkuh. Juliet akhirnya menemukan apartemen tipe studio di Brooklyn milik Max yang baru direnovasi dengan harga murah. Awalnya Juliet dan Max mampu menciptakan hubungan yang menjanjikan sebelum Juliet sadar bahwa ia masih mendambakan Jack. Nyatanya Max bukan lelaki yang bisa ditolak begitu saja dan akses yang dimilikinya untuk mengintai Juliet sudah lebih dari cukup untuk melakukan sesuatu yang buruk!
Nice-to-know:
Karena keterbatasan dana, syuting yang dilakukan pada bulan April 2010 harus memangkas berbagai adegan yang seharusnya ada dalam skrip film ini.
Cast:
Kemunculannya dalam seni peran diawali dengan serial televise ABC TGIF di tahun 1990, Hilary Swank bermain sebagai Juliet Devereau
Terakhir melihatnya dalam proyek remake Shanghai (2010), Jeffrey Dean Morgan berperan sebagai Max
Lee Pace sebagai Jack
Christopher Lee sebagai August
Aunjanue Ellis sebagai Sydney
Director:
Merupakan feature film pertama Antti Jokinen yang sebelumnya lebih banyak terlibat dalam pengarahan serial televisi ataupun dokumenter.
Comment:
Entah apa yang membuat aktris sekaliber Hilary Swank mau membintangi film ini. Jika ditilik dari skrip yang ditulis oleh Antti Jokinen dan Robert Orr rasanya tidak menawarkan sesuatu yang baru. Semua terbaca dari menit awal sampai akhir terlebih bagi anda para pecinta genre thriller yang sudah puluhan kali menyaksikan premis serupa.
Image pria dalam film ini digambarkan demikian buruk. Max yang berpikiran “kotor”, berjiwa psycho dan berkepribadian “lemah”. Sedangkan Jack adalah suami peselingkuh yang terkesan memanfaatkan kelembekan hati istrinya yang juga seorang wanita mandiri itu. Ada lagi August sebagai orang tua yang hanya bisa menggerutu dengan sumpah serapah terhadap cucunya tanpa berusaha mengubah “garis keluarga” yang diyakininya itu.
Sedangkan Juliet dihidupkan dengan tegar dan tangguh tapi tidak cukup “keras” dalam menonjolkan sisi tersebut. Tidak dijelaskan bagaimana kemandirian seorang dokter emergency dapat begitu saja luluh menerima pria yang telah menyakitinya itu. Hanya karena kesepian seorang wanitakah? Belum lagi intuisinya di awal film yang sedikit “menggoda” pria yang baru dikenalnya. Cuma sebagai pelarian atay coba-coba? Sulit memastikannya.
Swank seharusnya mampu melahap peran Juliet dengan mudahnya. She DID! Namun karakterisasinya memang kurang berwarna dalam film yang seperti tidak percaya diri ini. Begitu pula dengan Dean Morgan yang mampu memperlihatkan transformasi dari sosok Max yang semula romantis, lembut dan perhatian menjadi cabul, posesif dan berinsting pembunuh. Interaksi keduanya cenderung naik turun, terkadang menarik, terkadang dipaksakan.
Sutradara Jokinen tampaknya sudah berusaha menghadirkan sinematografi yang cukup memikat, konsisten dengan pencahayaan indoor minimalis di setiap sudut apartemen baik yang terlihat maupun tersembunyi. Namun editingnya masih kurang memuaskan, banyak perpindahan scene selayaknya film televisi. Tensi film yang diharapkan merambat naik mendekati endingnya tidak terlalu berhasil terlebih adegan kejar-kejaran ala cat and mouse yang diharapkan klimaks ternyata berakhir begitu saja.
Alhasil The Resident masih jauh dari hasil yang diinginkan penonton kecuali bagi mereka yang tidak pernah menyaksikan film sejenis sebelumnya. Sia-sia belaka kemunculan Pace dalam peran Jack yang sudah mampu anda prediksi nasibnya itu. Seandainya saja seorang Christopher Lee dapat lebih dimaksimalkan dalam peran August. Tidak adanya improvisasi dari keempat karakter utama disini menjadi kelemahan utama. Jika anda berpikir bisa melihat Swank dalam pose syur yang privat? Voila! Anda akan temukan disini meskipun tidak yakin adegan tersebut akan “sepanas” ekspekstasi anda.
Durasi:
85 menit
Overall:
7 out of 10
Movie-meter: