Tagline:
It's a thin line between love and friendship.
Storyline:
Rachel dan Darcy adalah dua soulmate sedari kecil meski keduanya berbeda kepribadian. Rachel selalu menyikapi serius hidupnya sebagai pengacara sedangkan Darcy sangat menikmati menit-menit hidupnya. Di ultah ke-30 nya, Rachel justru bertemu kembali dengan tunangan Darcy yaitu Dex yang merupakan teman seangkatannya semasa kuliah jurusan hukum dahulu. Rahasia mulai terkuak saat ternyata Rachel dan Dex sama-sama pernah memiliki ketertarikan satu sama lain. Satu malam dihabiskan bersama membuat mereka berusaha mencari tahu makna dari hubungan tersebut sebelum semua benar-benar terlambat oleh pernikahan.
Nice-to-know:
Colin Farrell sempat dikabarkan akan bermain sebagai Marcus dan Peter Facinelli sempat mencoba peran Dex sebelum keduanya batal.
Cast:
Terakhir menyaksikannya dalam ensemble drama He’s Just Not That Into You (2009), Ginnifer Goodwin bermain sebagai Rachel
Sempat mengisi peran The Killer Inside Me tahun lalu, Kate Hudson berperan sebagai Darcy
Colin Egglesfield sebagai Dex
John Krasinski sebagai Ethan
Steve Howey sebagai Marcus
Ashley Williams sebagai Claire
Director:
Merupakan film ketiga Luke Greenfield setelah terakhir The Girl Next Door (2004).
Comment:
Penemuan cinta yang dibalut dengan perebutan pria diantara dua wanita kerapkali menjadi formula lawas komedi romantik Hollywood sejak dulu kala. Namun jika ditambahkan dengan pembahasan kisah cinta yang belum sempat selesai di antaranya bisa jadi sebuah hal yang baru apalagi jika tergarap dengan baik. Penasaran dengan adaptasi novel berjudul sama karangan Emily Giffin ini? Jawabannya HARUS iya karena terbukti memberikan nuansa yang berbeda.
Rachel & Darcy - Persahabatan yang dibangun sejak kecil biasanya putus..
Darcy yang dominan lebih sering diamini oleh Rachel yang pengalah. Keduanya selalu berbagi momen-momen penting dalam hidupnya secara bersama-sama termasuk dirty little secrets yang tidak heran selalu datang dari Darcy. Yang hebat disini adalah persaingan keduanya tergolong sehat, tidak ada yang melakukan hal-hal buruk untuk saling mengungguli satu sama lain. Itulah sebabnya penonton mampu bersimpati pada keduanya di sepanjang kisah meski tak diragukan akan berpihak lebih pada Rachel.
Darcy & Dex - Aku membuatnya lebih menikmati hidupnya dan dia membuatku sedikit lebih serius..
Di mata orang, Darcy & Dex merupakan pasangan sempurna. Keduanya good looking dan terlihat saling melengkapi dari dua kepribadian yang berbeda sekalipun. Konsep itulah yang membuat keduanya (dan sebagian besar pasangan lain di dunia) memutuskan untuk bersatu. Jangan salah, kesempurnaan hanya terjadi dalam dongeng, bukan dunia nyata yang penuh realita. Terlepas dari manisnya sikap satu sama lain, rasanya penonton mampu melihat sedikit celah “serius” dalam hubungan mereka.
Rachel & Dex – Andai aku tahu lebih awal perasaan ini. Sekarang semuanya sudah terlambat..
Hati-hati, perkawanan pria dan wanita seringkali dibumbui oleh cinta terpendam salah satu pihak (bisa jadi keduanya!). Jika itu yang terjadi, pilihan ada di tangan anda untuk tetap meneruskan persahabatan atau mengungkapkan perasaan yang bisa merusak semuanya. Dex yang ragu-ragu untuk mendekati atau Rachel yang terlalu rendah diri untuk melangkah? Sikap mundur maju keduanya tak jarang membuat penonton gemas sekaligus geregetan.
Karakter Rachel terasa pas di tangan Goodwin, wanita cerdas, baik hati kalau mau dikatakan tak berdaya, yang menganggap kecantikannya patut disembunyikan. Begitu pula karakter Darcy yang sangat melekat dalam diri Hudson, wanita cantik yang tak jarang egosentris, manipulatif dan patut diuji intelektualitasnya. Interaksi keduanya sebagai soulmates menepis stereotype film-film sejenis yang menonjolkan kebodohan female fighting saat akhirnya harus saling berhadapan.
Tokoh Ethan tidak kalah menariknya disini sebagai satu-satunya yang berpihak pada Rachel. Krasinski menjiwainya secara fun dengan tingkah laku yang jujur dan permainan kata-katanya yang menohok. Tokoh Dex juga dihidupkan dengan charming oleh Egglesfield. Tipe pria don juan yang untungnya tidak memanfaatkan kelebihannya itu untuk menarik wanita tetapi lebih pada usahanya untuk menjadi pria yang utuh dalam mewujudkan mimpi-mimpi hidupnya.
Sutradara Greenfield terbilang berhasil menggarap chick flick yang dewasa dan tidak dangkal ini. Bagaimana potongan-potongan masa lalu dari ketiga tokoh utamanya bertukaran dihadirkan lewat sudut pandang Rachel. Hal tersebut mampu menjawab setiap pertanyaan yang mungkin timbul dari penonton sebelum memutuskan kemana mereka akan berpihak. Sinematografinya cukup apik meski setting The Hamptons House agak berlebihan penggunaannya. Komposisi musik latar yang timeless tergolong tepat mengisi setiap bold scenes nya untuk mempertajam suasana galau dan sedih yang silih berganti hadir.
Something Borrowed tidak hanya manis romantis tapi juga sendu provokatif. Drama bermakna yang kental dengan proses “introspeksi” dengan kandungan momen back and forth nya. Membuat anda berpikir dalam-dalam bagaimana menjadi seorang sahabat sempurna, kekasih ideal tanpa harus menyakiti? Atau menerawang apakah sebuah kesalahan dapat diperbaiki secara benar, untuk kemudian melangkah maju merengkuh impian-impian pribadi yang terpendam? Ahhh pertanyaan-pertanyaan dilematis yang pasti dihadapi setiap orang tanpa terkecuali sebelum rasa penyesalan itu benar-benar datang pada akhirnya..
Durasi:
110 menit
U.S. Box Office:
$38,438,310 till Jun 2011
Overall:
8.5 out of 10
Movie-meter: