Saturday, 30 July 2011

HARRY POTTER AND THE DEATHLY HALLOWS PART 2 : Pamungkas Horcrux Pertarungan Voldermort

Quotes:
Harry Potter: We have to go there, now.
Hermione Granger: What? We can't do that! We've got to plan! We've got to figure it out...
Harry Potter: Hermione! When have any of our plans ever actually worked? We plan, we get there, all hell breaks loose.


Storyline:
Harry, Ron, Hermione harus menemukan 3 horcrux tersisa untuk menghancurkan kekuatan Voldermort. Perjuangan diawali dari The Gringott hingga Hogwarts sebelum berhadapan langsung dengan Raja Kegelapan yang mengancam akan menguasai dunia dan melenyapkan siapapun yang tidak sejalan dengannya. Sementara itu Severus yang menjadikan Hogwarts bagaikan penjara hidup ditentang oleh Prof McGonagall dan pengajar lainnya sehingga memaksanya kembali ke Voldermort. Jalan pikiran Harry yang secara tidak langsung terkoneksi dengan Voldermort pun menuntunnya mengatur strategi terbaik sekaligus memenangkan pertempuran terbesar dalam hidupnya walau mungkin mengorbankan banyak nyawa tak berdosa.

Nice-to-know:
Total kacamata yang dihabiskan Daniel Radcliffe selama syuting delapan seri Harry Potter adalah 160 pasang!

Cast:
Daniel Radcliffe sebagai Harry Potter
Rupert Grint sebagai Ron Weasley
Emma Watson sebagai Hermione Granger
Ralph Fiennes sebagai Lord Voldemort
Alan Rickman sebagai Professor Severus Snape
Matthew Lewis sebagai Neville Longbottom
Evanna Lynch sebagai Luna Lovegood
Helena Bonham Carter sebagai Bellatrix Lestrange
Jason Isaacs sebagai Lucius Malfoy
Warwick Davis sebagai Griphook / Professor Filius Flitwick

Director:
Perjalanan pria kelahiran Inggris 48 tahun yang lalu bernama David Yates ini tergolong luar biasa. Dari berbagai serial televisi hingga akhirnya dipercaya menangani 4 seri terakhir installment Harry Potter.

Comment:
Inilah instalasi terakhir dari franchise Harry Potter yang sudah menjadi fenomena selama satu dekade terakhir di kancah perfilman dunia. Bukan hanya dari perolehan dollar nya saja yang fantastis tetapi proses adaptasi dari bukunya itu sendiri yang patut ditunggu. Pada akhirnya dua hal tersebutlah yang menjadi indikasi sukses atau tidaknya setiap bagian dari terjemahan bebas hasil karya penulis J.K. Rowling tersebut.
Sutradara Yates patut diberikan applause karena menghadirkan sinematografi yang spektakuler dengan sisi artistik yang terjaga baik. Tak heran visualisasinya mengundang decak kagum terutama penggunaan spesial efek yang mulus dan penataan kostum yang pas. Belum lagi penempatan scoring musik yang brilian mengiringi setiap scene pertarungan maupun dramatisasinya. Tidak heran jika seri terakhir ini patut dikedepankan sebagai calon nominasi Oscar tahun depan atas atas keunggulan-keunggulannya itu.
Favorit saya kali ini tidak lain tidak bukan adalah Alan Rickman. Karakter Snape yang selama ini digambarkan monoton tanpa emosi akhirnya memperlihatkan sisi lain yang manusiawi sehingga membuat penonton mampu berempati padanya. Sayangnya scenes dimana ingatan Snape tereksploitasi malah terkesan terburu-buru dan tidak memberi ruang yang cukup untuk benar-benar merasakan pembentukan karakternya dari masa lalu.
Dua karakter yang cukup mencuri perhatian adalah Neville Longbottom dan Helena Ravenclaw. Lewis berhasil melakukan pidato singkat yang cukup berarti plus aksi heroiknya di bagian ending. Juga Macdonald sempat sukses membangun nuansa menakutkan saat berbagi scene dengan Harry Potter. Sayangnya Davis masih terasa kurang maksimal sebagai Aberforth Dumbledore dari segi karisma dibandingkan tokoh-tokoh senior lainnya.
Konsistensi trio Harry-Ron-Hermione secara sempurna dipertahankan oleh Radcliffe-Grint-Watson yang sudah semakin dewasa. Perubahan fisik jelas terlihat signifikan dibandingkan kemunculan pertama mereka masing-masing. Cukup menarik menyaksikan penuaan “19 tahun” yang dilakukan di penutupan film meskipun saya berpendapat bagian ini sebetulnya tidak perlu ada karena tidak mengganggu cerita samasekali.
Scenes yang paling memorable bagi saya adalah The Gringott dan juga pertempuran mempertahankan Hogwarts dari serbuan Voldermort. Adu sihir yang bombastis memang menjadi jualan utama sebuah summer movies yang harus lebih dari segala-galanya. Laga finale antara Harry dan Tom memang sedikit antiklimaks. But what more could you have asked for? Ini adalah pertarungan baik dan jahat yang kerapkali terjadi dalam bentuk apapun di dunia ini.
Terlepas dari ending process yang menurut saya agak rushing, Harry Potter and the Deathly Hallows Part 2 merupakan penutup sempurna bagi petualangan ketiga karakter remaja (muda ke dewasa) yang berbagi persahabatan dengan kesamaan visi nyata, tekad kuat dan semangat tinggi untuk memerangi raja kegelapan. Kesempurnaan akan konsep visual dan keseimbangan emosional yang belum pernah disaksikan dari ketujuh seri sebelumnya. Bersiaplah untuk merindukan dunia magis Harry Potter dalam tahun-tahun mendatang. Tanpa disadari franchise ini turut menjadi bagian dari perjalanan hidup saya dan juga anda semua penggemar film pada umumnya dalam rentang waktu yang panjang. IT ALL ENDS. Adieu!

Durasi:
130 menit

U.S. Box Office:
$169,189,427 (opening weekend in mid July 2011)

Overall:
8 out of 10

Movie-meter: