Kenapa sih tuh pocong ngesot? Tau deh, tanya sendiri sama yang bersangkutan..
Keseleo kali!
Storyline:
Asep nekad pergi ke kota untuk mencari penghidupan yang layak demi menikahi kekasihnya di desa, Lilis. Di Jakarta, Asep malah tinggal di sebuah kontrakan bersama-sama Kubil, Bonar dan Wanda sekaligus mengenal Pretty dan Devina di kampus yang sesekali mengenalkannya pada kehidupan metropolitan. Kecemasan Asep akan Lilis yang mungkin dipersunting pengusaha kaya membuatnya bertekad mencari dukun pelet yang manjur. Lewat serangkaian prosesi yang melibatkan sesajen lengkap di sebuah pohon keramat trembesi, Asep dkk malah diganggu penampakan pocong ngesot. Akankah tujuannya berhasil pada akhirnya?
Nice to know:
Diproduksi oleh Rapi Films dan press conferencenya dilangsungkan di fX Platinum XXI tanggal 21 Februari 2011.
Cast:
Aziz Gagap sebagai Panda
Rozie Mahally sebagai Asep
Keira Shabira sebagai Lilis
Leylarey Lesesne sebagai Devina
Fero Walandouw
Director:
Nayato menggarap film keduanya yang dalam judulnya mengandung kata “Pocong” setelah Pocong Jumat Kliwon (2010).
Comment:
Bagi anda para penggemar OVJ tentu tidak asing lagi dengan nama Aziz Gagap. Namun debut aktingnya di film layar lebar ternyata sebagai pria kemayu. Tokoh Panda yang dimainkannya sukses mencuri “perhatian” terutama karena kostum yang mengganggu pandangan ataupun kegagapan ala bencongnya. Bersama aktor-aktor lain yang tidak perlu saya sebutkan namanya, mereka bahu-membahu mempertahankan film ini agar tetap dalam rel komedi meski terseok-seok oleh konsep jayus dan norak sekalipun.
Sedangkan para aktris yang mendukung film ini sungguh tidak berkontribusi apa-apa selain menjual tampang dan tubuh yang tidak terlalu penting itu. Jika peran mereka dihilangkan, niscaya karakterisasi film ini tidak akan terlalu melebar selain faktor nilai dari teramat sangat hancur menjadi teramat hancur saja. Namun rupanya Nayato merasa masih perlu membayar mereka supaya filmnya masih mendapat label uniseks.
Dari segi cerita, tidak ada yang baru samasekali. Anda akan luar biasa familiar dengan sekuensi adegan demi adegannya. Tidak perlu benang merah lagi toh semua sudah tertutupi dengan celotehan konyol basi ataupun adegan slapstick norak di sepanjang durasinya yang seperti memaksakan penonton tertawa di mulut tetapi meringis di hati.
Bagaimana dengan nasib sang pocong? Sekali lagi ia dipermainkan sekejam-kejamnya disini mulai dari ditampol, ditimpuk, dikemplang sampai dijorokin hingga terjungkal, semua dilengkapi dengan sound effect. Setidaknya itu yang berhasil saya ingat di luar segala perlakuan nista lain terhadapnya. Namun tidak ada yang lebih kejam saat jenis kelaminnya ditukar-tukar begitu saja. Lewat serangkaian flashback dikatakan bahwa pocong tersebut wanita tetapi malah dianggap pria dengan sebutan Pak Mahmud?
Pocong Ngesot alhasil hanya berusaha menjual komedi mengerikan dan horor menggelikan. Mungkin setelah menonton film ini, anda akan tertarik mengundang sang pocong untuk ngesot di rumah anda sekaligus mengepel lantai dengan kain kafannya yang masih putih polos itu? Oops, mudah-mudahan tidak terpikirkan sekalipun. Cukup terjadi di dunia sinema saja yang kini tengah krisis film impor tersebut.
Durasi:
80 menit
Overall:
6 out of 10