Quotes:
Bara: Ujan di luar sih udah berhenti tapi ujan di hati gue masih deres
Nice-to-know:
Film yang diproduksi oleh Rapi Films ini screeningnya dilangsungkan di fX Platinum XXI pada tanggal 5 September 2012.
Cast:
Dimas Anggara sebagai Bara Mahesa
Natasha Rizki sebagai Velin Caliandra
Jordi Onsu sebagai Rio
Joe P Project sebagai Ayah Bara
Alisia Rininta sebagai Diandra Pramita
Indri Giana sebagai Tata
Ramon Y Tungka sebagai Edo
Director:
Merupakan film kesebelas bagi Iqbal Rais setelah The Tarix Jabrix (2011).
W For Words:
Sesungguhnya novel Radio Galau FM terdiri dari 12 chapter yang menceritakan petualangan cinta seorang remaja pria bernama Bernard Batubara dan 5 chapter tambahan kiriman followers @RadioGalauFM tentunya dengan satu tema: GALAU. Terbitan 2011 ini lantas menuai sukses karena dianggap dekat dengan kehidupan pribadi pembacanya. Akun Twitternya yang berhasil meraup lebih dari empat ratus ribu pengikut itu pun berhasil menciptakan eforia bagi galauers. Tak heran jika Rapi Films melihat peluang ini untuk melakukan adaptasi layar lebar dengan bintang-bintang anyar.
Aktif di mading sekolah, Bara Mahesa bermimpi menjadi penulis sukses meski impian terdekatnya belum tercapai yaitu punya pacar. Kesempatan itu datang saat adik kelasnya, Velin menunjukkan sinyal cinta yang kuat. Segera Bara membalasnya setelah berkonsultasi dengan ayah dan kakaknya Rara yang sama-sama gokil itu. Lambat laun, Velin berubah manja serta penuntut hingga Bara meminta break dan memilih untuk mendekati kakak kelasnya, Diandra. Benarkah keputusan Bara tersebut menghalau kegalauan dari hidupnya?
Istimewanya, sudut pandang dari novel dan film ini adalah remaja laki-laki bernama Bara Mahesa. Untuk itu penonton pria bisa jadi merasa amat dekat dengan karakter utamanya. *switch sudut pandang pria* Fase galau karena jomblo atau pacaran mulai dari pencarian hingga penemuan kekasih hati dijelaskan secara gamblang. Proses pendekatan yang berujung 'penembakan' akan membuat anda tertawa mengenang pengalaman pribadi, dag-dig-dug sekaligus harap-harap cemas menanti jawaban gadis pujaan. Proses pacaran yang kerap membuat cowo sulit mengerti isi hati cewe pun dijabarkan disini, tak ayal anda akan berujar: "Ah itu gue banget."
Namun bukan berarti penonton wanita dikesampingkan begitu saja. *switch sudut pandang wanita* Penulis skrip Haqi Achmad punya cara khusus bagi anda untuk memasuki pikiran karakter Velin atau Diandra yang sebenarnya hanya ingin perhatian dalam skala besar atau kecil. Semuanya dilakukan pada timing tepat sehingga konsep the battle of sexes dapat diselesaikan secara seimbang walaupun keduanya memiliki dunia masing-masing yang samasekali berbeda. Natasha Rizki mampu menerjemahkan emosi Velin lewat tangisan berurai air mata, menegaskan dirinya sebagai gadis rapuh nan posesif. Kebalikannya Alisia Rininta adalah gadis high class Diandra yang punya segudang tingkah menyebalkan karena merasa memiliki kelebihan fisik.
Dimas Anggara akhirnya mendapat kesempatan emas untuk berkibar sebagai aktor setelah lakonnya dalam Kembang Perawan (2009). Keragaman ekspresi yang luwes turut mengiringi karakter Bara yang masih mencari jati diri dan tambatan hati. Tiga chemistry inti dengan orang-orang terdekatnya berhasil dibawakan secara pas. Apresiasi khusus ditujukan bagi Joe P'Project sebagai ayah nyablak gaul, Jordi Onsu sebagai sohib kepo cerewet dan Tiara Sumiarto sebagai kak Rara yang gokil nyentrik. Yang terakhir ini seringkali kemunculannya tak sedap dipandang mata.
Kembalinya Iqbal Rais ke bangku sutradara setelah sempat berjuang melawan leukimia memang pantas diacungi jempol. Kapabilitasnya menggarap drama roman terbukti masih terjaga terlepas dari segmentasi film yang jauh lebih muda dari karya-karya sebelumnya. Frame demi frame tertata rapi untuk menghadirkan konteks emosi yang dibutuhkan sehingga storytellingnya mengalir lancar dan tidak melebar kesana-sini. Sumbangan musik dari Andhika Triyadi juga mampu menghidupkan suasana di samping kreatifitas Khikmawan Santosa yang lagi-lagi menata suara dengan begitu asyik, sound effect denyut jantung akan membuat anda terpingkal-pingkal.
Untungnya Radio Galau FM tidak berusaha menjadi istimewa. Pengerucutan belasan karakter yang semula ada di novelnya membuat konflik cinta remaja ini semakin fokus. Kesahajaannya meramu formula biasa menjadi baru lewat sentuhan personal yang sudah disesuaikan dengan perkembangan jaman jelas menjadi nilai tambah tersendiri. Fenomena sosial media dan ponsel komunikatif masa kini turut menjadi sarana percakapan yang umum disamping realita dialog dan spontanitas humor yang berkali-kali mengundang tawa. Galau is word of the year and get ready to experience it in the movie.Beware, reflection might come along afterwards!
Durasi:
94 menit
Overall:
8 out of 10
Movie-meter: