Monday, 3 October 2011

THE SORCERER AND THE WHITE SNAKE : Cinta Siluman Ular Seteru Rahib Suci

Quotes:
Xu Xian: Someone once told me if i want to see someone, I should keep her in my heart, then I will really see her again.


Storyline:
Bai Xu Zhen dan Qingqing adalah dua siluman ular putih dan hijau yang telah bersemedi selama ribuan tahun demi mencapai kesempurnaan. Pada suatu hari, Bai Xu Zhen melihat Xu Xian dari kejauhan. Rasa penasarannya timbul dan ia mengubah wujudnya menjadi manusia untuk menyelamatkan pria yang ahli meracik obat tersebut dari tenggelam. Keduanya jatuh cinta dan saling mengikrarkan diri dalam pernikahan. Rahib Fa Hai yang bertugas membersihkan siluman jahat dari muka bumi menentang cinta keduanya bahwa siluman dan manusia tidak akan pernah bisa bersatu. Bagaimana akhir kisah mereka?

Nice-to-know:
Diproduksi oleh China Juli Entertainment Media dan dirilis di Hongkong pada tanggal 29 September 2011 yang lalu.

Cast:
Baru saja terlihat bermain dalam produksi Hollywood yakni The Expendables (2010), Jet Li sebagai Rahib Fa Hai
Eva Huang sebagai Bai Xu Zhen
Raymond Lam sebagai Xu Xian
Charlene Choi sebagai Qingqing
Vivian Hsu sebagai Goblin
Zhang Wen sebagai Human Devil
Miriam Yeung
Sonija Kwok

Director:
An Empress and the Warriors (2008) merupakan garapan terakhir Tony Ching Siu Tung sebelum meremake film klasik ini.

Comment:
Tidak perlu menutupi fakta bahwa saya dan keluarga serta sebagian masyarakat Indonesia pada medio 1990an pernah memfavoritkan serial televisi di SCTV yang berjudul White Snake Legend. Waktu itu persahabatan ular putih-hijau, pernikahan ular putih-tabib dan perseteruan siluman ular-rahib suci sangat membius penonton sehingga tidak peduli jika plotnya sendiri terlampau bertele-tele tetaplah ditunggu-tunggu dan menjadi memorable hingga saat ini.

Trio Zhang Tan, Tsang Kan-cheong, Szeto Cheuk-hon tidak banyak mengubah ide yang ada dalam skrip gubahannya kali ini. Garis besarnya masih sama dengan penegasan hubungan cinta dan perseteruan baik melawan jahat itu sendiri. Berbagai detail yang diperkirakan menyita durasi dihilangkan, terbukti cukup efektif meski berbagai latar belakang terasa kurang penjelasan. Contoh paling konkrit adalah alasan Xu Xian dan Bai Xu Chen jatuh cinta yang terlalu instan.
Kinerja sutradara Tony Ching harus diakui sangat terbantu oleh CGI. Setting lokasi benar-benar terlihat hasil komputerisasi, sebagian bahkan terlihat seperti screensaver. Belum lagi perwujudan para siluman mulai dari kelelawar, rubah, ular, tikus dsb. Sepertinya sah-sah saja demi menyuguhkan gambaran terdekat sesuai intruksi produser. Imbasnya film kehilangan sentuhan realistiknya, bukan hanya sebagian tetapi sebagian besar.

Setidaknya Raymond Lam benar-benar pria sejati, bukan “jadi-jadian” seperti Cecilia Yip dahulu. Chemistrynya dengan Huang Shenyi cukup efektif membangun romantisme yang dibalut oleh kebahagiaan dan kesedihan. Penampilan Jet Li sebagai Rahib Fa Hai cukup dipertanyakan motivasinya. Apapun itu ia sudah mengotori seni koreografi kungfunya sendiri dengan bantuan efek spesial. Beberapa scene emosional yang diharapkan darinya juga cenderung datar saja.
The Sorcerer and the White Snake jelas tidak akan menjadi favorit penonton yang tidak terlalu mementingkan faktor CGI itu sendiri. Walau demikian bagi saya, elemen fantasi yang dibumbui oleh cinta dan aksi lumayan sukses bersinergi satu sama lain, terima kasih pada scoring musik dan soundtrack yang mengalir dengan baik. Pemirsa klasik akan mengobati rasa rindunya kali ini sedangkan penonton baru berkesempatan menyaksikan kisah cinta terlarang klasik Tiongkok antara manusia dan siluman dimana kesanggupan berkorban dan sikap tulus memang tiada bandingannya.

Durasi:
96 menit

Overall:
7 out of 10

Movie-meter:


Notes:
Art can’t be below 6
6-poor
6.5-poor but still watchable
7-average
7.5-average n enjoyable
8-good
8.5-very good
9-excellent