Bailey Tallet: 1200 miles for a kiss.
Charlie Kenton: Worth it. So worth it.
Storyline:
Masa depan dimana robot petinju merupakan olahraga terpopuler, Charlie Kenton terus saja berjudi dengan robot miliknya yang dengan mudah dihancurkan. Hutang yang menumpuk di tengah hidup yang serabutan semakin lengkap saat mantan kekasihnya yang meninggal malah meninggalkannya seorang putra berusia 11 tahun bernama Max. Kesulitan uang, Charlie “menjual” Max pada bibinya yang bersuamikan seorang pria tua konglomerat dalam kurun waktu 2 minggu. Sambil menunggu, Max yang juga tertarik pada robot justru melengkapi hidup Charlie yang berantakan, terutama dengan kehadiran robot “sparring” Atom yang tidak pernah diperhitungkan untuk bertarung. Akankah kolaborasi ayah anak ini akan berhasil pada akhirnya?
Nice-to-know:
Setiap robot dibangun utuh secara fisik dan animasi CGI nya. Untuk gerakan spesifik tertentu dikontrol oleh lebih dari 20 orang.
Cast:
Film keempat yang dibintanginya di tahun 2011 setelah Butter, Hugh Jackman sebagai Charlie Kenton
Pemeran Thor muda versi modern bernama Dakota Goyo ini berperan sebagai Max Kenton
Evangeline Lilly sebagai Bailey Tallet
Anthony Mackie sebagai Finn
Kevin Durand sebagai Ricky
Olga Fonda sebagai Farra Lemkova
Karl Yune sebagai Tak Mashido
Director:
Merupakan film ketiga dari sutradara Shawn Levy yang dirilis dalam format IMAX setelah Night at the Museum (2006) dan Night at the Museum: Battle of the Smithsonian (2009).
Comment:
Mencari sebuah hiburan drama keluarga bernafaskan klasik tapi bernuansakan modern berkualitas? Inilah jawaban Steven Spielberg, Robert Zemeckis dan sederet nama beken lainnya yang duduk di jajaran produser eksekutif atas pertanyaan tadi. Konon ide ceritanya berasal dari salah satu episode serial televisi lawas Twilight Zone yaitu Steel (#5.2) di tahun 1963, sebagian orang bahkan menyebutnya sebagai remake. Saya tidak pernah menyaksikannya dan sebagian besar dari anda rasanya juga tidak. Jika ada, mohon tinggalkan komentar di kolom berikut mengenai komparasi singkatnya. Terima kasih.
Cerita yang ditulis oleh Dan Gilroy dan Jeremy Leven kemudian dikembangkan sedemikian rupa oleh penulis skrip John Gatins yang mengambil setting waktu kisaran tahun 2025 dimana teknologi canggih nan futuristik sudah diterapkan dimana-mana. Meski demikian nuansa country masih terasa kental mendampingi perjalanan ayah anak Charlie dan Max Kenton dalam menelusuri rimba pertarungan robot petinju dari satu tempat ke tempat lain.
Laga robot petinju disini merupakan daya tarik utama. Tak kurang dari 3 robot yang dimiliki keluarga Kenton mulai dari Ambush, Noisy Boy hingga Atom silih berganti ditampilkan dengan karakteristik masing-masing. Belum lagi kemunculan si robot jawara Zeus milik duet sombong Lemkova dan Mashido yang teramat tangguh dan canggih. Berbanding terbalik dengan Atom yang terlihat lemah tetapi seakan memiliki emosi dari cahaya biru di matanya. Acungan jempol bagi penata spesial dan visual efek karena sukses menghasilkan pergerakan robot yang begitu luwes dan natural.
Konflik keluarga yang sedari awal ditunjukkan oleh Charlie yang keras kepala nyatanya semakin runyam dengan hadirnya si kecil Max yang tak kalah teguh pendiriannya. Jika pertengkaran ayah anak yang anda harapkan? Itu memang terjadi. Namun chemistry keduanya sangatlah kuat, menegaskan peribahasa “Darah lebih kental daripada air.” sehingga tak jarang emosi anda luluh lantak menyaksikan interaksi mereka lewat tatap mata, bahasa tubuh dan pertukaran tutur kata yang sengit.
Kali ini kita akan kembali mengenal Jackman sebagai manusia, bukan superhero. Karakter Charlie di tangannya terasa meledak-ledak dengan postur fisik yang sangat menunjang. Tak sia-sia Sugar Ray Leonard mengajarnya langsung teknik-teknik bertinju untuk terlihat meyakinkan. Si kecil Goyo juga secara gemilang mampu menjiwai karakter Max yang polos dan ingin selalu percaya pada mimpi-mimpinya. Tak kalah mencuri perhatian adalah Lilly yang pengertian dan berjiwa besar. Andai karakter Bailey lebih banyak mendapat porsi disini sekaligus menetralkan kekerasan dengan kelembutan.
Sutradara Levy berhasil menangkap momen-momen menyentuh dengan brilian, apalagi didukung oleh scoring music indah milik Danny Elfman di sepanjang film yang silih berganti menggelorakan dan menghangatkan suasana. Setiap adegan dalam film ini tidak diramunya dengan berlebihan termasuk pertarungan keras antar robot yang mengingatkan anda pada film-film tinju manusia macam Rocky (1976) ataupun Raging Bull (1980) dengan hasil akhir yang sudah bisa diduga tapi tetap layak ditunggu.
Real Steel sesungguhnya mengisahkan cinta dan kekuatan yang memperjuangkannya. Sesederhana itu! Tak peduli berapa kali anda menerima pukulan atau cobaan, kemampuan bertahan dan terus mencoba capai apa yang diyakini sangatlah layak dilakukan. Film aksi drama yang pantas disaksikan seluruh anggota keluarga demi sebuah pembelajaran yang teramat menghibur. Bersiaplah untuk berteriak, menangis, tertawa sambil merasakan kebesaran “hati baja” yang sesungguhnya telah dimiliki oleh setiap manusia itu.
Durasi:
127 menit
U.S. Box Office:
$66,732,152 till end of Oct 2011
Overall:
8.5 out of 10
Movie-meter:
Art can’t be below 6
6-poor
6.5-poor but still watchable
7-average
7.5-average n enjoyable
8-good
8.5-very good
9-excellent