Sunday, 12 June 2011

SERDADU KUMBANG : Standar Pendidikan Pencapaian Cita Anak

Quotes:
Acan: Coba bayangkan sendiri kalau papinya Umbe adalah Pak Alim. Hiiyyy seram..

Storyline:
Dalam rangka mencapai program kelulusan 100%, SD & SMP 08 berusaha memperketat sistem pengajarannya. Pak Guru Alim adalah salah satu yang paling mendukung hal ini meskipun ditentang oleh Ibu Guru Imbok yang berpendapat masih ada cara lain yang lebih manusiawi. Adalah siswa-siswa yang tidak lulus tahun lalu yakni Amek, Dulah, Acan, Ujang dan Umbe yang terkena dampaknya. Amek sendiri lebih senang menonton televisi daripada belajar, bertolak belakang dengan kakaknya Minun yang selalu juara kelas dan lomba Matematika. Ibu mereka Siti selalu membanting tulang menghidupi keluarga selagi menunggu kepulangan suaminya Zakaria yang sudah tiga tahun merantau di Malaysia. Akankah perubahan positif dapat terjadi di desa Mantar pada akhirnya terutama pada generasi muda penerus yang dimilikinya?

Nice-to-know:
Diproduksi oleh Alenia Pictures dan gala premierenya dilangsungkan di Epicentrum XXI pada tanggal 9 Juni 2011.

Cast:
Yudi Miftahudin sebagai Amek
Aji Santosa sebagai Umbe
Fachri Azhari sebagai Acan
Monica Sayangbati sebagai Minun
Titi Sjuman sebagai Siti Aisyah
Ririn Ekawati sebagai Bu Guru Imbok
Lukman Sardi sebagai Pak Guru Alim
Asrul Dahlan sebagai Zakaria
Leroy Osmani sebagai Pak Openg
Dorman Borisman sebagai Pak Jabuk
Surya Saputra sebagai Ketut
Gerry Puraatmadja sebagai Pak Haji Idrus
Putu Wijaya sebagai Papin
Fanny Fadillah sebagai Jaenady

Director:
Merupakan film ketiga bagi Ari Sihasale setelah sebelumnya Tanah Air Beta (2010) yang cukup diterima kalangan pecinta film lokal.

Comment:
Alenia Pictures tergolong konsisten menyajikan satu film keluarga di musim liburan sekolah setiap tahunnya. Biasanya ditokoh utamai oleh remaja belia dengan pengharapan akan sesuatu yang lebih baik dari kondisi mereka sekarang. Proses tersebutlah yang menarik untuk disajikan dan dikombinasikan dengan segala permasalahan yang biasa mengiringi. Dan kali ini tugas Jeremias Nyangoen lah dalam menulis skenario film yang konon diilhami dari kisah nyata hasil tulisan tangan Rain Chudori ini.
Sutradara Ari Sihasale menggunakan sudut pandang suku Mandar yang bertempat tinggal di Sumbawa sebagai latar belakangnya. Beberapa long shot yang menyapu landscape indah beberapa kali ditampilkan walau tidak sedominan karya-karyanya sebelum ini. Eksekusi Ale dalam menjembatani kelompok dewasa dan remaja belia disini terbilang mulus sehingga tercipta interaksi timbal-balik yang menyenangkan untuk diikuti.
Penunjukkan Yudi sebagai Amek sangat tepat. Penampilan fisiknya yang tidak sempurna sejak awal mampu mengundang simpati penonton untuk mengikuti perjalanannya dengan runut. Bagaimana ia menyelaraskan cita-citanya dengan keterbatasan pendidikan yang diperoleh. Aji dan Fachri juga cukup melengkapi kekompakan trio ini sebagai Umbe dan Acan yang kocak meskipun persahabatan mereka bukanlah yang terdepan dalam film ini.
Aktor-aktris senior yang turut bermain kali ini memberikan performa yang memikat tanpa perlu saya sebutkan satu persatu. Titi Sjuman paling menonjol dimana logat dan gesture nya sudah menyerupai Siti, wanita Sumbawa yang terkesan jutek tetapi sangat suportif pada suami dan putra-putrinya itu. Menyenangkan melihat Lukman Sardi bersinar bukan di karakter frontal seperti biasanya. Tokoh guru galak Pak Alim yang ofensif dijiwainya dengan lugas. Tak jarang bersinggungan dengan Ririn Ekawati yang amat menyayangi murid-muridnya dan menjunjung tinggi tujuan pengajaran sebagai Bu Imbok.
Konsep ceritanya sendiri memang luas sehingga ada kalanya kehilangan fokus disana-sini karena harus dipadatkan dalam durasi satu jam tiga perempat. Terkadang film berusaha melakukan sindiran-sindiran halus terhadap sistem pendidikan negara kita yang masih belum sempurna ini, tetapi di sisi lain usaha mewujudkan cita-cita jangka pendek sekaligus panjang juga mendapat perhatian yang tinggi meski prosesnya tidak terlalu disorot. Belum lagi nilai-nilai persahabatan, persaudaraan, keluarga yang lumayan frekuentif mengisi scene demi scene yang disajikan secara variatif itu.
Terlepas dari ketidak sempurnaan film dalam mempertahankan jalur yang dilaluinya, Serdadu Kumbang masih mampu menghadirkan dramatisasi menyentuh yang natural. Terima kasih pada music scoring garapan Ipang yang begitu inspiratif dan easy listening. Sentilan kekerasan dalam sistem pengajaran sebagai sebuah perdebatan dilematis juga sukses mencapai sasaran. Di atas semua itu, aspek terpenting adalah setiap anak mesti diarahkan sejak dini untuk memiliki cita-cita dan tetap fokus pada tujuannya seiring mengenyam pendidikan layak. Itulah tugas anda sebagai orangtua kelak untuk membimbingnya. Pada kesempatan ini Ale dan Nia pun sukses menyampaikan messagenya dengan cara mereka sendiri.

Durasi:
105 menit

Overall:
7.5 out of 10

Movie-meter: