Quotes:
Andi: Kita keluarga Yo. Gak selamanya adem ayem. Tapi semua bisa dibetulin Yo..
Storyline:
Seorang wanita bernama Nuke tengah sakit keras di rumah sakit sambil memegang diary merah. Putrinya Natasha terpaksa pulang dari London dijemput oleh pacarnya Nico yang kaya raya. Di tengah perjalanan, mobil mereka dihadang sekelompok kawanan sehingga menyebabkan Natasha terdampar di kantor polisi. Disanalah ia bertemu Satrio yang ditangkap karena kebut-kebutan bersama ketiga sahabatnya Herry, Andi dan Nina si pemilik bengkel RET Auto Speed tempatnya bekerja. Perjumpaan singkat itu mendekatkan Satrio dan Natasha yang kemudian memutuskan untuk mencari pria misterius bernama Boy yang dirindukan Nuke tersebut. Disinilah cinta dan persahabatan diuji habis-habisan untuk sesuatu yang diyakini baik adanya.
Nice-to-know:
Diproduksi oleh 700 Pictures dimana gala premierenya diadakan secara meriah di Epicentrum XXI pada tanggal 21 Juni 2011.
Cast:
Ario Bayu sebagai Satrio
Carissa Putri sebagai Natasha
Poppy Sovia sebagai Nina
Abimana Setya sebagai Andi
Albert Halim sebagai Herry
Paul Foster sebagai Nico
Director:
Awal yang baik Putrama Tuta yang memulai debut penyutradaraannya lewat film ini.
Comment:
Apa yang terlintas dalam kepala saya saat mengetahui bahwa ada sebuah film yang tengah diproduksi dan diprediksi berusaha mengekor sukses Catatan Si Boy yang dibuat hingga 5 seri dalam kurun waktu 1988-1991 itu? Jawabannya bisa jadi beragam tergantung dari sisi positif/negatif yang dilihat. Namun yang jelas saya sangat penasaran apalagi setelah mengetahui bahwa salah satu aktor favorit saya, Ario Bayu akan menjadi pentolannya.
Kekhawatiran akan skrip asal jadi langsung sirna begitu prolog film dibuka dengan style tersendiri. Sejak menit itulah saya mengagumi hasil karya duet penulis Priesnanda Dwisatria dan Ilya Sigma yang tidak berusaha meremake tetapi melakukan regenerasi dengan berbagai pembaharuan yang telah disesuaikan dengan jamannya. Hasil akhirnya tentu saja sebuah ide yang fresh meski tetap bermuatan elemen-elemen lama tanpa ada kesan dipaksakan.
Apresiasi tinggi juga patut dilayangkan bagi sutradara Putrama yang sukses menciptakan atmosfir menyenangkan sehingga para castnya mampu bermain dengan nyaman. Kerjasamanya dengan Yunus Pasolang secara maksimal menghadirkan gambar-gambar yang ciamik hasil kinerja motion dan angle kamera yang kreatif. Belum lagi kontribusi soundtrack “Tribute to Boy” disuguhkan oleh DJ Winky Junko sangat ear-catchy itu mampu membangun suasana young and dynamic. Well done!
Ario Bayu merupakan aktor konsisten yang seringkali under the radar. Disini ia benar-benar menunjukkan star quality nya. Posturnya yang tinggi tegap plus gayanya yang cool membuat karakter Satrio pantas menjadi idola baru. Jangan coba bandingkan karakter Satrio dengan Boy karena Ario dan Onky karena sudah jelas berbeda dimana keduanya sama-sama asyik dengan caranya masing-masing.
Sama halnya tokoh Herry yang merupakan versi baru dari Emon, Albert Halim sukses bertransformasi menjadi pria kemayu dengan gesture dan logat yang khas. Beda lagi dengan Abimana yang paling mencuri perhatian lewat karakter Andi yang cuek dan ngasal tapi tetap setia kawan. Celetukan-celetukannya terdengar norak tapi jawara di setiap scene yang melibatkannya. Kedua peran ini paling sering memancing tawa lepas penonton di sepanjang durasinya.
Carissa bermain aman sebagai gadis cantik yang diperebutkan dua pria sekaligus. Sedangkan Poppy mampu melebur utuh dalam karakter Nina yang tomboy, mandiri walaupun kesepian. Dua tokoh wanita ini terampil menjembatani para tokoh pria untuk saling berinteraksi secara natural dan terikat pada konflik yang diusung. Jangan lupakan penampilan para cameo dari edisi lawasnya seperti Onky Alexander, Btari Karlinda, Didi Petet ataupun terbaru macam Joko Anwar, Nazyra C. Noer dll.
Kekurangan film ini terbilang minor seperti penjelasan ini itu nya yang terasa kurang dari setiap tokoh sentral disini. Namun hal tersebut tidak dirasa mengganggu dan mungkin bisa terjawab dalam sekuel berikutnya jika kelak ada. Catatan Harian Si Boy tidak hanya mengajak penonton generasi lama untuk bernostalgia dan menerima versi estafet ini dengan tangan terbuka tetapi juga penonton generasi baru untuk bertualang dalam balutan tema klasik muda-mudi yang tak lekang oleh waktu. Persaingan cinta, pembuktian diri, kesetiakawanan, pengharapan memang akan selalu mendapat tempat dalam proses pendewasaan seseorang tanpa terkecuali.
Durasi:
100 menit
Overall:
8.5 out of 10
Movie-meter: