The hearts of freedom.
Storyline:
Tanpa diduga Amir mundur dari Angkatan Darat karena ingin fokus pada keluarga terutama istri yang selalu mengkhawatirkannya. Maka Tomas, Dayan, Marius pun melanjutkan gerakan perjuangan kemerdekaan itu didampingi pula oleh Senja yang dicintai Tomas dan Marius sekaligus. Mereka menuju Bali lewat laut demi membalaskan dendam pada Belanda terutama Kolonel Raymer yang telah membunuh keluarga Tomas di waktu lalu. Tak lama kemudian mereka dibantu pemimpin pemberontak bawah tanah bernama Wayan Suta untuk mempertahankan ideologi dan melanjutkan revolusi yang sudah terpatri di dada masing-masing itu.
Nice-to-know:
Diproduksi oleh Media Desa Indonesia & Margate House Film dan gala premierenya diadakan di Epicentrum XXI pada tanggal 4 Juni 2011.
Cast:
Darius Sinathrya sebagai Marius
T. Rifnu Wikana sebagai Dayan
Lukman Sardi sebagai Amir
Donny Alamsyah sebagai Tomas
Rahayu Saraswati sebagai Senja
Astri Nurdin sebagai Melati
Nugie sebagai Wayan Suta
Ranggani Puspandya sebagai Dayu
Michael Bell sebagai Kolonel Raymer
Director:
Masih digawangi oleh Yadi Sugandi yang bertandem dengan Conor Allyn selayaknya dalam Darah Garuda (2010).
Comment:
Sebandingkah kesabaran anda untuk menikmati trilogi ini dalam rentang waktu 3 tahun? Jawabannya tentu tidak mutlak sama bagi setiap orang. Namun bagi saya pribadi cukup sebanding karena bagaimanapun juga potret sejarah perjuangan patriotisme bangsa Indonesia patut dihargai setinggi-tingginya. Dan film inilah satu-satunya yang berani mengangkat hal tersebut di era baru abad 21 yang banyak didominasi oleh genre horor dan komedi.
Garis besar ceritanya sendiri tidak berbeda jauh dari apa yang sudah ditampilkan dua prekuelnya yaitu bagaimana melumpuhkan tentara Belanda sekaligus meminimalisir korban yang berjatuhan. Yang berbeda adalah setting pertempurannya yang satu terjadi di atas lautan dan yang lain mengambil setting Pulau Dewata. Konsep yang menarik untuk menghadirkan inovasi baru yang menyegarkan walaupun tidak mutlak harus dilakukan sebetulnya.
Karakter utama yang ditonjolkan kali ini adalah Tomas dan Marius. Donny dan Darius menjawab tantangan tersebut dengan baik terbukti penjiwaan mereka terasa lebih detil apalagi didukung oleh dominannya scene yang melibatkan keduanya. Rahayu juga bermain menawan karena tokoh Senja kali ini cukup mendapat porsi besar sekaligus mengedepankan arti pejuang wanita yang masih dapat dihitung jari sepanjang sejarah perebutan kemerdekaan Indonesia. Kredit khusus bagi penampilan aktor asing (alm) Michael Bell yang berakting ciamik sebagai Kolonel Raymer.
Sutradara Yadi dan Conor cukup cerdik memaksimalkan spesial efek tembakan dan ledakan yang terjadi di setiap scene yang memungkinkan. Bagaimana lokasi dapat disiapkan sedemikian rupa untuk menjadi medan peperangan yang realistis. Namun yang sedikit mengganggu adalah faktor “keberuntungan” para tokoh utamanya yang bisa selamat berkali-kali dari terjangan peluru ataupun percikan bom. Bukan berarti saya mengharapkan mereka tewas dalam pertempuran tetapi setidaknya dapat dibuat dengan lebih meyakinkan lagi.
Hati Merdeka pun menutup petualangan Amir-Dayan-Tomas-Marius dengan happy ending. Sebuah proyek ambisius yang dikemas dengan cukup membumi dan bersahabat dengan para penonton dari berbagai lapisan masyarakat. Belum sepenuhnya dikatakan karya anak bangsa tapi semangat filmmaker yang terlibat patut diacungi jempol. Semoga saja semakin banyak produser yang tergerak untuk membangkitkan genre sejenis sekaligus menggairahkan kembali semangat nasionalisme di antara kita semua tanpa terkecuali.
Durasi:
95 menit
Overall:
7.5 out of 10