Tagline:
Bad Things Happen For A Reason
Storyline:
Dibuka dengan narasi petugas security bernama Ramirez yang menceritakan dongeng masa kecilnya saat seorang pria tak dikenal nekad loncat dari atap gedung perkantoran. Setelah itu Detective Bowden pun mengusut TKP sebelum memutuskan kasusnya. Sementara itu lima orang yang tak saling mengenal yaitu Ben, Sarah, Vince, Jane dan Tony memasuki gedung dan menempati lift yang sama. Di luar dugaan, lift berhenti mendadak dan menyisakan perdebatan di antara mereka berlima. Selagi perbaikan menunggu, hal-hal aneh yang mengerikan terjadi dalam lift tersebut. Benarkah salah satu dari mereka adalah jelmaan iblis pencabut nyawa?
Nice-to-know:
Angka 666 yang seringkali diartikan simbol iblis juga muncul disini mulai dari nomor gedung 333 (666/2), nomor lift 6, dan berhenti di lantai 23 sampai 42 (2*3=6, 4+2=6).
Cast:
Chris Messina sebagai Detective Bowden
Logan Marshall-Green sebagai Tony
Jenny O'Hara sebagai Jane (Wanita Tua)
Bojana Novakovic sebagai Sarah
Bokeem Woodbine sebagai Ben
Geoffrey Arend sebagai Vince
Jacob Vargas sebagai Ramirez
Director:
John Erick Dowdle yang angkat nama lewat Quarantine (2008) kali ini juga bermain dalam film bergenre horor thriller.
Comment:
Nama M. Night Shyamalan bagi saya tetaplah sebuah misteri yang karya-karyanya seringkali overrated. Namun sejauh ini baru Lady In The Water yang benar-benar tidak saya sukai. Selebihnya masih dapat dinikmati terutama The Sixth Sense tentunya. Kredibilitasnya yang mulai turun kini coba dibangun kembali lewat proyek The Night Chronicles Trilogy yang akan berfokus pada adaptasi kisah-kisah horor klasik ke dalam situasi modern. Menarik bukan? Dan film inilah sebagai pembukanya.
Premis film ini cukup menarik dimana mengambil tema suspense, thriller, horror, drama sekaligus dengan jalinan cerita yang berbelit tetapi disajikan secara simpel dan mudah dicerna. Subplot utamanya seakan terbagi menjadi dua bagian yaitu di dalam dan di luar lift. Bagaimana orang-orang yang terjebak di dalam lift berusaha mengalahkan klaustrofobianya sekaligus bertahan hidup dari ancaman satu sama lain. Sedangkan pihak-pihak di luar lift sibuk melakukan evakuasi sekaligus investigasi terhadap fenomena apa yang sesungguhnya terjadi disitu. Kedua bagian ini saling kait-mengait pada akhirnya dan berujung pada satu twist yang pintar dan sukses menyimpulkan keseluruhan benang merah.
Beruntung Shyamalan tidak melibatkan dirinya lagi sebagai aktor cameo tetapi benar-benar berfokus pada penulisan cerita dan memproduserinya, salah satu skill terbaiknya untuk genre horor/thriller. Dan penunjukkan Erick Dowdle merupakan pilihan yang tepat untuk menyutradarainya. Bagaimana gaya film lawas Alfred Hitchcock disajikan dengan penggunaan musik latar yang tepat untuk membangun suasana mencekam dan juga rasa penasaran yang tinggi.
Para aktor-aktris yang bermain disini juga menunaikan tugasnya dengan baik. Lihat bagaimana Messina harus berdamai dengan masa lalunya yang menyedihkan untuk tetap fokus pada kegigihannya mengungkapkan kasus tanpa terpengaruh sudut pandang apapun. Atau Vargas yang memainkan intonasi suaranya sedemikian rupa sehingga terasa seperti storyteller anak-anak yang sendu. Marshall-Green, Woodbine, Novakovic memberikan emosi yang cukup baik sebagai pribadi-pribadi resah yang terjebak dalam situasi yang tidak mengenakkan.
Semakin sedikit anda mengetahui DEVIL maka akan semakin menikmati apa yang disuguhkan Shyamalan kali ini. Sama halnya seperti saya yang tergerak untuk menunggu episode-episode berikutnya. Bagaimana skrip yang demikian tidak terduga dan tidak klise berhasil menjaga intensitas yang sama hingga berujung pada klimaks yang menarik. Dengan biaya produksi yang tidak tinggi serta durasi yang cukup singkat bisa jadi jalan kembali Shyamalan ke jajaran filmmaker yang patut diperhitungkan terutama dalam genre seperti ini.
Durasi:
80 menit
U.S. Box Office:
$33,583,175 till mid Nov 2010
Overall:
7.5 out of 10
Movie-meter:
Art can’t be below 6
6-poor
6.5-poor but still watchable
7-average
7.5-average n enjoyable
8-good
8.5-very good
9-excellent