Wednesday, 4 April 2012

SEEFOOD : Example Of Bad Animation Should Be


Tagline:
The sharks are coming.. to the land!!

Nice-to-know:
Film yang berjudul asli Sea Level ini rencananya akan tayang di Amerika Serikat bulan Oktober 2012 mendatang.

Cast:
Gavin Yap sebagai Julius
Diong Chae Lian sebagai Pup
Steven Bone sebagai Lanky
Colin Chong sebagai Lee
Choong Chi-Ren sebagai Fatman
Jason Cottom sebagai Larry
Kennie Dowle sebagai Octo

Director:
Merupakan feature film pertama bagi Aun Hoe Goh.

W for Words:
Melihat trailernya di Blitzmegaplex mungkin tidak banyak orang yang menyangka bahwa film ini adalah produksi Malaysia. Premisnya mengingatkan kita pada Finding Nemo (2003) dan Shark Tale (2004) dimana tokoh utamanya memiliki warna yang kurang lebih sama. Tidak ada salahnya jika terdapat kemiripan disana-sini jika tetap dilandasi dengan ide cerita yang orisinil. Namun tidak demikian dengan animasi 3D pertama dari Silver Ant Sdn. Bhd yang sukses membuat kening saya berkerut sepanjang film.
Hiu bersirip putih, Julius dan hiu bambu, Pup adalah dua sahabat karib. Pada suatu hari, para penyelam mencuri telur-telur yang belum menetas dari sarangnya. Dilandasi kemarahan dan tekad yang bulat, Pup nekad melancong ke dunia manusia di pesisir pantai untuk menyelamatkan kawanannya. Julius panik mengetahui misi Pup itu dan meminta bantuan Octo, Martle cs untuk menyusul ke darat menggunakan peralatan canggih yang terkubur di dasar samudera sekaligus bertualang untuk pertama kalinya.

Entah apa yang ada di pikiran Jeffrey Chiang saat menulis skrip ini. Padahal tokoh-tokohnya lumayan cute dimana penonton seharusnya bersimpati pada mereka. Faktanya semua permasalahannya terangkat dan terselesaikan dengan mentah tanpa banyak penjelasan. Penonton dipaksa memaklumi konsep film anak-anak sehingga keunikan Pup yang bisa hidup di dua dunia pun dianggap wajar. Pesan moral yang biasa disisipkan dalam film animasi pun kali ini luput dari perhatiannya. Gosh!
Sutradara Aun Hoe Goh semakin memperparah dengan penyutradaraannya yang tidak maksimal. Tiga hal yang paling mengganggu adalah editing buruk yang amat mempengaruhi sekuensi adegan satu dengan lainnya, scoring music yang terlampau kasar sehingga adegan di dalam laut seperti membuat saya berada di dalam akuarium dengan udara terbatas serta inkonsistensi angle camera dimana terkadang Pup terlihat lebih besar dibandingkan obyek-obyek di sekitarnya.
Dialog yang tercipta antar tokohnya juga terkesan kosong tanpa humor wajar wajib untuk memancing sedikit tawa. Come on! It’s a kid movie, at least they deserved to be happy during the show! Tokoh-tokoh manusianya justru mengingatkan saya pada serial Ipin & Upin. Terdapat banyak sekali korelasi yang tidak mendukung cerita secara benar seperti armada belut listrik bermata merah yang siap mengambil tahta samudera, ibu dan anak yang mengendarai mobil di malam hari, serangan kepiting menggunakan kelapa yang gagal segagal-gagalnya.

Jika saja ada kuisioner yang diberikan saya selepas menonton, maka lembar tersebut tidak akan memakan waktu lama untuk diisi dengan mencentang kotak di kolom paling kiri alias buruk/poor di semua aspeknya. Tanpa balutan action yang setidaknya lumayan menegangkan dan konklusi lemah yang menutup film samasekali membuat saya hanya duduk termangu di dalam bioskop selama lebih dari satu setengah jam untuk benar-benar meyakinkan diri bahwa Seefood merupakan animasi terburuk yang pernah saya saksikan sepanjang hidup bahkan kartun sederhana yang bergulir seiring credit title masih lebih menarik!

Durasi:
93 menit

Overall:
6 out of 10

Movie-meter:


Notes:
Art can’t be below 6
6-poor
6.5-poor but still watchable
7-average
7.5-average n enjoyable
8-good
8.5-very good
9-excellent