Quotes:
Nero: Kita ini dimana, Mo?
Kimo: Gue juga baru kali.
Storyline:
Resor indah di Pulau Madara memiliki pemilik baru yaitu Patigana yang telah ditinggalkan istrinya. Empat muda-mudi yakni Nero, Kimo, Octa dan Gaby dipertemukan oleh nasib saat bersamaan melamar pekerjaan di resor tersebut. Nero yang merasa dejavu memang pernah berdiam di pulau tersebut bersama teman-temannya dahulu dan kali ini ia memperingatkan yang lain untuk tidak mengusik hantu kuburan belakang pulau. Namun satu-persatu tamu lenyap secara misterius sebelum terungkapnya fakta bahwa mereka dibunuh! Apakah hal ini disebabkan oleh kemarahan hantu belakang pulau atau justru ada kekuatan jahat yang baru?
Nice-to-know:
Diproduksi oleh MVP Pictures dimana gala premierenya diselenggarakan di Planet Hollywood pada tanggal 28 Desember 2011.
Cast:
Abdurrahman Arif sebagai Nero
Ricky Komo sebagai Kimo
Shinta Bachir sebagai Monica
Boy Hamzah sebagai Patigana
Grace Veronica sebagai Gaby
Laras Monca sebagai Ibu Monca
Aiko Sarwosri sebagai Santang
Jenny Cortez sebagai Korban pertama
Director:
Merupakan film ke-8 bagi Jose Poernomo setelah terakhir menggarap remake Murder (2004) menjadi Skandal (2011).
Comment:
Kesuksesan komersil Pulau Hantu (2007) disusul Pulau Hantu 2 (2008) secara raihan jumlah penonton memacu sekuel keduanya 3 tahun kemudian. Namun apakah Jose Poernomo yang bertindak sebagai penulis skrip sekaligus sutradara memiliki hal baru untuk dieksploitasi? Atau ia cuma melanjutkan teror hantu menganga berbaju putih dan berambut panjang yang boleh dikatakan perpaduan Sadako dalam The Ring dan Ghostface dalam Scream di pulau terpencil?
Kekhawatiran saya terjadi juga. Jose terlihat kebingungan mengombang-ambingkan ide “setengah jadi” nya di sepanjang durasi. Permasalahan cerita seharusnya ada di sosok Patigana yang berniat membangkitkan istrinya kembali melalui sejumlah ritual. Namun tidak ada penjelasan spesifik akan persyaratan yang dimaksud. Haruskah membunuh? Atau sekadar memperkosa? Korbannya pun ternyata tak pandang bulu, pria atau wanita. Peletakan lilin satu demi satu dianggap cukup untuk membuat penonton mengerti. Justru plot serupa pernah dituturkan lebih baik dalam Enam (2007).
Momok hantu kuburan belakang pulau (selanjutnya disingkat HKBP) malahan tak lagi menakutkan. Kemunculannya semakin sedikit dan sangat predictable, u have seen it before! Hal ini juga disebabkan lebih banyaknya adegan yang menonjolkan (maaf) payudara wanita dalam busana minim. Jose rupanya punya 1001 alasan untuk mensyut bagian tersebut, entah pada saat wanita-wanita tersebut berenang, mandi, jogging, senam dan lain sebagainya, nyaris di setiap kesempatan!
Twist ending yang menyuguhkan “duel maut” sebetulnya bisa menjadi aspek yang menarik sekaligus menjadikan film ini mampu mencapai klimaksnya sebagai sebuah komedi yang digelorakan sejak menit awal. Lagi-lagi Jose mundur beberapa langkah dan berusaha setia dengan pakem horornya yang terus terang saja basi! Satu persatu dibunuh bahkan tanpa cipratan darah sedikit pun? Oh come on, rating Dewasa yang dibebat film ini sudah cukup menjadi lampu hijau baginya.
Abdurrahman Arif dan Ricky Komo yang mengambil alih peran utama yang ditinggalkan Ricky Harun memang cukup berhasil membawakan duet “dumb & dumber”. Kekonyolan dan kemesuman keduanya kompak mengisi setiap frame yang berkesan slapstick. Terima kasih pada sumbangsih Ruslan Bojes yang menghadirkan musik latar layaknya dagelan dalam program televisi. Sebaliknya Boy Hamzah gagal menampilkan akting freak dan psycho yang membuat tokoh antagonis Patigana terasa datar-datar saja.
Pulau Hantu 3 semakin menjauhi kualitas pendahulunya. Originalitas yang semakin semu ditambah kemiskinan kreatifitas membuat sekuel ini lebih pantas “direct-to-dvd” daripada dijual sebagai tontonan layar lebar. Samasekali tidak ada pesan moral yang terkandung di dalamnya. Saya menyaksikan film ini tanpa ekspektasi apa-apa selain unsur fun belaka dan patut bersyukur tidak sampai meninggalkan bioskop dalam kondisi “mabok susu”. U know what I'm talking about!
Durasi:
84 menit
Overall:
6.5 out of 10
Movie-meter: