The only way out is down.
Storyline:
Sebuah team penjelajah gua bawah air harus melakukan ekspedisi terhadap gua yang sistemnya paling sulit ditembus di muka bumi. Ketika badai tropis memaksa mereka jauh ke dalam gua, mereka harus berjuang dari arus liar, tekanan deras dan panik yang mulai melanda untuk bisa keluar kembali ke permukaan laut. Guru selam, Frank McGuire sudah menjelajahi gua bawah air Pasifik Selatan selama berbulan-bulan. Namun timnya kali ini adalah putranya yang berusia 17 tahun Josh dan staf keuangan Carl Hurley yang masing-masing memiliki rencana lain. Akankah labirin tersebut dapat dipecahkan sebelum terjebak selamanya?
Nice-to-know:
Sutradara Alister Grierson dan sinematografer Jules O’Loughlin tidak memiliki pengalaman 3D samasekali. Mereka lalu belajar bagaimana bermain dengan cahaya, ruang stereoskopik dan memanipulasi kamera dari coretan-coretan.
Cast:
Sebelum ini sempat mengisi suara dalam Legend of the Guardians: The Owls of Ga'Hoole (2010), Richard Roxburgh berperan sebagai Frank McGuire
Angkat nama dalam serial televisi Home And Away (2005-2008), Rhys Wakefield bermain sebagai Josh
Ioan Gruffudd sebagai Carl
Alice Parkinson sebagai Victoria
Dan Wyllie sebagai Crazy George
Director:
Merupakan feature film kedua bagi Alister Grierson setelah Kokoda di tahun 2006.
Comment:
Terus terang dari awal saya merasa film ini akan sangat menjanjikan. Tidak mudah melakukan syuting di bawah laut untuk menyajikan thriller yang mumpuni, apalagi dibebat dalam teknologi 3 dimensi. Namun melihat nama James Cameron di kursi produser meski tidak sendirian rasanya bisa menjadi jaminan tersendiri. Siapa yang tidak ingat dengan karyanya The Abyss (1992) yang fenomenal itu? Kecuali bagi anda yang lahir di generasi baru, belum terlambat untuk menyaksikannya lewat blue-ray.
Skrip yang ditulis oleh John Garvin dan Andrew Wight ini terasa seperti film kelas dua dimana plotnya terlalu datar dan sederhana, tidak didukung oleh penjelasan yang ilmiah ataupun masuk akal. Semua karakternya juga terkesan satu dimensi. Diperparah lagi dengan dialog-dialog klise di antara mereka, beberapa bahkan mencoba menawarkan humor-humor kering. Dijamin satu setengah jam anda akan terisi oleh kontes menguap dan mengantuk dengan orang-orang di kanan kiri anda.
Saya percaya para aktor disini sudah melakukan usaha terbaiknya tapi apalah artinya jika tidak didukung oleh skenario yang baik? Roxburgh yang paling berpengalaman sekalipun tidak mampu mengangkat nama-nama lain yang tergolong muda dan miskin asam garam itu. Gruffudd yang pernah memikat dalam Fantastic Four mencoba menyajikan sosok psikopat egois dalam dirinya tapi tidak cukup bagi penonton untuk membencinya. Dan kabar buruk bagi para wanita, semua adegan sulit dalam film ini dimainkan oleh laki-laki, seakan menekan emansipasi ke titik nadir sekalipun.
Hal yang positif disini adalah kinerja sutradara Grierson yang berhasil menyodorkan scene-scene bawah air dengan memikat. Sinematografinya terbilang memuaskan dimana segala sudut gua tertangkap dengan baik berikut segala resikonya. Terkadang anda bahkan diajak merasakan klastrofobia ataupun hydrophobia jika membayangkan anda berada dalam situasi tersebut. Efek 3D nya menjadi tidak terlalu penting karena minimnya pencahayaan, toh Blitzmegaplex juga merilisnya dalam 2D saja.
Sanctum memang unggul dalam visualisasi tetapi tidak didukung oleh koneksi antar para tokohnya dengan audiens sehingga sia-sia saja. Penonton tidak terlalu peduli lagi dengan nasib mereka, siapa yang tewas duluan (sebagian besar karena kebodohan masing-masing) dan siapa yang bertahan sampai akhir (lebih karena faktor keberuntungan sepertinya). Drama thriller yang konon diinspirasi dari kejadian nyata ini mudah ditebak arahnya dan tidak menawarkan sesuatu yang luar biasa untuk mengganti sekian uang yang sudah anda keluarkan. Dan satu pesan saya, mohon jangan salahkan James Cameron.
Durasi:
105 menit
U.S. Box Office:
$23,070,045 till Feb 2011
Overall:
7 out of 10
Movie-meter: