Quotes:
Pasha: Kalau kamu ingin aku bahagia, kamu harus membiarkanku membahagiakanmu dulu..
Storyline:
Pada suatu malam, Pasha berbunga-bunga kala bertekad melamar gadis pujaannya, Lisa di sebuah taman. Cincin pun sudah disiapkan. Malangnya Lisa lebih memilih laki-laki lain dan menghancurkan hati Pasha seketika. Keempat sahabat sekaligus tim kreatifnya masing-masing Oncy, Makki, Rowman dan Enda pun memutar akal untuk membuat Pasha bangkit kembali. Mereka menghubungi sebuah agency rahasia “Purple Heart” yang diprakarsai oleh Talita. Maka diutuslah Shelly untuk berkencan dengan Pasha tapi malah nyambung dengan Oncy. Di luar dugaan Pasha malah menemukan kecocokan dalam diri Talita. Akankah keduanya mampu bersatu tanpa mengorbankan kebahagiaan masing-masing?
Nice-to-know:
Diproduksi oleh Starvision dan gala premierenya diselenggarakan di Hollywood XXI pada tanggal 10 Mei 2011.
Cast:
Nirina Zubir sebagai Talita
Pasha
Oncy
Makki
Enda
Rowman
Kirana Larasati sebagai Shelly
Henidar Amroe sebagai Tante Talita
Qory Sandioriva sebagai Lisa
Djenar Maesa Ayu
Director:
Film kelima Guntur Soeharjanto sejauh ini yang karir penyutradaraannya diawali lewat Otomatis Romantis (2008).
Comment:
Jika The Changcuters dan Wali sudah lebih dulu bermain film, maka tidak ada salahnya Ungu mencoba peruntungannya sendiri. Setidaknya sudah dikalkulasi terlebih dahulu oleh sang produser Chand Parwez yang mempertimbangkan popularitas tinggi band yang dibentuk sejak tahun 1996 ini. Maka diutuslah dua orang handal di bidang perfilman yaitu Cassandra Massardi dan Guntur Soeharjanto untuk duduk di kursi penulis skrip dan sutradara.
Selama ini Cassandra sudah dikenal dengan karya-karya bermuatan ringannya. Beberapa di antaranya nyaris tanpa esensi, murni hiburan kosong. Dan kali ini ia kembali melakukannya, tidak heran jika identitas film ini dipertanyakan karena berpijak di antara genre komedi dan drama romantis sekaligus dengan batasan yang kabur. Dialog-dialognya berusaha dibuat puitis tapi malah sedikit berlebihan, beruntung hit-hit Ungu sudah dikenal luas sehingga tidak masalah jika dijadikan backsound.
Bagaimana dengan Guntur? Seperti biasa ia memulai prolog film seperti sudah berada di tengah-tengah sesuatu. Lantas penonton dibiarkan mereka-reka sendiri latar belakang dan karakterisasi para tokohnya. Khusus sinematografi sebetulnya sudah cukup baik dimana menggunakan berbagai lokasi yang cukup familiar sebagai latar belakangnya. Kekurangannya mungkin pemotongan scene per scene yang seringkali teramat kasar sehingga esensi perpindahan adegan menjadi kurang bermakna.
Sebagai satu-satunya yang memiliki jam terbang tinggi disini, Nirina Zubir memang tampil ceria dan sendu sama baik seperti biasanya. Hanya saja seiring bertambahnya usia dan pergantian status, Nirina sebaiknya lebih selektif memilih peran di kemudian hari karena saya merasa ia tidak seenergik dulu lagi apalagi harus memerankan tokoh yang usianya di bawah.
Bagaimana dengan Ungu sendiri? Pasha kelihatan tampil dengan beban berat di pundaknya sehingga kurang lepas. Menjelang pertengahan film barulah permainannya membaik. Lain halnya dengan Oncy, Makki, Onda, Rowman yang justru berakting dengan lugas. Menarik melihat interaksi mereka satu sama lain dalam memancing spontanitas yang terkadang berhasil mengundang senyum terutama interaksi Oncy dengan Kirana Larasati yang berperan super lebay itu.
Purple Love memang dikemas sebagai tontonan remaja tapi sayangnya kurang meremaja dari berbagai sisi. Dramatisasi yang berusaha dihidupkan menjelang ending juga agak dipaksakan, apalagi melihat kehadiran Qory kembali secara tiba-tiba itu. Hm, secara keseluruhan saya beranggapan film yang satu ini lebih seperti pentas drama sekolah yang disuguhkan babak per babak. Cukup memenuhi standar walaupun ada rasa tidak puas pada akhirnya.
Durasi:
100 menit
Overall:
7 out of 10
Movie-meter: