Quotes:
Ivy-Semoga aja loe dapet jodoh orang Batak kayak gue.
Bow-Asal berambut!
Storyline:
Dikarenakan kecelakaan di masa kecil, Lingga yang kini berusia 31 tahun harus menjalani hidup sebagai tuna netra. Namun Tuhan yang maha adil memberikan kelebihan lain pada gadis Batak itu yakni memiliki kemampuan melukis yang mumpuni. Hasil karyanya itu dijual untuk menghidupi keluarga yang menyisakan ayah dan kakak perempuan yang sangat menyayanginya itu. Di belahan bumi lain, Bow terpaksa menyanggupi permintaan kedua sahabatnya, Gun dan Ivy untuk melakukan sesi foto pre wedding di Danau Toba. Disanalah Bow yang awalnya tertarik pada lukisan Lingga akhirnya bertemu dengan pelukisnya. Keduanya saling jatuh cinta satu sama lain meski ayah Lingga tidak menyetujui hubungan itu begitu saja dan juga Bow belum sepenuhnya putus dari kekasihnya, Vienna yang tinggal di Bali. Mampukah keduanya bersatu di antara segala perbedaan yang mendasar tersebut?
Nice-to-know:
Diproduksi oleh Promise Land Pictures dan gala premierenya dilangsungkan di Senayan City XXI tanggal 20 Oktober 2010.
Cast:
Alex Abbad sebagai Bonaventura Christoper
Kinaryosih sebagai Lingga
Agastya Kandou sebagai Gun
Sarah Jane sebagai Ivy
Tongam Sirait sebagai Ayah Lingga
Iyuth Pakpahan sebagai Vienna
Yondik Tanto
Director:
Kolaborasi pertama BM Joe, Ginanti Rona Tembang Asri dan Hendra "Pay" Arifin Hutapea.
Comment:
Entah karena terlalu bersemangatkan indie atau tidak memiliki dana cukup untuk "berkampanye", film ini tiba-tiba melenggang mulus mengisi slot film nasional di minggu ketiga bulan Oktober 2010 ini. Hanya satu hari notifikasi! Namun melihat jajaran pemain dan sekilas posternya, rasanya masih ada sesuatu nilai tersembunyi yang coba dijual disini. Sekadar catatan tambahan, saya menontonnya bersama sekitar lima puluhan siswa-siswi pesantren yang juga didampingi bapak ibu guru mereka, bisa jadi sebagai wacana pembelajaran di sekolah.
Kinaryosih yang mengaku belajar aksen Batak selama sebulan penuh cukup berhasil menjiwai karakter gadis tunanetra Lingga yang berprofesi sebagai pelukis. Ketegarannya tergambar dari komunikasi yang dilakukannya kepada Yang Maha Kuasa serta kelembutan hatinya dalam bersikap terhadap sesamanya. Sedangkan Alex Abbad tampil di luar kebiasaannya yang urakan dan begundal, melainkan jiwa fotografer yang resah dalam mencari arti hidup sesungguhnya. Chemistry keduanya di dalam layar cukup menyatu meskipun alasan yang membuat keduanya cepat saling jatuh cinta tidak cukup kuat. Mungkin inilah yang dimaksud istilah "Rokkap" alias jodoh itu sendiri!
Sutradara Joe, Ginanti dan Pay berhasil menghadirkan lanskap Sumatera Utara dengan sedemikian indahnya. Pesisir Danau Toba yang menjadi latar belakang juga memberikan kontribusi sendiri dalam memanjakan mata. Plot ceritanya sangat kental dengan budaya Batak terbukti dari penggunaan bahasa, musik latar, setting hingga adat istiadatnya. Semua dihadirkan secara minimalis dan lembut, menyatu dengan kekuatan cerita sederhana yang coba dibangun dari awal.
Rokkap merupakan satu dari sangat sedikitnya film nasional off-mainstream yang berani mengusung idealisme tersendiri ini mungkin akan sangat membosankan bagi para penonton awam. Meskipun terkesan terburu-buru menutup layar, endingnya yang agak miris tak terduga sedikit banyak menjadikan drama ini cukup menggigit dan "bernilai" pada akhirnya.
Durasi:
75 menit
Overall:
7 out of 10
Movie-meter:
6-sampah!
6.5-jelek ah
7-rada parah
7.5-standar aja
8-lumayan nih
8.5-bagus kok
9-luar biasa