Princess Tiana-Once you two are married, you are gonna keep your promise and get me my restaurant, right?
Prince Naveen-Whoa, oh, not so fast. I made that promise to a beautiful princess, not some cranky wai - why are those logs moving?
Storyline:
Lottie dan Tiana sudah bersahabat sejak kecil, hanya saja nasib mereka berbeda jauh, Lottie terbiasa hidup dalam kemewahan dengan orangtua yang berada sedangkan Tiana berpuas dalam kesederhanaan dengan orangtua pekerja keras yang saling mencintai. Beberapa tahun kemudian, Lottie bisa disebut seorang puteri yang manja dan selalu mendapatkan apa yang diinginkannya, bertolak belakang dengan Tiana yang hanya menjadi pelayan restoran. Sementara itu Pangeran Naveen yang bergaya hidup santai datang ke kota tersebut bersama asistennya Lawrence tanpa menyadari bahaya saat bertemu Dr. Facilier yang kemudian mengutuk Naveen menjadi seekor kodok. Kini Naveen harus berjuang mengembalikan status aslinya dengan sebuah ciuman kasih sayang yang tulus. Berhasilkah ia?
Nice-to-know:
Jennifer Hudson, Alicia Keys dan Tyra Banks sempat dipertimbangkan untuk mengisi suara Tiana tetapi akhirnya diambil oleh Anika Noni Rose yang kidal dan menginginkan karakter Tiana juga kidal pada filmnya.
Voice:
Pernah menjadi salah satu gadis bersuara emas dalam Dreamgirls (2006), Anika Noni Rose mendapat peran utama untuk mengisi suara Tiana
Bruno Campos sebagai Prince Naveen
Keith David sebagai Dr. Facilier
Michael-Leon Wooley sebagai Louis
Jennifer Cody sebagai Charlotte LaBouff
Jim Cummings sebagai Ray
Peter Bartlett sebagai Lawrence
Jenifer Lewis sebagai Mama Odie
Director:
Kolaborasi animasi keenam Ron Clements dan John Musker yang diawali sejak The Great Mouse Detective (1986).
Comment:
Rasanya sudah lama sekali Walt Disney tidak memproduksi film animasi dua dimensi konvensional. Terakhir yang cukup berkesan bagi saya adalah Brother Bear (2003. Kini hadir kembali dengan tema yang sudah dikenal kita semua sejak jaman kanak-kanak yaitu putri dan kodok. Kisah klasik tersebut sudah berulang kali difilmkan baik versi animasi ataupun live action, lalu sejauh mana Disney percaya diri dengan karyanya ini?
Dari segi cerita, beberapa improvisasi dilakukan yang bisa dikatakan berhasil karena ide-idenya tergolong fresh seperti kemunculan karakter kunang-kunang, buaya peniup terompet, dukun voodoo dsb. Semuanya bersinergi dengan baik dengan dua tokoh utama tersebut. Pembagian scene antar subplot tergolong lancar dan memperkuat bangunan cerita. Berbagai elemen klise disiasati dengan kreatif seperti Tiana yang tiba-tiba menjadi kodok juga setelah mencium Naveen. Petualangan keduanya sebagai kodok jantan dan betina itulah yang menarik disini.
Dari segi dubbing meski tidak menggunakan aktor-aktris ternama tetapi hasilnya cukup maksimal, terlebih David yang memberikan "jiwa" lebih pada karakter antagonisnya disini. Acungan jempol bagi duet sutradara Clements dan Musker yang menggarap detail cerita dengan efektif. Meski tidak sekuat pendahulunya, penempatan lagu tema cukup pas di beberapa bagian termasuk lantunan suara Ne-Yo via tembang Never Knew I Needed pada credit title.
Princess and the Frog akan mengingatkan anda pada masa keemasan Walt Disney di era 1990an dengan penokohan yang kuat dan intrik cerita yang terjalin rapi serta ditutup dengan manis dan realistis. Tidak heran hasil box-officenya tergolong memuaskan dimanapun ditayangkan. Semoga memacu studio film lain untuk tetap tertarik menghasilkan animasi tradisional dengan kualitas serupa. Thumbs up!
Durasi:
95 menit
U.S. Box Office:
$104,374,107 till Apr 2010.
Overall:
8 out of 10
Movie-meter:
Art can’t be below 6
6-poor
6.5-poor but still watchable
7-average
7.5-average n enjoyable
8-good
8.5-very good
9-excellent