Balli: Jika kucing bertekad tidak ingin menangkap tikus lagi maka aku akan percaya. Namun jika kamu mengatakan sedang jatuh cinta, aku tidak akan percaya.
Nice-to-know:
Film yang awalnya berjudul Informer dan Blood Money ini rilis di India pada tanggal 4 Mei 2012.
Cast:
Emraan Hashmi sebagai Arjun Dixit / Sonu Dilli KKC
Randeep Hooda sebagai ACP Pratap Raghuvanshi
Manish Chaudhary sebagai Mangal Singh Tomar
Esha Gupta sebagai Jhanvi Tomar
Imran Zahid sebagai Inspector Vijay Thakur
Director:
Merupakan film ketiga bagi Kunal Deshmukh setelah Tum Mile (2009).
Nice-to-know:
Film yang awalnya berjudul Informer dan Blood Money ini rilis di India pada tanggal 4 Mei 2012.
Cast:
Emraan Hashmi sebagai Arjun Dixit / Sonu Dilli KKC
Randeep Hooda sebagai ACP Pratap Raghuvanshi
Manish Chaudhary sebagai Mangal Singh Tomar
Esha Gupta sebagai Jhanvi Tomar
Imran Zahid sebagai Inspector Vijay Thakur
Director:
Merupakan film ketiga bagi Kunal Deshmukh setelah Tum Mile (2009).
W For Words:
Tidak usah khawatir jika anda melihat angka 2 di belakang judulnya karena sudah dijelaskan bahwa film ini bukanlah sekuel dari Jannat (2008). Abaikan saja faktor kesamaan sutradara Kunal Deshmukh dan aktor utamanya Emraan Hashmi sebagai Sonu Dilli KKC alias kutti kamini cheez yang kembali terlibat, berharap untuk setidaknya meraih sukses yang sama melalui adaptasi skenario garapan Shagufta Rafique dan Sanjay Masoom kali ini.
Sonu Dilli KKC berbisnis senjata kecil-kecilan. Diam-diam ACP Pratap mengintainya sambil berupaya menemukan sumber dari rantai perdagangan ilegal itu. Sonu akhirnya setuju bekerjasama dengan Pratap dengan iming-iming kehidupan normal yang akan dijalaninya bersama kekasihnya, Jhanvi yang berprofesi sebagai dokter sukarelawan di rumah sakit Pemerintah. Pratap sendiri masih berduka atas kematian istrinya di masa lampau yang membuatnya selalu merasa bersalah dari waktu ke waktu. Akankah simbiosis mutualisme ini berjalan dengan sebagaimana mestinya?
Plot ceritanya sendiri mudah ditebak karena masih mengikuti pakem tradisional film India yang kental dengan dramatisasi, percakapan klise, musik latar yang over-the-top sampai tindak tanduk sang antagonis yang amat tipikal. Sutradara Deshmukh seharusnya mampu melengkapi narasi yang berkelok-kelok dengan porsi action yang lebih memukau. Namun yang tertinggal hanyalah adegan kejar-kejaran di The Dargah of Haji Ali, Mumbai yang juga gagal tertangkap karena kinerja kamera yang lemah dan editing yang sedikit berantakan.
Salah satu elemen yang paling menarik disini adalah hubungan antara Sonu dan Pratap yang awalnya berseberangan tetapi berganti menjadi tandem yang saling melindungi dan mendukung satu sama lain. Karakter setengah gila ACP Pratap merupakan highlight dalam film ini, terima kasih pada Hooda yang menjiwainya secara brilian dengan tingkah yang sulit ditebak dan intonasi suara yang berat. Sayangnya aktris pendatang baru Gupta yang amat mirip dengan Angelina Jolie itu tidak berhasil membangun asmara yang kokoh dengan Hashmi selain berciuman dan berpegangan tangan dalam lagu dan tarian yang repetitif.
Hashmi yang berinteraksi dengan berbagai karakter terbukti mampu menuntaskan tugasnya dengan baik, menjaga imej “dilli boy” secara konsisten sehingga penonton mampu berpihak padanya. Penampilan kecil Zeeshan Mohammed Ayub (Balli) dan Brijendra Kala (Rajinder) juga cukup memorable. Paruh kedua Jannat 2 memang melemah tetapi endingnya yang off mainstream mampu mengangkat apresiasi saya terhadapnya. Penegasan bahwa manusia lebih mudah hidup di atas kebencian daripada penderitaan, terutama jika menyangkut cinta dan komitmen yang membawa beban tersendiri.
Tidak usah khawatir jika anda melihat angka 2 di belakang judulnya karena sudah dijelaskan bahwa film ini bukanlah sekuel dari Jannat (2008). Abaikan saja faktor kesamaan sutradara Kunal Deshmukh dan aktor utamanya Emraan Hashmi sebagai Sonu Dilli KKC alias kutti kamini cheez yang kembali terlibat, berharap untuk setidaknya meraih sukses yang sama melalui adaptasi skenario garapan Shagufta Rafique dan Sanjay Masoom kali ini.
Sonu Dilli KKC berbisnis senjata kecil-kecilan. Diam-diam ACP Pratap mengintainya sambil berupaya menemukan sumber dari rantai perdagangan ilegal itu. Sonu akhirnya setuju bekerjasama dengan Pratap dengan iming-iming kehidupan normal yang akan dijalaninya bersama kekasihnya, Jhanvi yang berprofesi sebagai dokter sukarelawan di rumah sakit Pemerintah. Pratap sendiri masih berduka atas kematian istrinya di masa lampau yang membuatnya selalu merasa bersalah dari waktu ke waktu. Akankah simbiosis mutualisme ini berjalan dengan sebagaimana mestinya?
Plot ceritanya sendiri mudah ditebak karena masih mengikuti pakem tradisional film India yang kental dengan dramatisasi, percakapan klise, musik latar yang over-the-top sampai tindak tanduk sang antagonis yang amat tipikal. Sutradara Deshmukh seharusnya mampu melengkapi narasi yang berkelok-kelok dengan porsi action yang lebih memukau. Namun yang tertinggal hanyalah adegan kejar-kejaran di The Dargah of Haji Ali, Mumbai yang juga gagal tertangkap karena kinerja kamera yang lemah dan editing yang sedikit berantakan.
Salah satu elemen yang paling menarik disini adalah hubungan antara Sonu dan Pratap yang awalnya berseberangan tetapi berganti menjadi tandem yang saling melindungi dan mendukung satu sama lain. Karakter setengah gila ACP Pratap merupakan highlight dalam film ini, terima kasih pada Hooda yang menjiwainya secara brilian dengan tingkah yang sulit ditebak dan intonasi suara yang berat. Sayangnya aktris pendatang baru Gupta yang amat mirip dengan Angelina Jolie itu tidak berhasil membangun asmara yang kokoh dengan Hashmi selain berciuman dan berpegangan tangan dalam lagu dan tarian yang repetitif.
Hashmi yang berinteraksi dengan berbagai karakter terbukti mampu menuntaskan tugasnya dengan baik, menjaga imej “dilli boy” secara konsisten sehingga penonton mampu berpihak padanya. Penampilan kecil Zeeshan Mohammed Ayub (Balli) dan Brijendra Kala (Rajinder) juga cukup memorable. Paruh kedua Jannat 2 memang melemah tetapi endingnya yang off mainstream mampu mengangkat apresiasi saya terhadapnya. Penegasan bahwa manusia lebih mudah hidup di atas kebencian daripada penderitaan, terutama jika menyangkut cinta dan komitmen yang membawa beban tersendiri.
Durasi:
134 menit
Worldwide Box Office:
INR 38 crore (US$7.58 million) till May 2012
134 menit
Worldwide Box Office:
INR 38 crore (US$7.58 million) till May 2012
Overall:
7 out of 10
7 out of 10
Movie-meter:
Notes:
Art can’t be below 6
6-poor
6.5-poor but still watchable
7-average
7.5-average n enjoyable
8-good
8.5-very good
9-excellent