Wednesday, 9 May 2012

HATTRICK : Serba-Serbi Idealisme Dan Patriotisme Futsal

 
Quotes:
Pak Toro: Kenapa masih nyuri, Nand. Kan semua udah disediain perlengkapan latihannya.
Anand: Gak apa, Pak. Saya mah cuma cari adrenaline rushnya aja.

Nice-to-know:
Film yang diproduksi oleh MVP Pictures ini gala premierenya diselenggarakan di Epicentrum XXI pada tanggal 8 Mei 2012.

Cast:
Arumi Bachsin sebagai Sophie
Denny Sumargo sebagai Galang
Lukman Sardi sebagai Pak Toro
Ira Wibowo sebagai Bu Bos
Fauzan Nasrul sebagai Samuel
Lionil H Tikoalu sebagai Halil
Dion Wiyoko sebagai Alung
Amrit Punjabi sebagai Anand
Mikael Jakarimilena sebagai Markus
Pong Hardjatmo sebagai Pak Dedy

Director:
Merupakan film kedua bagi Robert Ronny setelah salah satu segmen dalam omnibus Dilema (2012).

W For Words:
Bicara jujur, saya bukanlah seorang penggila futsal yang komunitasnya di Indonesia semakin bertambah dari waktu ke waktu, terbukti beberapa lahan kosong di tengah kota pun beralih fungsi menjadi lapangan sewaan yang rutin dipadati penonton. Premis yang idenya muncul dari buah pikiran Ody C Harahap, Robert Ronny dan Amrit Punjabi ini menjadikannya sebagai film lokal pertama yang mengangkat olahraga futsal dimana pendekatannya mengingatkan anda pada Gara-Gara Bola (2008).
Turnamen Underground Futsal bertaraf internasional kembali digelar. Janda mafia, Bu Bos berambisi meneruskan cita-cita suaminya memiliki tim futsal jawara. Direkrutlah Toro sebagai pelatih bagi para anggota tim bentukannya yaitu Samuel, Alung, Halil, Anand dan Markus dari berbagai latar belakang hidup yang kemudian ditempa secara intensif baik fisik maupun teknik. Waktu latihan yang semakin singkat kerapkali diganggu oleh masalah-masalah pribadi kelima pemuda tersebut. Berhasilkah tim Garuda Merah bersaing dengan 7 tim kuat dari berbagai negara lainnya?
Satu fakta yang mencolok dalam film ini adalah durasinya yang mencapai 120 menit. Whoa! Suatu hal yang tidak biasa dalam film kita apalagi plotnya tergolong sederhana, lagi-lagi from zero to hero. Alih-alih membahas persiapan dan strategi tim yang matang dalam menghadapi kompetisi, filmmakers malah sibuk menuturkan konflik personal dari enam aktor utamanya, lengkap dengan dramatisasi dan penyelesaian klise yang tidak berkontribusi banyak terhadap bangunan utama cerita. Sekadar ingin memperkenalkan aktor-aktor anyar ke ranah publik meski berbekal akting yang minim?
Fauzan Nasrul jelas memiliki kesempatan paling besar untuk mengeksploitasi perannya bersama dengan Lukman Sardi dan Arumi Bachsin. Namun Lionil H Tikoalu justru tampil paling lugas dengan gaya sok kece dan figur boyband yang melekat padanya, tunggu dulu jika ia mengikuti kompetisi boyband kenapa selalu bernyanyi solo? Ira Wibowo bermain komikal sebagai Bu Bos yang tegas dan galak. Sayang rivalitasnya dengan Pong Hardjatmo digambarkan terlalu teatrikal. 
Sutradara Robert Ronny tampak asyik bermain dengan pieces of puzzle nya yang tergarap dinamik dari satu frame ke frame lain. Ini menarik! Sayang tidak menyajikan sesuatu yang fresh. Babak finale yang seharusnya menjadi penutup memang tersaji memikat tetapi unsur idealisme dan patriotisme nya tidak dapat terhindarkan. Sah-sah saja terkadang kemenangan memang merupakan harga mati seperti apa yang dikatakan Michael Jakarimilena dalam satu-satunya kesempatan bicaranya, “Sejarah tidak pernah mencatat siapa yang menjadi juara dua.” Setidaknya kali ini upaya Samuel, Alung, Halil, Anand dan Markus dalam membangun chemistry satu sama lain lewat olah kata dan bahasa tubuh terbilang padu.

Durasi:
120 menit

Overall:
7 out of 10

Movie-meter: