Michael Perry: When I drink, I ask nosey questions.
Jamie Fitzpatrick: When I drink, I marry losers.
Nice-to-know:
Film yang diproduksi oleh Walden Media dan Gran Via Productions ini sudah rilis di Amerika Serikat pada tanggal 28 September 2012 yang lalu.
Cast:
Maggie Gyllenhaal sebagai Jamie Fitzpatrick
Viola Davis sebagai Nona Alberts
Oscar Isaac sebagai Michael Perry
Holly Hunter sebagai Evelyn Riske
Rosie Perez sebagai Breena Harper
Emily Alyn Lind sebagai Malia Fitzpatrick
Director:
Merupakan feature film ketiga bagi Daniel Barnz setelah Beastly (2011).
Jamie Fitzpatrick: When I drink, I marry losers.
Nice-to-know:
Film yang diproduksi oleh Walden Media dan Gran Via Productions ini sudah rilis di Amerika Serikat pada tanggal 28 September 2012 yang lalu.
Cast:
Maggie Gyllenhaal sebagai Jamie Fitzpatrick
Viola Davis sebagai Nona Alberts
Oscar Isaac sebagai Michael Perry
Holly Hunter sebagai Evelyn Riske
Rosie Perez sebagai Breena Harper
Emily Alyn Lind sebagai Malia Fitzpatrick
Director:
Merupakan feature film ketiga bagi Daniel Barnz setelah Beastly (2011).
W For Words:
Dengan jajaran cast terkemuka yang sudah terbukti kaliber Oscar, saya cukup heran melihat rating film ini amat rendah di IMDB, Rottentomatoes ataupun sejumlah situs film terpercaya lainnya. Hal itu tak menyurutkan langkah saya untuk menyaksikan film yang didistribusikan oleh 20th Century Fox ini. Dua jam kemudian, saya tahu jawabannya. Kedekatan premis dengan realita yang terjadi di kalangan masyarakat Amerika Serikat pada khususnya membuat film ini kemudian dianggap sebagai propaganda semu, terlepas dari statusnya yang “hanya” terinspirasi dari kejadian nyata.
Jamie Fitzpatrick adalah single mother yang peduli pada pendidikan putrinya Malia yang bersekolah di Adams. Pasalnya Malia adalah penderita disleksia yang menyulitkannya untuk mengolah kata-kata. Sedangkan Nona Alberts tengah berjuang mendapatkan hak asuh putranya Cody yang idiot paska perceraian dengan suaminya Charles. Dua ibu itu bertekad mendapatkan beasiswa untuk masa depan yang lebih baik bagi anak-anaknya. Sayangnya sistem sekolah yang tidak adil tidak memungkinkan hal itu sehingga membuat mereka bersatu melawan dewan dan perserikatan demi sistem sekolah yang baru.
Skrip yang digagas oleh Brin Hill dan Daniel Barnz ini memang masih menyisakan keklisean kontras disana-sini. Sebut saja guru baik versus jahat, orangtua peduli dan tidak peduli, anggota dewan suportif lawan tidak suportif atau perserikatan yang diwakili Riske berupaya menyuap Jamie dengan memberikan beasiswa bagi Malia lengkap dengan perbandingan sekolah elite dan buruk sekaligus. Proses dari nol hingga berisi memang diperlihatkan melalui perjuangan keras Jamie dan Nona tapi taj jarang masih terlalu instan. Too good to be true!
Gyllenhall berhasil mempotretkan sosok single mom pekerja keras siang malam yang amat memperhatikan perkembangan putrinya. Mata besarnya yang berbicara diikuti dengan gestur tubuhnya yang tegas terbilang pas menyampaikan kepribadiannya itu. Sedangkan Davis lebih sukses menjiwai sosok guru berdedikasi tinggi walaupun harus menghadapi proses perceraian dan terancam kehilangan hak asuh putranya. Sorot matanya yang tajam disertai dengan ambisinya yang kuat tergolong tepat menyampaikan antusiasmenya tersebut. Keduanya mampu menampilkan chemistry “tidak biasa” alias black & white yang saling melengkapi.
Film yang awalnya diberi judul And Still I Rise, Learning to Fly and Steel Town ini pada akhirnya mungkin terkesan memudahkan sebuah proses rumit dan tidak mungkin. Namun tujuannya jelas mulia yaitu menciptakan kualitas anak yang lebih baik lewat penempaan intensif di sekolah masing-masing meski harus didukung oleh angka statistik berapa yang bisa membaca normal dan tidak bertindak kriminal di kemudian hari. Apabila anda mengapresiasi pergerakan positif dalam menuntut perubahan dan determinasi tinggi untuk hasil yang lebih baik, Won’t Back Down samasekali tidak mengecewakan.
Dengan jajaran cast terkemuka yang sudah terbukti kaliber Oscar, saya cukup heran melihat rating film ini amat rendah di IMDB, Rottentomatoes ataupun sejumlah situs film terpercaya lainnya. Hal itu tak menyurutkan langkah saya untuk menyaksikan film yang didistribusikan oleh 20th Century Fox ini. Dua jam kemudian, saya tahu jawabannya. Kedekatan premis dengan realita yang terjadi di kalangan masyarakat Amerika Serikat pada khususnya membuat film ini kemudian dianggap sebagai propaganda semu, terlepas dari statusnya yang “hanya” terinspirasi dari kejadian nyata.
Jamie Fitzpatrick adalah single mother yang peduli pada pendidikan putrinya Malia yang bersekolah di Adams. Pasalnya Malia adalah penderita disleksia yang menyulitkannya untuk mengolah kata-kata. Sedangkan Nona Alberts tengah berjuang mendapatkan hak asuh putranya Cody yang idiot paska perceraian dengan suaminya Charles. Dua ibu itu bertekad mendapatkan beasiswa untuk masa depan yang lebih baik bagi anak-anaknya. Sayangnya sistem sekolah yang tidak adil tidak memungkinkan hal itu sehingga membuat mereka bersatu melawan dewan dan perserikatan demi sistem sekolah yang baru.
Skrip yang digagas oleh Brin Hill dan Daniel Barnz ini memang masih menyisakan keklisean kontras disana-sini. Sebut saja guru baik versus jahat, orangtua peduli dan tidak peduli, anggota dewan suportif lawan tidak suportif atau perserikatan yang diwakili Riske berupaya menyuap Jamie dengan memberikan beasiswa bagi Malia lengkap dengan perbandingan sekolah elite dan buruk sekaligus. Proses dari nol hingga berisi memang diperlihatkan melalui perjuangan keras Jamie dan Nona tapi taj jarang masih terlalu instan. Too good to be true!
Gyllenhall berhasil mempotretkan sosok single mom pekerja keras siang malam yang amat memperhatikan perkembangan putrinya. Mata besarnya yang berbicara diikuti dengan gestur tubuhnya yang tegas terbilang pas menyampaikan kepribadiannya itu. Sedangkan Davis lebih sukses menjiwai sosok guru berdedikasi tinggi walaupun harus menghadapi proses perceraian dan terancam kehilangan hak asuh putranya. Sorot matanya yang tajam disertai dengan ambisinya yang kuat tergolong tepat menyampaikan antusiasmenya tersebut. Keduanya mampu menampilkan chemistry “tidak biasa” alias black & white yang saling melengkapi.
Film yang awalnya diberi judul And Still I Rise, Learning to Fly and Steel Town ini pada akhirnya mungkin terkesan memudahkan sebuah proses rumit dan tidak mungkin. Namun tujuannya jelas mulia yaitu menciptakan kualitas anak yang lebih baik lewat penempaan intensif di sekolah masing-masing meski harus didukung oleh angka statistik berapa yang bisa membaca normal dan tidak bertindak kriminal di kemudian hari. Apabila anda mengapresiasi pergerakan positif dalam menuntut perubahan dan determinasi tinggi untuk hasil yang lebih baik, Won’t Back Down samasekali tidak mengecewakan.
Durasi:
121 menit
121 menit
U.S. Box Office:
$5,285,207 till Nov 2012
$5,285,207 till Nov 2012
Overall:
7.5 out of 10
7.5 out of 10
Movie-meter:
Notes:
Art can’t be below 6
6-poor
6.5-poor but still watchable
7-average
7.5-average n enjoyable
8-good
8.5-very good
9-excellent
6-poor
6.5-poor but still watchable
7-average
7.5-average n enjoyable
8-good
8.5-very good
9-excellent