Quotes:
Alex: Dad, what is that?
Doug: That is awesome!
Nice-to-know:
Karakter yang dihidupkan Brady Allen yaitu Robbie diinspirasi dari Robbie Mannheim, seorang bocah yang disinyalir sebagai korban kerasukan sebelum menjalani proses pengusiran iblis dari tubuhnya di tahun 1959.
Cast:
Katie Featherston sebagai Katie
Kathryn Newton sebagai Alex
Matt Shively sebagai Ben
Aiden Lovekamp sebagai Wyatt
Alexondra Lee sebagai Holly
Brady Allen sebagai Robbie
Stephen Dunham sebagai Doug
Director:
Henry Joost dan Ariel Schulman melanjutkan kerjasama mereka sebelumnya dalam Paranormal Activity 3 (2011).
Alex: Dad, what is that?
Doug: That is awesome!
Nice-to-know:
Karakter yang dihidupkan Brady Allen yaitu Robbie diinspirasi dari Robbie Mannheim, seorang bocah yang disinyalir sebagai korban kerasukan sebelum menjalani proses pengusiran iblis dari tubuhnya di tahun 1959.
Cast:
Katie Featherston sebagai Katie
Kathryn Newton sebagai Alex
Matt Shively sebagai Ben
Aiden Lovekamp sebagai Wyatt
Alexondra Lee sebagai Holly
Brady Allen sebagai Robbie
Stephen Dunham sebagai Doug
Director:
Henry Joost dan Ariel Schulman melanjutkan kerjasama mereka sebelumnya dalam Paranormal Activity 3 (2011).
W For Words:
Terima kasih pada Oren Peli yang sudah berhasil mengubah tren horor internasional lewat kemunculan Paranormal Activity (2007). Naskah orisinil tersebut dikembangkannya bersama Christopher Landon hingga seri ketiga. Sedangkan untuk seri keempat, Landon menggandeng Chad Feehan yang sebelumnya sempat menangani horor bertitel Beneath the Dark (2010). Konsep found-footage dengan mengambil lokasi di dalam rumah lantas menjamur dimana bermacam-macam judul lantas diproduksi di berbagai negara termasuk Indonesia sendiri. Tak usah sebut judul ya!
Lima tahun sudah Katie membunuh kekasihnya Micah, saudarinya Kristi dan iparnya Daniel sebelum mengambil keponakannya Hunter. Alex bersama ibunya Holly dan adiknya Wyatt yang tinggal di lingkungan setempat mulai mengalami kejadian aneh saat tetangga barunya Debbie tiba. Bukan hanya itu, Debbie yang dilarikan ke rumah sakit karena gangguan kesehatan menitipkan putranya Robbie yang segera akrab dengan Wyatt. Sahabat Alex, Ben melengkapi rumah mereka dengan webcam untuk merekam segala aktifitas yang terjadi. Apa yang akan mereka temukan kemudian?
Elemen baru nan unik yang biasa melengkapi franchiseini pun kembali muncul disini. Jika di seri ketiga sebelumnya ada kipas angin “dua ruang” maka kali ini diperkenalkan Kinect for Xbox 360. Sebuah perangkat yang mampu mendeteksi gerak secara 3D, mengenali wajah maupun suara melalui kamera RGB, sensor kedalaman dan mikrofon yang berjalan di perangkat software khusus. Efeknya adalah sosok anda akan terlihat seperti makhluk luar angkasa berwarna hijau di dalam kegelapan sekalipun. Adegan di ruang ini lalu menjadi trademark sehingga tak jarang panggung cerita kerap "berpindah" kesini.
Selebihnya duet sutradara Joost dan Schulman tidak menawarkan hal baru, masih dengan teknik kamera yang mirip, tata suara dan musik yang kurang lebih sama. Anda masih diajak mencari-cari "pergerakan" di segala penjuru ruangan, menunggu "kejutan" yang disiapkan serta mengumpulkan "asumsi" dari sudut pandang orang pertama. Benang merah yang berupaya dijalin dari seri pertama sampai ketiga cenderung maksa dengan korelasi minim yang pada akhirnya tidak menjelaskan apa-apa terhadap penonton yang akan memperdebatkannya kemudian.
Sayangnya penambahan tokoh tidak otomatis diikuti dengan kekayaan karakteristik. Perhatian kita seakan terpecah antara Alex-Ben dan Wyatt-Robbie dimana tak jarang terjadi intersectiondi antara mereka yang juga kurang maksimal. Perubahan sikap Wyatt terlalu instan seiring masuknya tokoh Katie ke dalam frame. Interaksi Newton dan Shively sesungguhnya menarik terlebih keduanya sama-sama digambarkan mempunyai sifat kepo. Wajah cantik Newton di layar lebar tentunya menjadi nilai plus tersendiri untuk memancing simpati dan rasa kepedulian pada karakter yang dibawakannya.
Paranormal Activity 4 justru terlalu ambisius untuk melipatgandakan teror di bagian penutupnya. Tak cukup satu tapi dua bahkan tiga! Ambiguitasnya malah menyisakan puluhan pernyataan tidak puas yang alih-alih memicu makian, bukan rasa penasaran terhadap franchise ini. Tambahan adegan di post-credit title juga terkesan dipaksakan untuk melanjutkan teror bernuansa err.. Hispanik? Well, someday they have to stop repeating the same tricks, similar formula. Especially considering its' quality is predictably weak and going downhill.
Durasi:
88 menit
U.S. Box Office:
$49,529,682 till Oct 2012
Overall:
7 out of 10
Movie-meter:
Notes:
Art can’t be below 6
6-poor
6.5-poor but still watchable
7-average
7.5-average n enjoyable
8-good
8.5-very good
9-excellent
6-poor
6.5-poor but still watchable
7-average
7.5-average n enjoyable
8-good
8.5-very good
9-excellent