– 杨门女将之军令如山
Storyline:
Dinasti Song, ketika pria-pria keturunan klan Yang mengorbankan diri dalam perang, para wanitanya memutuskan untuk ambil bagian. 14 wanita dengan senjata andalannya masing-masing mulai dari tombak, pisau, tongkat, gada, busur dsb terjun ke medan pertempuran dengan tekad merebut kemenangan. Mu Guiying yang berduka karena menyangka suaminya Yang Zongbao tewas pun memimpin armada sekaligus emansipasi wanita tanpa kenal rasa takut.
Nice-to-know:
Film yang berjudul asli yang men nv jiang zhi jun ling ru shan ini rilis di China pada tanggal 17 November 2011.
Cast:
Cecilia Cheung sebagai Mu Guiying
Liu Xiaoqing sebagai Princess Chai
Richie Ren sebagai Yang Zongbao
Cheng Pei-pei sebagai She Saihua
Ôshima Yukari sebagai Zou Lanying
Kathy Chow sebagai Fifth Sister Yang
Director:
Merupakan film ke-19 bagi Frankie Chan yang mengawalinya sejak Jia ren you yue (1992).
Comment:
Mungkin hanya sebagian dari anda yang mengingat sebuah film epik sejarah klasik dari Shaw Brothers di tahun 1972 yaitu The Fourteen Amazons yang dibintangi oleh Lisa Lu, Ivy Ling Po, Lily Ho dan Li Ching. Jika belum menyaksikannya, anda tidak sendiri karena saya sendiri belum lahir pada masa itu. Kini nyaris 40 tahun kemudian, lahirlah sebuah remake yang idenya muncul oleh Jackie Chan yang kali ini duduk di kursi produser eksekutif.
Tentunya rentang waktu yang demikian panjang dianggap tepat untuk memperkenalkan kisah wanita-wanita tangguh keluarga Yang ini kepada generasi muda. Untuk itu ditunjuk Cecilia Cheung dan Richie Ren yang pernah mengharu-biru dalam Fly Me To Polaris. Tidak mengherankan jika keduanya sempat berbagi scene emosional bersama tetapi sekeras apapun usaha mereka, tidak mampu mengulang momen yang sama apalagi tidak didukung oleh chemistry yang kuat.
Kembalinya Cecilia ke dunia akting paska problema pernikahannya lewat peran ini terbukti seperti bunuh diri. Ekspresi pilu atau semangat berkobar saja tidak cukup untuk menerjemahkan heroisme seorang Mu Guiying yang memimpin pasukan wanita ini. Dua nama senior yang turut mendukung adalah Cheng Pei-Pei dan Kathy Chow yang sudah menunjukkan usaha terbaiknya tapi apa daya terlalu sedikit porsi yang menampilkan karakter mereka.
Masuknya nama Frankie Chan sebagai sutradara memang membingungkan apalagi harus menangani film epik semacam ini yang jelas menyedot dana besar. Mungkin anda akan menyebut nama John Woo atau Ang Lee sebagai pilihan yang lebih bijaksana. Kekhawatiran itu akhirnya terjadi karena Frankie teramat lemah dalam penceritaan dan visualisasi yang sedianya dibuat brutal. Saat emosi akan berusaha dibangun, scene sudah berpindah lagi, begitu seterusnya sehingga sulit membangun simpati audiens.
Adegan pertarungan selayaknya dipertontonkan dalam koreografi martial arts yang meyakinkan untuk menciptakan intensitas. Yang terjadi adalah keamatiran belaka dimana efek CGI mengambil alih secara berlebihan. Tak jarang teknik “blue/green screen” yang melatarbelakanginya malah terlihat jelas. Belum lagi teknik “melayang” ala konvensional yang digunakan semakin mengurangi nilai jualnya. Lihat adegan jembatan manusia dari dua kawat sling yang sukses membuat penonton terpingkal-pingkal.
Satu-satunya yang mungkin menyelamatkan Legendary Amazons adalah aspek komedi yang justru tanpa sengaja tereksploitasi oleh filmmaker yang sudah merusak kepercayaan dan kesempatan untuk mengangkat sebuah perjuangan kaum wanita yang historik. Cecilia dkk bukan lagi wanita-wanita tangguh keluarga Yang melainkan anggota sirkus yang kebingungan melakukan aksinya untuk menghibur penonton. Kualitas “Behind The Scenes” sekitar 5 menit yang mendampingi credit title bergulir justru lebih bernilai dibandingkan 108 menit anda yang terbuang sia-sia.
Durasi:
108 menit
Overall:
6.5 out of 10
Movie-meter:
Notes:
Art can’t be below 6
6-poor
6.5-poor but still watchable
7-average
7.5-average n enjoyable
8-good
8.5-very good
9-excellent