Thursday, 8 December 2011

ARWAH KUNTILANAK DUYUNG : Suami Penyiksa Kuntilanak Duyung Pembalas

Tagline:
Tepat di kilometer sembilan puluh tujuh
Jalan tol cipularang di selimuti ratapan pilu
Tepat di tempat haus darah itu
Arwah kuntilanak duyung menunggumu


Storyline:
Di sebuah pantai, Linda dan Ardo bertemu dan saling jatuh cinta. Demi masa depan mereka berdua, Ardo membangun Villa Linda disana atas rekomendasi Jali untuk hidup berbahagia bersama istri tercinta. Adalah dua pembantu kocak yang mendampingi keduanya yaitu Ayu dan Odong. Sementara itu tukang ojek sepeda paruh baya Amat tanpa sengaja membuang ari-ari bayi ke pantai sehingga mengundang Aisha, kuntilanak duyung penunggu pantai setempat. Sejak saat itulah Amat dan Sule yang rajin mangkal seringkali menjadi sasaran gangguan. Apa yang sesungguhnya diinginkan Aisha?

Nice-to-know:
Diproduksi oleh K2K Productions dimana syutingnya diselesaikan sebelum Ramadhan lalu.

Cast:
Dewi Perssik sebagai Aisha
Saipul Jamil sebagai Jali
Entis Sutisna alias Sule sebagai Sule
Pretty Asmara sebagai Ayu
Afdhal Yusman sebagai Ardo
Dian Widiantoro sebagai Linda

Director:
Merupakan film keenam bagi Yoyok Dumprink sekaligus yang kelima di tahun 2011 ini setelah Pacar Hantu Perawan.

Comment:
Mari terjemahkan kata per kata judul film ini versi saya, jadi dilarang protes. Arwah adalah intisari dari tubuh fisik perempuan. Kuntilanak identik dengan makhluk halus berwujud perempuan yang meninggal saat tengah mengandung. Sedangkan duyung adalah ikan berkepala manusia yang biasanya perempuan. Persamaan dari ketiga kata tersebut adalah perempuan. Lantas jika ketiga kata tersebut dipersatukan, konsepnya dapat diartikan perempuan jadi-jadian. Setuju saja deh dengan KKD kali ini!
Entah siapa yang patut dipersalahkan atas ide brilian skrip yang tak dapat dipertanggungjawabkan itu. Bagaimana empat tempat yang berbeda mulai dari vila, hutan, pantai, tol Cipularang dapat dihubungkan begitu saja tanpa korelasi yang jelas. Mungkin Doraemon harus mengecek pintu kemana saja nya apakah digunakan tanpa ijin oleh KKD? Yang pasti dengan gaya bercerita loncat-loncat ala bajingan eh bajing, Yoyok Dumprink berusaha menciptakan momok dari kuntilanak naik ojek sepeda (DP), kuntilanak duyung (DP lagi) dan pocong banci (untung bukan DP).

Samasekali tidak ada penjelasan masuk akal bagaimana seorang wanita yang tengah mengandung mati dibunuh lalu dibuang ke laut lantas menjadi kuntilanak air yang kemudian diperhalus menjadi kuntilanak duyung? Asumsi liar saya mulai berkelana. Lantas twist di akhir cerita yang berusaha menjawab misteri tol Cipularang KM 97 dihadirkan dengan adegan bulan purnama di belahan langit malam saja. Sungguh sebuah masterpiece!
Ricuh “drama king” Saipul Jamil yang sempat memprotes pemasangan tulisan Tol Cipularang KM 97 besar-besar dalam posternya ternyata tidak diimbangi oleh akting yang baik. Jika di kemudian hari ia mempersalahkan LSF yang memangkas adegan seks “brutal” nya itu, saya tidak heran. Dewi Perssik tampaknya sudah semakin “nyaman” bekerjasama dengan KKD dalam beberapa film terakhirnya. Baik sebagai wanita biasa atau hantu luar biasa, ia tidak berkeberatan, termasuk mengenakan kostum duyung emas yang untungnya tidak sampai memalukan.

Debut Sule disini setidaknya sedikit menyelamatkan film. Gaya humornya yang fresh di layar lebar cukup mampu memancing tawa berkali-kali. Adegannya membonceng kuntilanak dengan sepeda di tengah hutan malah mengingatkan saya akan sosok (alm.) Suzanna dan Muni Cader di film-film horor lawas. Karakter Ayu dan Odong rasanya ditakdirkan menjadi perusak mata dengan banyaknya syut close up yang mempertontonkan bulu dada dan beha-kolor Pretty yang triple XL itu. Sedangkan tokoh Linda Ardo sudah ditakdirkan menjadi pelengkap derita saja terlepas dari apapun yang mereka lakukan.
Satu-satunya nilai plus Arwah Kuntilanak Duyung adalah originalitas seorang KK Dheeraj yang biasanya “mencontek” itu. Bahkan kreatifitasnya diganjar dengan acknowledgement yang membuat film ini konon akan diremake oleh Hollywood menjadi sebuah sains fiksi horor yang lain daripada biasanya. Apapun hasilnya kelak, kita sebagai masyarakat penikmat film local tidak perlu berbangga hati dahulu. Namun sebaiknya merasa malu jika di penghujung tahun 2011 ini masih dijejali dengan ide “gabrukan” semacam ini. Teruskanlah mengikik Dewi Perssik sembari dikritik!

Durasi:
77 menit

Overall:
6 out of 10

Movie-meter: