Quotes:
Asep: Kalo Asep udah cinta jangankan beda kota, beda dunia juga bakal Asep kejar!
Storyline:
Pernikahan yang tidak diinginkan Asep akhirnya terjadi juga karena keluarganya sudah memilih Enok. Dalam perjalanan, melintaslah Farah di dalam mobil beratapkan sunroof yang datang ke kampung Asep untuk sesi pemotretan luar ruang. Seketika Asep jatuh hati pada Farah dan keduanya pun menghabiskan seharian bersama karena kendaraan dinas Farah yang mogok. Asep tidak peduli akan ketidaksukaan Emak dan warga setempat dengan para pendatang tersebut. Sepulangnya Farah ke Jakarta, Asep nekad kabur dari rumah untuk menyusulnya. Apa yang bisa dilakukan pemuda desa di kota metropolitan yang samasekali asing baginya?
Nice-to-know:
Diproduksi oleh Mitra Pictures & Bic Production dimana gala premierenya diselenggarakan di Studio XXI eX pada tanggal 23 Agustus 2011.
Cast:
Andhika Pratama sebagai Asep
Donita sebagai Farah
Lidya Kandau sebagai Ibu Asep
Joe P Project sebagai Paman
Polo sebagai Supir Taksi
Mucle sebagai Ustad
Bertrand Antolin sebagai Brandon
Director:
Merupakan film kedua bagi Indrayanto Kurniawan setelah Saus Kacang (2008).
Comment:
Percintaan pemuda desa dengan gadis metropolitan. Entah sudah berapa kali tema serupa diangkat ke layar lebar sebelumnya. Masih segar dalam ingatan (meski sebetulnya tidak terlalu memorable) di penghujung tahun lalu ada Kabayan Jadi Milyuner. Jelas yang membuat berbeda adalah jajaran cast dan filmmaker yang terlibat di dalamnya. Masing-masing mempunyai versinya sendiri dan dikembalikan penonton mau berpihak pada yang mana.
Penulis skrip Benni Setiawan masih menunjukkan kelemahannya disini yaitu kesulitan menyatukan berbagai subplot yang sudah terbangun untuk kemudian dikonklusikan pada akhirnya. Pertemuan Asep dan Farah di bagian openingnya bahkan tanpa tedeng aling terlebih dahulu. Terlalu cepat dalam menyimpulkan ada “sesuatu” di antara keduanya setelah cinta pandangan pertama Asep atau Farah yang harus menginap satu malam dimana keduanya terlibat perbincangan yang tak terlalu krusial.
Permasalahan utama film adalah terlalu terfokus pada Andhika dan Donita. Dunia seakan milik mereka berdua, tokoh-tokoh lain yang timbul tenggelam begitu saja seakan berada di “dunia lain” tanpa memiliki pengaruh yang bisa menguatkan bangunan cerita. Kemana Enok setelah dibatalkan pernikahannya? Mengapa reaksi Mak Asep datar seakan tanpa kekhawatiran menyambut kembali kepulangan putra kesayangannya? Apa alasan Bertrand putus sambung dengan mudahnya? Semua pertanyaan tersebut tidak akan pernah anda temui jawabannya.
Rasanya di jaman sekarang ini sulit untuk percaya ada pemuda selugu (kalau tak mau dibilang bodoh) Asep yang sebegitu naifnya mau bersusah payah menerapkan prinsip agamanya di tempat-tempat yang tidak seharusnya. Bagaimana alasan gadis cantik modern hidup dalam kemewahan seperti Farah yang mau peduli pada pemuda desa yang baru sekali ditemuinya itu termasuk mengajaknya tinggal bersama (baca berdua) di apartemennya? Sekeras apapun Andhika dan Donita menampilkan penjiwaan yang sesuai dengan karakter mereka dalam film ini, tetap sulit bagi penonton untuk tidak mengerutkan kening saat menyaksikan polah tingkah keduanya di sepanjang durasi.
Jika sebelumnya sutradara Indrayanto masih cukup berhasil dengan duet suami-istri Ashraff-BCL yang merusak suasana Nyepi di Bali dalam Saus Kacang yang setidaknya mampu menyuguhkan romantisme pembangkit senyum kecil, tidak kali ini dengan pasangan Andhika-Donita. Percayalah tangisan meyakinkan Donita dalam berbagai scene sekalipun tidak mampu menyelamatkan film. Apalagi diiringi scoring musik yang tidak pada tempatnya.
Konsep komedi yang ditawarkan Kejarlah Jodoh Kau Kutangkap ini tergolong masih mampu memancing tawa. Sayangnya bukan tawa lepas melebarkan mulut melainkan tawa kecut mengerutkan kening. Mungkin setelahnya anda harus berpikir keras untuk mencari alasan melakukan itu. Ya setidaknya dua pesan moral coba disematkan kali ini yakni ingatlah akan pedoman agama di setiap tingkah lakumu dan budayakan tolong menolong antar sesama. Terdengar sesuai dengan tontonan Idul Fitri? Anda sendiri yang menentukan!
Durasi:
100 menit
Overall:
6.5 out of 10
Movie-meter: