Quotes:
Maezumi: I Know the problem. Your Forehead is too small. A small Forehead means a small brain. Like a monkey. You should be swinging from a tree screaming "kya kya kya".
Storyline:
Abby nekad menyusul kekasihnya Ethan ke Jepang dengan mengandalkan pekerjaan di kantor hukum. Sayangnya Ethan kemudian pergi ke Osaka dan meninggalkan Abby di Tokyo. Dalam kesedihannya, Abby menemukan kebahagiaan lewat semangkuk ramen di kedai seberang tempat tinggalnya. Iapun bertekad berguru pada Maezumi yang terkenal galak itu apapun tantangannya. Lewat serangkaian proses, Abby pun belajar untuk menemukan identitas diri plus semangatnya kembali.
Nice-to-know:
Film terakhir Brittany Murphy yang beredar di Indonesia lewat jaringan bioskop Blitzmegaplex.
Cast:
Pernah memenangkan Piala Standout Performance by a Young Actor – Female, Brittany Murphy bermain sebagai Abby
Toshiyuki Nishida sebagai Maezumi
Park Sohee sebagai Toshi Iwamoto
Kimiko Yo sebagai Reiko
Tammy Blanchard sebagai Gretchan
Director:
Merupakan film layar lebar ketiga bagi Robert Allan Ackerman setelah Safe Passage (1994) dan The Reef (1999).
Comment:
Brittany Murphy pernah dan sedang menjadi Hollywood’s next big actress. Semua orang menyukainya dan film-film yang dibintanginya mendapat sambutan bagus dari kritikus walaupun hasil box-office tidak bisa selalu menjadi acuannya. Mendengar kabar bahwa ia meninggal dunia di usia emas bagaikan petir di siang bolong. Sulit dipercaya tapi itulah yang terjadi. Tidak ada salahnya saya menaruh kredit khusus bagi film terakhirnya yang rilis di Indonesia ini.
Skrip yang ditulis oleh Becca Topol ini secara mendasar berkisah tentang makanan yaitu ramen pada khususnya. Sesuatu yang tidak terlalu mengejutkan karena sudah pernah dilakukan berkali-kali sebelumnya. Hanya saja kultur Jepang bisa jadi memberikan citarasa yang berbeda dengan spirit dan cara pandangnya yang unik itu. Film ini tidak juga dapat dikatakan persinggungan Barat dan Timur meskipun elemen itu tetap ada di sebagian plotnya.
Brittany menjiwai perannya dengan sangat baik. Jika bukan dia rasanya karakter Abby akan dicap bodoh, putus asa, kekanak-kanakan, pemalas, tidak bertanggungjawab, bermental pesuruh dsb. Tapi di tangannya semua kesan negatif tersebut menjadi berkonotasi menyenangkan. Itulah sebabnya penonton akan bersimpati padanya dan mau terus mengikuti perjuangan Abby meraih cita dan cintanya sekaligus meskipun prosesnya cukup panjang.
Nishida dan Yo juga menghidupkan karakter suami istri disini layaknya yin dan yang. Maezumi yang dari luar terlihat emosional, sinis, meledak-ledak memang menyebalkan tetapi diam-diam kita mengagumi kerja keras dan kedisiplinannya serta berempati akan rasa rindunya pada putra semata wayang yang tak kunjung pulang. Sebaliknya Reiko merupakan tokoh yang menenangkan dengan kesabaran dan sifat keibuannya seakan melambangkan kesantunan wanita Asia pada umumnya.
Sutradara Ackerman tidak terlihat canggung bermain dengan pernak-pernik Asia. Ia tidak berusaha mem-Barat-kan Tokyo tetapi tetap mempertahankan keotentikannya. Suasana restoran ramen yang sederhana itu berhasil dimaksimalkan sebagai setting yang tidak biasa, lengkap dengan tatami dan pintu kertasnya. Sayangnya semua proses yang sudah terbangun dengan konsisten itu sedikit melemah di bagian endingnya yang seharusnya bisa lebih meaningful.
The Ramen Girl sepertinya akan lebih mudah dijual di pasar Asia dibandingkan Amerika itu sendiri terlebih bagi anda yang pernah merasakan sendiri kenikmatan ramen asli yang kaya rasa itu. Senang rasanya ada film Hollywood yang syuting di Jepang tanpa embel-embel hantu Sadako ataupun samurai kuno sebagaimana biasanya. Jangan harapkan sebuah komedi romantis kali ini karena drama bersemangatkan ketekunan mencapai kesempurnaan hidup jelas tetap mampu menghibur anda. A hot bowl of Japanese ramen after movie, anyone?
Durasi:
100 menit
Overall:
7.5 out of 10
Movie-meter: