Monday, 5 March 2012

SAMPAI UJUNG DUNIA : Ketika Cinta Berhadapan Dengan Pilihan


Quotes:
Gilang: Naif? Mungkin karena kita masih muda kali? Atau karena cinta?

Nice-to-know:
Diproduksi oleh Nasi Putih Pictures dimana gala premierenya dilangsungkan di Djakarta XXI pada tanggal 5 Maret 2012.

Cast:
Gading Marten sebagai Gilang
Dwi Sasono sebagai Daud
Renata Kusmanto sebagai Anissa
Roy Marten sebagai Ayah Gilang
Chintami Atmanegara sebagai Ibu Gilang
Sudjiwo Tedjo sebagai Ayah Daud
Tutie Kirana sebagai Ibu

Director:
Merupakan film kesembilan Monty Tiwa setelah terakhir Laskar Pemimpi (2010).

W For Words:
Cinta segitiga merupakan tema yang tiada habis-habisnya dieksplorasi dalam sebuah drama percintaan dari jaman ke jaman. Namun bagaimana jika pilihan begitu sulit dijatuhkan oleh sang wanita karena kedua pria memiliki kesempatan dan tekad bulat yang sama? Setidaknya itulah yang ingin disuguhkan oleh penulis cerita Monty Tiwa dan Tino Kawilarang melalui film terbaru rumah produksi anyar bernama Nasi Putih Pictures ini yang membalutnya dalam semangat persahabatan.
Gilang, Daud dan Anissa sudah bersahabat sejak kecil. Gilang yang berasal dari keluarga kaya raya berbanding terbalik dengan Daud. Sedangkan Anissa yang tinggal di panti asuhan kerap merindukan ibunya yang berada di Belanda. Seiring waktu, ketiganya tumbuh bersama dan merasakan ikatan cinta sekaligus persahabatan yang kuat. Anissa berjanji akan memilih pria yang suatu saat bisa membawanya ke Belanda. Kompetisi mulai terbangun antara Daud yang memilih Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran di Marunda sedangkan Gilang memutuskan Sekolah Tinggi Penerbangan di Curug. Siapa yang akhirnya dipilih Anissa yang ternyata menderita penyakit kelainan jantung tersebut?

Saya bersyukur Monty tidak latah bermenye-menye dengan dramatisasi Anissa yang berjuang menghadapi penyakitnya. Ia tetap konsisten menekankan arti kasih sayang persahabatan di antara Anissa, Daud dan Gilang. Dua sekawan pria tersebut tak jarang berkelahi karena tak ingin berbagi wanita dan saling berlomba ingin menjadi yang terdepan. Transisi yang dilakukan Monty dari Daud-Gilang remaja ke dewasa memang cenderung lancar walaupun esensi menariknya turut bergeser juga dari menyenangkan ke sedikit membosankan.
Renata Kusmanto memang cantik dengan wajah sayunya. Namun saya berharap ada penjiwaan akting yang lebih signifikan karena tokoh Anissa digambarkan berjuang dalam hidupnya, bukan hanya dari segi fisik tapi juga psikis. Ketabahan hidup bertahun-tahun di panti merindukan ibunya hingga harus menerima kenyataan pahit dibohongi oleh orang terdekatnya tidak terlihat jelas. Belum lagi kecintaannya yang sama besar terhadap Daud dan Gilang tidak tereksploitasi dengan benar. Penonton hanya dapat melihat sikap pasif (dan juga pasrah) Anissa dalam menjalani pilihan-pilihan hidupnya.

Beruntung Dwi Sasono menunjukkan kelasnya. Peran Daud yang berasal dari keluarga miskin dijiwainya dengan baik sehingga nilai perjuangannya dari titik nol lumayan terasa. Gading Marten juga samasekali tidak mengecewakan. Peran Gilang yang dimanja kemewahan orangtuanya dihidupkannya dengan pas sehingga kesungguhannya menuju tahap kemandirian cukup inspiratif. Keduanya berbagi chemistry secara wajar dalam menekan perasaan cemburu yang berlebihan di atas kenyataan bahwa mereka tumbuh bersama semenjak kecil.
Sampai Ujung Dunia merupakan suguhan drama percintaan murni yang akan mengingatkan anda pada film-film sejenis di tahun 1980an sebut saja Badai Pasti Berlalu, Satu Jam Saja dsb. Rentang waktu yang cukup panjang memang tidak terasa mencolok perbedaannya selain suguhan konsistensi sinematografi yang memikat terlebih setting lokasi Belanda yang menyatu dengan kebutuhan cerita di bagian penutupnya. Suguhan musik pengiring dari Bongky Marcel dan Ganden Bramanto pun mengalir indah melingkupi muara cinta segitiga Gilang-Anissa-Daud. Ah, cinta memang harus memilih, apapun konsekuensinya..

Durasi:
97 menit

Overall:
8 out of 10

Movie-meter: