Quotes:
Amanda: Kalo liat si Bruno nari, aku suka lupa kalo dia itu jahat..
Storyline:
Tiga sahabat sedari kecil yakni Biru, Amanda dan Tomtim kini duduk di bangku kelas 1 SMP. Ayah Biru, Daniel adalah seorang pilot sibuk. Namun kekurangan sosok ibu membuat Biru yang aktif dan cerdas ini menjadi sedikit pembangkang. Orangtua Amanda, Henry dan Julie juga amat perhatian padanya plus sang adik Brandon yang jago ngedance. Sedangkan Tomtim yang hanya tinggal dengan Mama Rita memiliki keterbatasan sehingga pernah tinggal kelas. Keadaan ini sering dimanfaatkan oleh Bruno dan sahabat-sahabatnya yaitu Jason, Samuel dan Erlangga untuk mengganggu Tomtim. Biru sepakat menghentikan aksi Bruno dkk dengan merekam tingkah lakunya sepanjang minggu. Benarkah sifat asli Bruno seburuk kelakuannya di sekolah?
Nice-to-know:
Diproduksi oleh Blue Caterpillar Films bekerjasama dengan Kalyana Shira Films dimana special screeningnya dilangsungkan di Blitzmegaplex Pacific Place pada tanggal 15 Oktober 2011.
Cast:
Ratnakanya Anissa Pinandita sebagai Biru
Jeje Soekarno sebagai Tomtim
Baby Natalie sebagai Amanda
Cody McClendon sebagai Bruno
Patton Ottlivio sebagai Jason
Jonathan Prasetyo sebagai Erlangga
Samuel Nathanael Carol sebagai Samuel
Brandon De Angelo sebagai Brandon
Ari Wibowo sebagai Ayah Biru
Donna Harun sebagai Ibu Tomtim
Director:
Merupakan film keenam Lasja F. Susatyo sejauh ini yang diawali oleh Lovely Luna (2004).
Comment:
Siapapun rasanya pasti pernah mengalami proses “bully” semasa kecilnya baik sebagai subyek, obyek maupun pengamat. Apa yang biasa dilakukan anak-anak seusia tersebut? Opsinya bisa lapor pada guru, orangtua atau bahkan merancang sebuah pembalasan yang setimpal. Tujuannya tentu saja anak yang tertindas bisa timbul lagi kepercayaan dirinya sedangkan anak yang menindas bisa insyaf mengakui kesalahannya selama ini.
Penulis skrip Melissa Karim menerjemahkan ide tersebut dalam film musikal anak-anak pertama tahun 2011 ini. Sebetulnya tidak bisa sepenuhnya dibilang musikal karena hanya menampilkan sekitar 3-4 lagu saja di paruh pertama film. Entah alasan apa yang mendasari hingga diputuskan aliran musik hip-hop dan R&B yang berperan besar dalam penentuan lagu berikut koreografinya para aktor ciliknya. Sekadar ikut-ikutan trend kah? Mudah-mudahan tidak karena sejujurnya ilustrasi musik dalam film ini menarik.
Ratnakanya bermain cukup baik dengan kelincahan dan rasa keingintahuannya yang begitu besar. Sepintas saya menangkap ada sedikit karakter pembangkang dalam tokoh Biru, bisa jadi karena dibesarkan oleh orangtua tunggal yang tidak selalu ada untuknya. Akan lebih baik jika ada penjelasan yang lebih nyata mengenai hal ini tentunya dari sudut pandang Ari Wibowo juga sebagai ayah pilot super sibuk itu.
Penonton diajak mengenal karakter Bruno dari aktifitas sehari-harinya saja, bukan dari interaksi mendalam dengan orang-orang di sekitarnya. Saya rasa keterbatasan Cody berbahasa Indonesia bukan faktor yang menghalangi. Namun ia hanya digambarkan cool bad boy yang jago olahraga dan ngedance tapi tidak sampai mengundang antipati sebagai pelaku bully tersebut. Transformasi sikapnya pun cenderung datar dan tidak cukup kuat menyalurkan emosi yang tertahan.
Sutradara Lasya sayangnya masih mempertahankan ciri khasnya sejak dulu yaitu penggarapan yang tidak menyeluruh sampai ke akar. Kita tidak berbicara mengenai film berat yang penuh dengan esensi. Namun film ringan sekalipun tetap butuh eksploitasi yang cukup untuk mampu menjalin konektifitas positif dengan penonton. Hal ini penting sehingga tokoh-tokoh di dalamnya dapat dipedulikan, bukan sekadar disaksikan kiprah wara-wirinya di layar lebar.
Terlepas dari kekurangan-kekurangan minornya, Langit Biru dibuat dengan semangat dan pesan moral yang baik bagi anak-anak dan orangtua sekalipun. Sebuah hiburan yang menyenangkan dan easy to watch terlebih dengan bertaburannya cameo ternama. Sekolah memang sarana sekaligus media pembelajaran bagi siswa-siswi tetapi interaksi di antara mereka harus mendapat perhatian lebih dari tenaga pengajar yang terlibat langsung di lapangan. Subyek ataupun obyek bully tidak mengenal kata menang atau kalah karena kita semua seharusnya berkawan, bukan lawan yang patut ditakuti.
Durasi:
95 menit
Overall:
7.5 out of 10
Movie-meter: