Aang: I will stop them.
Dragon Spirit: I know you will try...
Storyline:
Udara, Air, Bumi dan Api merupakan 4 bangsa yang ditentukan oleh takdir. Sayangnya bangsa Api memutuskan untuk menguasai dunia dengan menyingkirkan ketiga bangsa lainnya. Satu abad berlalu tanpa adanya harapan yang muncul untuk menghentikan kehancuran itu. Saat itulah, Aang muncul dan menyadari dirinya merupakan satu-satunya Avatar harapan dengan kekuatan yang mampu mengendalikan empat elemen tersebut. Kemudian Aang bertemu kekuatan Air, Katara dan kakaknya, Sokka dan berupaya mengembalikan keseimbangan dunia.
Nice-to-know:
Awalnya diberi judul Avatar : The Last Airbender tetapi saat Avatar (2009) dirilis lebih dahulu oleh 20th Century Fox maka akhirnya menjadi The Last Airbender saja untuk menghindari kerancuan.
Cast:
Noah Ringer baru berusia 13 tahun saat terpilih menjadi Aang.
Angkat nama di Hollywood lewat Slumdog Millionaire (2008), Dev Patel bermain sebagai Prince Zuko
Nicola Peltz sebagai Katara
Jackson Rathbone sebagai Sokka
Shaun Toub sebagai Uncle Iroh
Aasif Mandvi sebagai Commander Zhao
Director:
Pria asal India berusia 40 tahun, M. Night Shyamalan pertama kali mendapat kesempatan menyutradarai lewat Praying With Anger (1992).
Comment:
Saya bukanlah penggemar seri kartun televisi Avatar yang sempat menghebohkan itu. Saat mengetahui filmnya akan diproduksi, saya tidak terlalu antusias. Saat melihat cuplikan trailernya, saya menjadi sedikit penasaran. Saat filmnya dirilis dan mendapat rating buruk, saya putuskan untuk membuktikannya sendiri. Demi menetralisir opini, saya mengajak salah seorang teman yang memang pecinta Avatar series untuk kemudian menilainya bersama dari sudut pandang Avatar fans dan non Avatar fans.
Plot ceritanya sebetulnya menarik dan sesungguhnya film ini memang coba digarap dengan epik. Tetapi tidak didukung oleh sinematografi yang konsisten ataupun penulisan skrip yang baik. Belum lagi alur maju mundur yang membingungkan dan tidak pada tempatnya. Alhasil sekitar satu setengah jam, penonton serasa disuguhi potongan-potongan klip yang bercitarasa campur aduk, bagus dan buruk, kesemuanya tidak menjadikan satu kesatuan tontonan yang utuh.
Dari segi cast, mungkin hanya Patel yang sedikit memberi nyawa. Sisanya nama-nama baru dari berbagai ras yang masih miskin pengalaman dan langsung didaulat bermain dalam film besar seperti ini. Sayangnya lagi nyaris tidak ada ruang dan waktu untuk pengembangan karakter-karakternya samasekali sehingga yang tercipta hanyalah dialog-dialog pendek yang tidak berisi, diperburuk lagi dengan narasi yang tidak pas dari narator yang berganti-ganti pula.
Kegagalan, setidaknya dari segi kualitas, patut dilayangkan pada Shyamalan yang tidak perform walau produser besar mempercayakan 150 juta dollar di tangannya. Keseluruhan The Last Airbender masih dapat dikatakan BERANTAKAN walau semua orang di luar Shyamalan sudah berusaha maksimal, termasuk spesial efek yang masih tergolong ok juga musik latar yang terdengar menggugah. Dari segi box-office, penempatan tanggal rilis summer movies mungkin akan berdampak positif dalm raupan dollar. Namun jika memang ada rencana sekuelnya seperti disugestikan endingnya, saya mengharapkan suatu perombakan total dimulai dari kursi sutradara.
Durasi:
100 menit
U.S. Box Office:
$127,293,447 till early Aug 2010.
Overall:
6.5 out of 10
Movie-meter:
Art can’t be below 6
6-poor
6.5-poor but still watchable
7-average
7.5-average n enjoyable
8-good
8.5-very good
9-excellent