Tagline:
Some guys need a little extra time to mature.
Storyline:
Tahun 1978, lima sekawan yaitu Lenny, Eric, Kurt, Rob, Marcus memenangkan kejuaraan basket SMP. Saat perayaan kemenangan, pelatih mereka Buzzer mengingatkan mereka untuk menyikapi hidup selayaknya permainan tersebut.
30 tahun kemudian, mereka semua dipersatukan lagi ketika upacara kematian Buzzer dengan kehidupan yang sudah jauh berbeda. Lenny adalah agen pencari bakat Hollywood yang menikah dengan designer Roxanne, Eric ialah pemilik perusahaan furnitur taman yang beristrikan Sally. Kurt adalah pria rumah tangga yang menjadi suami Deanne yang mencarikan nafkah, Rob mennjalani pernikahan ketiganya dengan Gloria yang jauh lebih tua sedangkan Marcus tetap melajang. Dalam liburan keluarga tersebut, kelimanya sekali lagi merasakan kedewasaan yang terus tumbuh sambil menggali apa yang hilang dalam kehidupan mereka selama bertahun-tahun terakhir.
Nice-to-know:
Adam Sandler mengenakan topi atau kaos area New England yang berbeda-beda di tiap scenenya termasuk University of New Hampsire tempat ia dibesarkan.
Cast:
Bisa dikatakan Adam Sandler rajin bermain setidaknya 1 film bergenre komedi setiap tahunnya termasuk sebagai Lenny Feder, suami wanita sukses sekaligus ayah tiga anak. Karirnya diawali Going Overboard (1989).
Kevin James sebagai Eric Lamonsoff
Chris Rock sebagai Kurt McKenzie
David Spade sebagai Marcus Higgins
Rob Schneider sebagai Rob Hilliard
Salma Hayek sebagai Roxanne Chase-Feder
Maria Bello sebagai Sally Lamonsoff
Maya Rudolph sebagai Deanne McKenzie
Joyce Van Patten sebagai Gloria
Ebony Jo-Ann sebagai Mama Ronzoni
Director:
Seringkali merangkap sebagai aktor pembantu maupun sebagai sutradara yaitu Dennis Dugan yang terakhir melakukan hal serupa dalam You Don't Mess With The Zohan (2008) yang tidak rilis di Indonesia itu.
Comment:
Adam Sandler merupakan jaminan sukses drama komedi Hollywood selama beberapa tahun terakhir. Apalagi disini didukung dengan aktor-aktor komedi yang sudah tidak asing namanya yaitu James, Rock, Spade, Schneider. Didukung pula oleh aktris-aktris yang sudah menguasai berbagai genre sebelumnya terutama Hayek dan Bello di samping Rudolph. Kesemuanya disini seperti bermain sebagai pria wanita biasa sehari-hari yang sudah berkeluarga dan harus menghadapi anak-anak ataupun masalah-masalah kehidupan yang terus berkembang.
Tema reuni lah yang sesungguhnya ingin disampaikan yang diramu dengan kekonyolan orang dewasa dalam mengulangi masa-masa remaja mereka. Apakah humor tersebut cukup untuk menaikkan pamor film? Bagi saya yang berpikiran open-minded, sah-sah saja, terbukti saya mampu tertawa lepas membahana selepas kepenatan jam kerja di kantor. Namun tampaknya tidak semua orang dapat menikmatinya karena sepanjang film adegan kejenakaan itu ditampilkan berlebihan dan bisa digambarkan dengan kata-kata seperti "jorok" , "tolol", "idiot", "kasar", "kekanak-kanakan", "norak", "cacat" dsb. Bayangkan scene seperti balita laki-laki 4 tahun yang masih disusui, lelucon jempol kaki gajah, kencing di kolam renang dst. Hal tersebut memang dimaksudkan untuk menghibur dengan cara yang ekstrim sekalipun, berulang-ulang! Penonton yang bertahan hingga akhir film akan terbagi dalam dua kelompok, yang mencerca setengah mati karena merasa dibodoh-bodohi ataupun yang merasa puas menertawakan lelucon klise yang umum.
Saya katakan Grown Ups nyaris tidak memiliki skrip yang baku ataupun baru, semuanya seakan hasil improvisasi segerombolan cast tersohor yang sudah dianggap gape menerjemahkan keinginan sutradara Dugan yang juga berpengalaman sebagai aktor dan penulis dalam mengemas formula lawas. Satu pesan moral yang berusaha disampaikan adalah kebersamaan keluarga dengan memaksimalkan seluruh peran baik istri-suami, orangtua-anak merupakan hal yang terpenting dalam membina rumah tangga.
Durasi:
100 menit
U.S. Box Office:
$158,951,332 till end of Aug 2010.
Overall:
7 out of 10
Movie-meter:
Art can’t be below 6
6-poor
6.5-poor but still watchable
7-average
7.5-average n enjoyable
8-good
8.5-very good
9-excellent