Tagline:
Live-action feature based on the video game "King of Fighters".
Storyline:
Agen CIA, Terry Bogard menugaskan Mai Shianui untuk bekerjasama dengan Iori Yagami yang memiliki teori bahwa kalung dan cermin yang dimiliki Chizuru jika disatukan akan membuka jalan ke dimensi lain. Juga ada pedang pusaka milik Saisyu Kusanagi yang diincar Rugal Bernstein untuk berkuasa sebagai pendekar dunia virtual King of Fighters. Tujuan Rugal hanya satu yaitu menggabungkan dunia virtual tersebut dengan dunia nyata. Kini klan Kusanagi mengandalkan Kyo yang harus tandem dengan Mai, Iori dan Terry untuk menghentikan aksi Rugal yang ingin menghancurkan peradaban tersebut.
Nice-to-know:
Untuk peredaran Asia nya dipercayakan pada Micott & Basara K.K. sebagai distributor resmi.
Cast:
Sempat mendukung ansambel drama New York, I Love You kini Maggie Q kebagian peran utama sebagai Mai Shiranui
Publik Indonesia mengenalnya dalam Never Back Down (2008), Sean Faris kali ini bermain sebagai Kyo Kusanagi yang harus menuntaskan dendamnya terhadap musuh keluarganya.
Will Yun Lee sebagai Iori Yagami
David Leitch sebagai Terry Bogard
Ray Park sebagai Rugal Bernstein
Sam Hargrave sebagai Ryo Sakazaki
Françoise Yip sebagai Chizuru
Director:
Gordon Chan merupakan nama besar di Hongkong yang memulai debut penyutradaraannya lewat 18 Golden Destroyers (1985).
Comment:
Tidak jera nampaknya produser berusaha mengangkat live action video game ke dalam film aksi laga meski biasanya diprediksi gagal apalagi berkaca pada sejarah film-film sejenis yang muncul lebih dahulu. Kali ini seorang Gordon Chan yang sudah tersohor di Hongkong dan mulai menapak tangga Hollywood dipercayakan bujet sebesar 12 juta dollar untuk mengangkat KoF dengan jajaran bintang terbaik yang bisa ia kumpulkan (sebisanya) dan tidak heran jika menemukan nama-nama Asia yang sudah berkiprah di Hollywood sebelumnya. Sebut saja Maggie Q dan Will Yun yang divisualisasikan cool dengan kostum berwarna gelap. Belum lagi Sean Farris yang terlihat good looking dan digambarkan berdarah Kaukasia-Jepang sekaligus. Walaupun trio tersebut sudah melakukan kinerja maksimal, tampaknya belum mampu menyelamatkan identitas film yang berdiri di tengah sisi Asian dan Hollywood sekaligus.
Faktor utama adalah plotnya yang non eksis, absurd seperti video gamenya yang nyaris tanpa storyline. Dari kenyataan tersebut, apapun subplot yang coba dikembangkan untuk merekonstruksi cerita tidak ada gunanya. Koreografinya juga terkesan hancur dimana proses editing yang tidak mulus terasa sekali. Coba perhatikan scene dimana fighting motion Maggie ataupun Faris sangat terlihat visual efeknya. Belum lagi sinematografi serba kelam dan hitam yang mungkin dimaksudkan untuk membangun nuansa magis nan misterius tapi maaf, malah membuat saya mengantuk dan beberapa penonton lain mati kebosanan (atau kelaparan?) menunggu jam berbuka puasa, beberapa diantaranya meninggalkan bioskop lebih awal.
The King Of Fighters seharusnya memiliki pilihan terbaik yaitu tidak perlu mencoba bercerita tetapi langsung fokus pada laga di dunia virtual saja, one-on-one match ataupun tandem. Setidaknya hal itu bisa lebih memuaskan calon penonton yang sudah mengenal gamenya terlebih dahulu. Atas semua kekeliruan itu, kualitas Street Fighter : The Legend Of Chun Li serasa dua kali lebih bagus ataupun Tekken yang tiga kali lipat daripada ini! Ouch!!!
Durasi:
90 menit
Overall:
6 out of 10
Movie-meter:
Art can’t be below 6
6-poor
6.5-poor but still watchable
7-average
7.5-average n enjoyable
8-good
8.5-very good
9-excellent