“La Seine”
All the tears that you see
Running down my face
They reflect my story
Peaceful and free of rage
I am a monster, I, Francoeur
I no longer fear the storm
I sing of life and it’s pleasures
Until my last hours
I no longer fear the storm
I sing of life and it’s pleasures
Until my last hours
O rage, without despair
I look at Paris
And I bet you one day
You will also sing
Of what we call love
I look at Paris
And I bet you one day
You will also sing
Of what we call love
It’s the end of this poem
Ephemeral and sensitive wherever I go
You know, Paname
I leave
Love… In the soul
Ephemeral and sensitive wherever I go
You know, Paname
I leave
Love… In the soul
Nice-to-know:
Film berjudul asli Un monstre à Paris ini berbujet US$ 25 juta.
Voice:
Vanessa Paradis sebagai Lucille
Mathieu Chedid sebagai Francoeur / M
Gad Elmaleh sebagai Raoul
Sébastien Desjours sebagai Emile
François Cluzet sebagai Le préfet Maynott
Ludivine Sagnier sebagai Maud
Film berjudul asli Un monstre à Paris ini berbujet US$ 25 juta.
Voice:
Vanessa Paradis sebagai Lucille
Mathieu Chedid sebagai Francoeur / M
Gad Elmaleh sebagai Raoul
Sébastien Desjours sebagai Emile
François Cluzet sebagai Le préfet Maynott
Ludivine Sagnier sebagai Maud
Director:
Merupakan film ketiga bagi Bibo Bergeron setelah Shark Tale (2004).
Merupakan film ketiga bagi Bibo Bergeron setelah Shark Tale (2004).
W For Words:
Ada baiknya sesekali anda memalingkan wajah dari animasi Hollywood yang belakangan semakin dibanjiri oleh binatang sebagai tokoh utamanya. Produksi kolaborasi Bibo Films, Europa Corp., Walking The Dog, uFilm dan France 3 Cinéma ini mungkin mengangkat kutu bernama Francoeur alias Mr. M sebagai sosok monster tetapi berhasil dimanusiakan sedemikian rupa oleh duet penulis skrip Bibo Bergeron dan Stéphane Kazandjian ini ke dalam kisah yang menyentuh dan sarat dengan pesan kemanusiaan tanpa harus menggurui penonton.
Ada baiknya sesekali anda memalingkan wajah dari animasi Hollywood yang belakangan semakin dibanjiri oleh binatang sebagai tokoh utamanya. Produksi kolaborasi Bibo Films, Europa Corp., Walking The Dog, uFilm dan France 3 Cinéma ini mungkin mengangkat kutu bernama Francoeur alias Mr. M sebagai sosok monster tetapi berhasil dimanusiakan sedemikian rupa oleh duet penulis skrip Bibo Bergeron dan Stéphane Kazandjian ini ke dalam kisah yang menyentuh dan sarat dengan pesan kemanusiaan tanpa harus menggurui penonton.
Paris, 1910. Dalam kondisi banjir, petugas proyektor film Emile dan penemu Raoul tanpa sengaja menciptakan sebuah monster di lab yang ditinggal pemiliknya ke New York. Walikota Le préfet Maynott yang tengah mencalonkan diri kembali melakukan pengejaran besar-besaran demi nama baiknya. Padahal monster bertinggi badan 7 kaki tersebut tidaklah berbahaya, Francoeur terbukti sangat menyukai musik dan sukses mengiringi penyanyi Lucille dalam menghibur penonton dalam berbagai kesempatan.
Paruh pertama memang terasa lambat. Pengenalan terhadap karakter-karakternya kurang didukung dengan humor yang baik untuk membuat penonton tetap excited. Beruntung setelahnya sutradara Bergeron mampu meningkatkan tempo tanpa harus terburu-buru tanpa melalui aksi kejar-kejaran seru yang didukung oleh grafis lanskap setiap sudut kota Paris yang indah. Konsep animasinya sendiri terkesan gabungan tradisional dan modern layaknya produksi Walt Disney dan Dreamworks, menciptakan atmostir yang menyenangkan sebagai latar belakang narasinya.
Tokoh Lucille adalah penyanyi bersuara merdu yang dihidupkan secara mengagumkan oleh aktris berbakat Paradis. Sedangkan Francoeur merupakan tokoh monster menggemaskan dengan hati emas dan talentanya dalam bermusik. Keduanya berkali-kali menciptakan chemistry yang indah, terutama saat menyanyikan lagu cabaret “La Seine”. You will fall for ‘em! Dua sahabat Raoul dan Emile juga fun to watch dengan keluguan dan spontanitasnya. Walikota ambisius Maynott jelas tokoh yang akan anda benci dengan agresifitasnya memburu Mr. M kemanapun pergi. Salah satu adegan mungkin mengingatkan anda akan KingKong (2005), silakan tebak yang mana.
A Monster In Paris memang animasi yang ditujukan bagi anak-anak tetapi enjoyable bagi orang dewasa. Setiap adegannya terbilang memiliki arti yang krusial terhadap bangunan cerita itu sendiri dengan kandungan pesan moral bahwa justifikasi terhadap seseorang harus dilakukan dari hati, bukan dari penampilannya. Totally different approach for monster presentation. Simply a charming French animated flick with great balances between art, visual and music department itself. At first I was kinda underestimated but later afterwards left the theatre with warm feeling, buoyed with those original scoring and musical performances!
Durasi:
85 menit
85 menit
Europe Box Office:
1,639,161 in French till Dec 2011
1,639,161 in French till Dec 2011
Overall:
7.5 out of 10
7.5 out of 10
Movie-meter:
Notes:
Art can’t be below 6
6-poor
6.5-poor but still watchable
7-average
7.5-average n enjoyable
8-good
8.5-very good
9-excellent
6-poor
6.5-poor but still watchable
7-average
7.5-average n enjoyable
8-good
8.5-very good
9-excellent