Storyline:
Kyai Akhmad memiliki seorang putri bernama Maysaroh yang sedianya akan dijodohkan oleh salah satu dari dua santrinya yaitu Zaelani dan Gelung yang bertolak belakang kepribadiannya. Selain itu Kyai Akhmad juga mengasuh 7 anak yatim diantaranya Sukma, Fajar, Keling dll. Pada akhirnya di penghujung umurnya, Kyai Akhmad memilih Zaenal untuk mendampingi Maysaroh. Pernikahan pun segera dilangsungkan. Diam-diam Gelung yang patah hati pun meninggalkan rumah dan memilih tinggal di gubuk sederhana di pesisir pantai. Semenjak kematian Kyai Akhmad, keadaan tidak bertambah baik. Zaenal dan Maysaroh kesulitan mempertahankan rumah tangganya apalagi harus mengasuh 7 anak yang beranjak remaja tersebut. Sedangkan Gelung mulai tenggelam dalam dunianya sendiri.
Nice-to-know:
Diproduksi oleh Opick Tombo Ati Film.
Cast:
Debut pertama akting bagi biduan religius bernama Opick Tombo Ati ini sebagai Gelung yang energik, intuitif, imajinatif dan kontemplatif.
Kembalinya mantan aktris hot tahun 1990an, Inneke Koesherawati sebagai Maysaroh.
Terakhir muncul dalam Kun Fayakuun, Agus Kuncoro sebagai Zaelani, santri yang berpandangan lurus, teguh dan tenang.
Director:
Film kedua bagi Gunung Nusa Pelita dan kali ini ia berkolaborasi dengan Opick yang juga merangkap sebagai aktor dan produsernya.
Comment:
Konon dengan bujet seadanya, Opick berani maju dengan film ini dan memegang beberapa "jabatan" sekaligus termasuk lagu-lagunya yang muncul juga di beberapa sekuens. Skenarionya sendiri ditulis keroyokan oleh Gutheng, Suroto, Yeri, Relita Hermanto. Plot ceritanya sebetulnya simpel tetapi tidak terlalu orisinil. Latar belakang pesisir pantai dimana komunitasnya didominasi nelayan dengan segala dinamika kehidupannya memang cukup menawan. Beratnya kehidupan 7 anak yatim yang kehilangan induk juga ditampilkan cukup lugas. Akhlak dan pengetahuan agama mungkin saja penting dalam pendidikan dasar seorang anak. Amanah orangtua seringkali menjadi beban pribadi yang akhirnya mengacaukan ritme hidup jika tidak dijalankan dengan tulus. Cinta boleh saja dipendam tetapi tidak akan lekang oleh waktu dan rintangan sekalipun. Hei hei apakah saya berbicara terlalu banyak? Namun itulah kenyataannya! Opick menyampaikan terlalu banyak hal tanpa kedalaman konflik yang memadai. Alhasil Di Bawah Langit terasa tanggung di berbagai aspek. Yang patut digarisbawahi, Opick setidaknya "berusaha" menyuguhkan sesuatu yang di atas rata-rata meskipun terkesan terlalu idealis dan optimis.
Durasi:
90 menit
Overall:
7 out of 10
Movie-meter:
6-sampah!
6.5-jelek ah
7-rada parah
7.5-standar aja
8-lumayan nih
8.5-bagus kok
9-luar biasa