Quote:
Sasha: Ini tuh yang ngomong, Otong mabok ato Otong sadar sih?
Otong: Otong mabok, mabok asmara.
Sasha: Ini tuh yang ngomong, Otong mabok ato Otong sadar sih?
Otong: Otong mabok, mabok asmara.
Nice-to-know:
Film yang diproduksi oleh Falcon Pictures ini gala premierenya diadakan di Hollywood XXI pada tanggal 24 Desember 2012.
Film yang diproduksi oleh Falcon Pictures ini gala premierenya diadakan di Hollywood XXI pada tanggal 24 Desember 2012.
Cast:
Olivia Jensen Lubis sebagai Sasha
Boy William sebagai Masen
Ricky Harun sebagai Otong
George Rudy sebagai Gembong Mafia
Max Don sebagai Bos mafia Afro-American
Oka Sugawa sebagai Bowo
Dewi Rezer sebagai Ibu
Ferry Salim sebagai Ayah
Director:
Merupakan karya kedua Alyandara setelah Xia Aimei di awal tahun.
Boy William sebagai Masen
Ricky Harun sebagai Otong
George Rudy sebagai Gembong Mafia
Max Don sebagai Bos mafia Afro-American
Oka Sugawa sebagai Bowo
Dewi Rezer sebagai Ibu
Ferry Salim sebagai Ayah
Director:
Merupakan karya kedua Alyandara setelah Xia Aimei di awal tahun.
W For Words:
Mengadaptasi satu (atau dua) film Hollywood yang sudah memiliki reputasi dan fanbase internasional tersendiri tentunya harus menimbang resiko yang ada agar tidak gagal total. Sayangnya Falcon Pictures tampaknya tidak berpikir panjang bahwa secara konten budaya dan adat istiadat pun “kegilaan” dalam Dude, Where’s My Car? (2000) dan The Hangover (2009) tidak dapat diterapkan begitu saja terhadap film lokal. Sah-sah saja sebenarnya jika “versi gue (ato kite)” tetap melakukannya karena penilaian akhir ada pada bursa alias penonton. Penasaran? Saya sih iya!
Mengadaptasi satu (atau dua) film Hollywood yang sudah memiliki reputasi dan fanbase internasional tersendiri tentunya harus menimbang resiko yang ada agar tidak gagal total. Sayangnya Falcon Pictures tampaknya tidak berpikir panjang bahwa secara konten budaya dan adat istiadat pun “kegilaan” dalam Dude, Where’s My Car? (2000) dan The Hangover (2009) tidak dapat diterapkan begitu saja terhadap film lokal. Sah-sah saja sebenarnya jika “versi gue (ato kite)” tetap melakukannya karena penilaian akhir ada pada bursa alias penonton. Penasaran? Saya sih iya!
Sasha yang tengah berangkat ke Paris dalam dua hari diundang sahabatnya Ivan ke pesta kostum. Ia lantas mengajak kakaknya Masen dan sohibnya Otong. Kasus salah alamat akhirnya berbuntut panjang. Minuman memabukkan membuat ketiganya lupa diri dan terbangun di pesisir pantai dengan sebuah mobil sedan silver yang bukan milik mereka. Sasha panik karena paspor, tiket dan dokumen penting miliknya ada di mobil Masen. Bukan hanya itu, seorang polisi bernama Bowo, tiga mafia Afro Amerika dan gerombolan mafia lokal turut memburu ketiganya yang harus tunggang langgang mencari jawaban.
Skrip yang ditulis oleh Hilman Mutasi dan Away Martianto ini memiliki logika jumpalitan yang rasanya hanya bisa dicerna oleh makhluk angkasa luar. Kemalasan memberi nama kepada para tokohnya sudah menjadi indikasi. Simpati penonton yang harusnya terbangun dari kelucuan spontan dan kepanikan wajar ketiga karakter utamanya sejak menit awal terbilang gagal. Beberapa penonton mungkin berharap Otong, Masen dan Sasha tak “terbangun” lagi untuk selama-lamanya daripada menyaksikan kebodohan episodik tak berkesudahan yang begitu mengganggu nalar.
Pertama, Sasha yang panik mencari ponsel begitu tersadar malah lupa apa yang seharusnya dilakukan setelah dipinjami oleh Ivan. Kedua, adakah polisi sebodoh Bowo yang bertugas sendiri. Tunggu, dia polisi atau detektif? Ketiga, mengapa gerombolan Gembong Mafia begitu tolol meninggalkan mobil tanpa dijaga saat ingin menangkap ketiga muda-mudi itu? Keempat, kenapa mafia Afro-Amerika menggunakan dialek campuran. Kelima, aksi kejar-kejarannya sangat tidak believable. Lontaran peluru yang semuanya luput (cuma satu mengenai lengan Otong) hingga penyelesaian kelemut yang semestinya bisa lebih dini. Thumbs up if you could get through these!
Saya nobatkan gelar worst costume in a movie tahun ini bagi trio Ricky, Olivia, Boy sekaligus salut mereka mampu bertahan mengenakan kain seprai, pakaian balet dan kostum bebek di sepanjang film. Seberapa kerasnya Otong mencoba melucu, saya tidak tertawa. Seberapa kuatnya persahabatan Otong dan Masen, saya tidak tergugah. Seberapa manisnya Otong berupaya mendapatkan hati Sasha, saya tidak tersentuh. Salahkan pada himpitan komedi situasi berpondasi lemah yang gagal menambatkan konflik apapun dengan kendali ceritanya.
Kinerja Alyandra yang di bawah standar saat mengarahkan Xia Aimei beberapa waktu lalu bisa dimaklumi karena debutnya. Namun karya keduanya ini yang juga tidak inspiratif membuat kapabilitasnya dipertanyakan. Saya justru menangkap gaya Anggy Umbara dalam Mama Cake (2012) disini yang menyelipkan gimmick-gimmick ala komik dan video game di berbagai scene. Karena sudah pernah melihat sebelumnya, saya tidak melihat hal tersebut sebagai terobosan baru yang kreatif. Ya setidaknya editing Cesa David dan tata musik Ramondo Gascaro sedikit membuat perbedaan positif.
Satu-satunya unsur hiburan dalam Potong Bebek Angsa adalah suguhan penampilan Super Senior dalam membawakan lagu ciptaan Pak Kasur versi baru ini plus behind the scene yang menampilkan kesalahan-kesalahan saat syuting. Selebihnya adalah rentetan chaos tak bertanggungjawab yang urung memunculkan tawa tapi sukses menimbulkan manyun. Andai saja membuat film semudah memberikan kostum Pocong, Bebek dan Angsa untuk dipakai oleh Ricky Harun, Boy William dan Olivia Jensen hingga menjadikannya judul film sekaligus. Mengerikan!
Durasi:
75 menit
Overall:
6.5 out of 10
6.5 out of 10
Movie-meter: