Cerita:
Kembalinya Azzam di tanah air setelah menyelesaikan kuliahnya disambut meriah karena berduaan dengan artis Eliana yang juga anak Kedubes Mesir. Sebagai sarjana lulusan universitas Al-Azhar, Azzam menanggung beban tersendiri yakni mencari nafkah sekaligus calon istri yang sesuai kriteria. Awalnya Azzam mencoba bisnis jasa antar paket lalu kembali ke makanan. Sementara itu ibu dan adik-adiknya juga sibuk mencarikan gadis terbaik untuk Azzam. Bagaimana pula dengan kelanjutan hubungan Anna dan Furqon yang dirundung bimbang?
Gambar:
Tidak seperti bagian pertamanya yang banyak menyorot keindahan Mesir, episode lanjutan ini bersettingkan suasana lokal di Jakarta, Yogyakarta, Magelang, Solo, dan Kudus.
Act:
Konsistensi kelima artis baru tersebut cukup lumayan untuk membintangi dua episode layar lebar. Dibantu dengan kemunculan beberapa aktor-aktris senior yang cukup dominan berhasil menyemarakkan jajaran cast.
Kholidi Asadil Alam sebagai Khairul Azzam
Oki Setiana Dewi sebagai Anna Althafunisa
Alice Sofie Norin sebagai Eliana Pramesti
Andri Arsyil sebagai Furqon
Meyda Sefira sebagai Ayatul Husna
Rahmi Nurulina sebagai Lia
Deddy Mizwar sebagai Kiai Lutfi
Niniek L Karim sebagai Ibu Azzam
Didukung pula oleh dua tokoh baru yaitu Dude Herlino dan Asmirandah.
Sutradara:
Kembalinya Chaerul Umam setelah absen 12 tahun dari perfilman nasional dimana karya terakhirnya adalah Fatahillah. Salah satu sutradara senior bertangan dingin ini dituntut bisa menerjemahkan novel best seller Habiburrahman El Shirazy dan mampu dijawabnya dengan baik.
Komentar:
Bagian pertama yang memfokuskan pada karakterisasi tokoh-tokoh utamanya ternyata jauh lebih menarik daripada pembahasan sekaligus penyelesaian konflik antar tokoh-tokohnya pada bagian kedua ini. Mengapa? Penyajiannya cenderung datar dikarenakan dramatisasinya tidak berhasil dibangun dengan baik. Alhasil plot cerita pun menjadi mudah ditebak, terutama bagi mereka yang sudah membaca bukunya. Beberapa hal yang seharusnya bisa menimbulkan unsur kejutan, tidak dimanfaatkan dengan maksimal. Klimaksnya pun terkesan biasa saja. Secara keseluruhan jika memandang KCB sebagai mega film hanyalah sebuah drama yang sedap dipandang, mudah diikuti dan cukup bermakna bagi kaum tertentu, tidak ada yang spesial kalau mau dikatakan kelasnya hanya sedikit di atas sinetron ataupun film televisi. Sangat disayangkan!
Durasi:
130 menit
Overall:
7 out of 10
Penilaian:
Karya seni ga boleh dibawah 6
6-poor
6.5-poor but still watchable
7-average
7.5-average n enjoyable
8-good
8.5-very good
9-excellent
No such perfect 9.5 or 10!